48
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG BARANG CACAT TERSEMBUNYI
A. Pengertian Barang Cacat Tersembunyi
Tidak semua barang yang beredar di pasar memiliki kualitas yang prima. Ada saja barang-barang yang dipasarkan ala kadarnya, bahkan tidak
memenuhi standar-standar yang telah digariskan. Oleh karena itu sebagai pembeli yang pintar harus punya kesadaran untuk selalu meneliti sebelum
membeli agar tidak menyesal dikemudian hari.
51
Sebelum kita membahas pengertian barang yang mengandung cacat tersembunyi, maka terlebih dahulu dijelaskan pengertian barang.
Menurut Pasal 1 angka 4 UU Nomor 8 No. 1999 barang adalah:
“Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat
dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.”
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cacat adalah
52
:
a. kekurangan yg menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang sempurna yg terdapat pd badan, benda, batin, atau
akhlak b. lecet kerusakan, noda yg menyebabkan keadaannya menjadi
kurang baik kurang sempurna c. cela; aib
d. tidak kurang sempurna
51
http:destikanababan.blogspot.com diakses pada 3 Juni 2014
52
“ Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,” http:kbbi.web.id, diakses tanggal 18 Juli 2014.
Universitas Sumatera Utara
49
UU No. 8 Tahun 1999 tidak mengatur tentang pengertian barang cacat dan barang cacat tersembunyi baik dalam bab tentang ketentuan
umum yang memberikan pengertian terhadap berbagai istilah maupun pada bab –bab selanjutnya, dan barang cacat bukan merupakan satu –
satunya alasan dasar pertanggungjawaban pelaku usaha, karena UU No. 8 Tahun 1999 hanya menentukan bahwa pelaku usaha bertanggung jawab
memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran danatau kerugian konsumen akibat mengomsumsi barang danatau jasa yang dihasilkan atau
diperdangkan.
53
Di Indonesia, cacat pada barang didefenisikan sebagai berikut: “setiap barang yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, baik
karena kesengajaan atau kealpaan dalam proses maupun disebabkan hal – hal lain yang terjadi dalam peredarannya, atau tidak menyediakan syarat –
syarat keamanan bagi manusia atau harta benda mereka dalam penggunaannya, sebagaimana diharapkan orang.
54
Sedangkan pendapat lain mengatakan, yang dimaksud barang cacat adalah barang yang tidak dapat memenuhi tujuan pembuatannya, karena
tiga hal yaitu
55
: a. Cacat manufaktur Manufacturing Defect
Cacat produk atau manufaktur adalah keadaan produk yang umumnya berada dibawah tingkat harapan konsumen atau dapat
53
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Op.Cit., .hal.30.
54
A.Z. Nasution, “Sekilas Hukum Konsumen”. Hukum Perlindungan Konsumen Sebagai Pengantar.
Cetakan II Yogyakarta: Diadit Media: 2001, hal. 94.
55
Adrian Sutedi, Op.Cit., hal 71
Universitas Sumatera Utara
50
pula cacat itu sedemikian rupa sehingga membahayakan harta bendanya, kesehatan tubuh, atau jiwa konsumen. Misalnya, saus
tomat yang tidak terbuat dari tomat, tetapi terbuat dari pepaya atau labu siam atau produk air minum dalam kemasan botol yang di
dalam airnya berisi butir – butir kecil. Jadi, cacat barang atau manufaktur adalah apabila suatu produk dibuat tidak sesuai dengan
persyaratan sehingga akibatnya barang tersebut tidak aman bagi konsumen.
b. Cacat desain Pengertian cacat desain sama dengan pengertian cacat
manufaktur, yaitu apabila bahaya dari barang tersebut lebih besar daripada manfaat yang diharapkan oleh konsumen biasa atau bila
keuntungan dari desain barang tersebut lebih kecil dari resikonya. c. Cacat peringatan atau instruksi
Cacat peringatan atau instruksi adalah cacat barang karena jika tidak dilengkapi dengan peringatan – peringatan tertentu atau
instruksi penggunaan tertentu. Suatu barang harus terdapat label yang memberikan kepada konsumen tentang petunjuk penggunaan
pemakaian dan peringatan. Jadi Cacat peringatan adalah apabila buku pedoman, buku panduan, pengemasan, etiket, atau plakat tidak
cukup memberikan peringatan tentang bahaya yang mungkin timbuk dari produk tersebut atau petunjuk tentang penggunaannya
yang aman.
