Pengertian Product Liability Tanggung Jawab Pelaku Usaha atas Produk Product Liability

59

C. Tanggung Jawab Pelaku Usaha atas Produk Product Liability

1. Pengertian Product Liability

Istilah tanggung jawab pelaku usaha atas produk selanjutnya disibut Product Liability baru dikenal sekitar 60 tahun yang lalu dalam dunia perasuransian di Amerika Serikat, sehubungan dengan dimulainya produksi bahan makanan secara besar – besaran. Baik kalangan produsen maupun penjual mengasuransikan barang – barangnya terhadap kemungkinan adanya resiko akibat barang – barang yang cacat atau menimbulkan kerugian terhadap konsumen. 69 Tanggung jawab barang diartikan sebagai tanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh pemakaian dan penggunaan suatu barang atau yang berkaitan dengan barang – barang konsumsi. Termasuk dalam pengertian barang tersebut tidak semata – mata suatu barang yang sudah jadi secara keseluruhan, tetapi juga termasuk komponen suku cadang. 70 Agnes M. Toar memberikan pengertian product liability sebagai tanggung jawab para produsen untuk produk yang telah dibawanya ke dalam peredaran yang menimbulkan menyebabkan kerugian karena cacat yang melekat pada produk itu. 71 Product Liability adalah suatu tanggung jawab secara hukum dari orang atau badan yang menghasilkan suatu product producer, manufacture atau dari orang atau badan yang bergerak dalam suatu proses 69 Adrian Sutedi.Op.Cit. hal 61. 70 Ibid. 71 Celina Tri S.K . Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Sinar Grafika, 2008 hal.101. Dalam Agnes M. Toar, Penyalahgunaan Keadaan, Pada Umumnya dan Tanggung jawab Produk atas Produk di Indonesia, hlm.7. Universitas Sumatera Utara 60 untuk menghasilkan suatu produk processor, assembler atau dari orang atau badan ynag menjual atau mendistribusikan seller,distributor produk tersebut. Bahkan dilihat dari konvensi tentang product liability diperluas terhadap orangbadan yang terlibat dalam rangkaian komersial tentang persiapan atau penyebaran dari barang, termasuk para pengusaha bengkel dan pergudangan. 72 Secara historis, tanggung product liability lahir karena ada ketidakseimbangan tanggung jawab antara pelaku usaha dan konsumen. Dengan lembaga ini pelaku usaha yang pada awalnya, menerapkan strategi product oriented dalam pemasaran produknya harus mengubah strateginya menjadi consumer oriented. Pelaku usaha harus berhati – hati dengan barangnya, karena tanggung jawab dalam product liability ini menganut prinsip tanggung jawab mutlak strict liability. 73 Lembaga hukum strict liability ini semakin penting perannya setelah dikeluarkannnya Resolusi PBB No. 39248 tanggal 16 April 1985 tentang perlindungan konsumen, yang dalam konsiderannya menyatakan : Taking into account the interst and needs of consumers in all ountries, particulary those in developing countries ; recognizing that consumer often face imbalance in economic terms, educational levels, and bargaining power and bearing in mind that consumer should have the right of access to non hazardous product. 74 72 Ibid., hal.101. 73 ibid.,hal.99. 74 Ibid. Universitas Sumatera Utara 61 terjemahan: akibat banyaknya kepentingan dan kebutuhan dari konsumen di berbagai negara, khususnya dalam pembangunan negara; diakui bahwa konsumen sering menghadapi ketidakseimbangan dalam hubungan ekonomi, tingkat pendidikan, dan kekuatan tawar menawar dan dalam hubungannya konsumen seharusnya memperoleh hak untuk mengakses produk yang tidak berisiko. Dengan adanya lembaga hukum ini, membawa konsekuensi bahwa pelaku usaha Indonesia harus dapat menghasilkan barang – barang berkualitas agar dapat bersaing di pasar global. Hal ini makin penting dengan telah diratifikasinya Perjanjian Pembentukan Organisaasi Perdagangan Dunia WTO melalui UU Nomor 7 tahun 1994. Dalam bagian persetujuan WTO Tentang Hambatan Teknis Dalam Perdagangan Agreement on Technical Barrier to Trade, diatur mengenai cara – cara proses dan produksi yang berhubungan dengan ciri khas dari barang - barang itu sendiri yang harus memenuhi standar – standar yang ditetapkan oleh lembaga – lembaga standarisasi. 75 Menurut Johannes Gunawan, tujuan utama dari dunia hukum memperkenalkan product liability adalah 76 : a. Memberi perlindungan kepada konsumen consumer protection. b. Agar terdapat pembebasan risiko yang adil antara pelaku usaha dan konsumen a fair apportionment of risks betwwn producers and consumers. 