Universitas Sumatera Utara
51
KUH Perdata juga memberikan pengertian mengenai cacat. Diartikan cacat dalam KUH Perdata sebagai cacat yang “sungguh-
sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang itu “tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang
semestinya dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan “berkurangnya manfaat” benda tersebut dari tujuan yang semestinya.
56
KUH Perdata mengatur mengenai barang cacat dapat dilihat dalam Pasal 1504 sampai Pasal 1512, dikenal dengan terminologi cacat
tersembunyi. Pasal 1504 KUH Perdata menentukan bahwa pelaku usahapenjual selalu diharuskan untuk bertanggung jawab atas adanya
cacat tersembunyi dalam hal demikian. Sehingga apabila pembeli mendapatkan barangnya terdapat cacat tersembunyi maka terhadapnya
diberikan dua pilihan. Pilihan tersebut sesuai dengan Pasal 1507 KUH Perdata, yaitu:
a. Mengembalikan barang yang dibeli dengan menerima pengembalian harga refund
b. Tetap memiliki barang yang dibeli dengan menerima ganti rugi dari penjual.
Mengenai masalah apakah pelaku usaha mengetahui atau tidak akan adanya cacat tersebut tidak menjadi persoalan. Baik dia mengetahui
56
http:destikanababan.blogspot.com diakses pada tangga l 3 Juni 2014
Universitas Sumatera Utara
52
atau tidak, penjualatau pelaku usaha harus menjamin atas segala cacat yang tersembunyi pada barang yang dijualnya. Pasal 1506 KUH Perdata
menyebutkan: Ia pelaku usahapenjual diwajibkan menanggung terhadap cacat tersembunyi, meskipun ia sendiri tidak mengetahui adanya cacat itu,
kecuali jika ia, dalam hal yang demikian, telah meminta diperjanjikan bahwa ia tidak diwajibkan menanggung sesuatu apapun. Yang dimaksud
dengan cacat tersembunyi adalah cacat yang mengakibatkan kegunaan barang tidak sesuai dengan tujuan pemakaian semestinya.
57
Menurut Subekti, perkataan “tersembunyi” ini harus diartikan bahwa adanya cacat tersebut tidak mudah dapat dilihat oleh seseorang
konsumen yang normal, bukan seorang konsumen yang terlampau teliti, sebab sangat mungkin sekali orang yang sangat teliti akan menemukan
adanya cacat tersebut.
58
Terhadap adanya cacat-cacat yang tersembunyi pada barang yang dibeli, konsumen dapat mengajukan tuntutan atau aksi pembatalan jual
beli, dengan ketentuan tersebut dimajukan dalam waktu singkat, dengan perincian sebagaimana yang ditentukan Pasal 1508 KUH Perdata :
a. Kalau cacat tersebut dari semula diketahui oleh pihak pelaku usaha, maka pelaku usaha wajib mengembalikan harga penjualan kepada
konsumen dan ditambah dengan pembayaran ganti rugi yang terdiri dari ongkos, kerugian dan bunga
57
Adrian Sutedi, Op.cit., hlm.76.
58
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
53
b. Kalau cacat ini benar-benar memang tidak diketahui oleh pelaku usaha, maka pelaku usaha hanya berkewajiban mengembalikan harga
penjualan serta biaya-biaya ongkos yang dikeluarkan pembeli waktu pembelian dan penyerahan barang
c. Kalau barang yang dibeli musnah sebagai akibat yang ditimbulkan oleh cacat yang tersembunyi, maka pelaku usaha tetap wajib
mengembalikan harga penjualan kepada konsumen. Dari penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan barang yang
mengandung cacat tersembunyi menurut hukum adalah keadaan yang mengakibatkan barangbenda itu tidak dapat dipakai atau mengurangi
daya pakainya yang bila hal ini lebih dulu diketahui maka tidak akan terjadi jual beli atau setidak – tidaknya harga pembelian berkurang. Dan
barang cacat tersembunyi tidak jauh berbeda dengan barang cacat pada umumnya.
B. Standar Jaminan Produk