75 Ibid. 76 Ibid., dalam Johannes Gunawan. Product Liability dalam Hukum Bisnis Indonesia, orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis XXXIX, Unika Parahyangan Bandung, Januari, 1994. Universitas Sumatera Utara 62 Adapun mengenai ciri – ciri dari product liability dengan mengambil pengalaman dari masyarakat Eropa dan terutama Negeri Belanda, dapat dikemukakan secara singkat yaitu 77 : a. Yang dapat dikualifikasikan sebagai produsen adalah 1 Pembuat produk jadi 2 Penghasil bahan baku 3 Pembuat suku cadang 4 Setiap orang yang menampakkan dirinya sebagai produsen dengan jalan mencantumkan namanya, tanda pengenal tertentu, atau tanda lain yang membedakan dengan produk asli, pada produk tertentu ; 5 Importir suatu produk dengan maksud untuk diperjualbelikan, disewakan, disewagunakan atau bentuk distribusi lain dalam transaksi perdagangan; 6 Pemasok, dalam hal ini identitas dari produsen atau importir tidak dapat ditentukan. b. Yang dapat dikualifikasikan sebagai konsumen adalah konsumen akhir c. Yang dapat dikualifikasikan sebagai produk adalah benda bergerak, sekalipun benda bergerak tersebut telah menjadi komponenbagian dari benda bergerak atau benda tetap lain, listrik, dengan pengecualian produk – produk pertanian dan perbuaruan; 77 Ibid.,hal.102 Universitas Sumatera Utara 63 d. Yang dapat dikualifikasi sebagai kerugian adalah kerugian pada manusia dan kerugian pada harta benda, selain dari produk yang bersangkutan; e. Produk dikulifikasi sebagai mengandung kerusakan apabila produk itu tidak memenuhi keamanan safety yang dapat diharapkan oleh seseorang dengan mempertimbangkan semua aspek, antara lain : 1 Penampilan produk 2 Maksud penggunaan produk 3 Saat ketika produk ditempatkan di pasaran Dari perkembangan product liability di berbagai Negara, dapat dikemukakan bahwa product liability merupakan lembaga hukum yang tetap menggunakan konstruksi hukum tort perbuatan melawan hukum, dengan beberapa modifikasi yaitu 78 : a. Produsen langsung dianggap bersalah jika terjadi kasus product liability sehingga di dalamnya dianut prinsip praduga bersalah presumption of fault berbeda dengan praduga tidak bersalah yang dianut oleh tort. b. Karena produsen dianggap bersalah, konsekuensinya ia harus bertanggung jawab liable untuk memberi ganti rugi secara langsung kepada pihak konsumen yang menderita kerugian. Jenis tanggung jawab liability semacam ini disebut no fault liability atau strict liability. 78 Ibid.,hal. 104. Universitas Sumatera Utara 64 c. Karena produsen sudah dianggap bersalah, maka konsumen menjadi korban tidak perlu lagi membuktikan unsur kesalahan produsen. Dilihat dari segi ini, konsumen jelas sangat diringankan beban untuk membuktikan kesalahan produsen yang relatif sukar, seperti dianut di dalam Tort. Dalam hal ini beban pembuktian justru dialihkan kepada pihak produsen, untuk membuktikan bahwa ia tidak melakukan kesalahan yang menimbulkan kerugian kepada konsumen. Namun demikian karena karakter dasar dari product liabiliy adalah tort, konsumen yang menjadi korban masih harus membuktikan ketiga unsur lainnya, yaitu perbuatan produsen adalah perbuatan melawan hukum, telah timbul kerugian, dan hubungan kausal antara perbuatan melawan hukum dengan kerugian yang timbul. Meskipun sistem tanggung jawab dalam product liability berlaku prinsip strict liability, pihak produsen dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya, baik untuk seluruhnya atau untuk sebagian. Hal – hal yang dapat membebaskan tanggung jawab produsen adalah 79 : a. Jika produsen tidak mengedarkan produknya b. Cacat yang menyebabkan kerugian tersebut tidak ada pada saat produk diedarkan oleh produsen, atau terjadinya cacat tersebut baru timbul kemudian. c. Bahwa produk tersebut tidak dibuat oleh produsen baik untuk dijual atau diedarkan untuk tujuan ekonomis maupun dibuat atau diedarkan dalam rangka bisnis. 79 Ibid.,hal 105. Universitas Sumatera Utara 65 d. Bahwa terjadinya cacat produk tersebut akibat keharusan memenuhi kewajiban yang ditentukan dalam peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. e. Bahwa secara ilmiah dan teknis pada saat produk tersebut diedarkan tidak mungkin terjadi cacat.

2. Product Liability di Indonesia