Pengertian Standar dan Standarisasi

53 b. Kalau cacat ini benar-benar memang tidak diketahui oleh pelaku usaha, maka pelaku usaha hanya berkewajiban mengembalikan harga penjualan serta biaya-biaya ongkos yang dikeluarkan pembeli waktu pembelian dan penyerahan barang c. Kalau barang yang dibeli musnah sebagai akibat yang ditimbulkan oleh cacat yang tersembunyi, maka pelaku usaha tetap wajib mengembalikan harga penjualan kepada konsumen. Dari penjelasan di atas, maka yang dimaksud dengan barang yang mengandung cacat tersembunyi menurut hukum adalah keadaan yang mengakibatkan barangbenda itu tidak dapat dipakai atau mengurangi daya pakainya yang bila hal ini lebih dulu diketahui maka tidak akan terjadi jual beli atau setidak – tidaknya harga pembelian berkurang. Dan barang cacat tersembunyi tidak jauh berbeda dengan barang cacat pada umumnya.

B. Standar Jaminan Produk

1. Pengertian Standar dan Standarisasi

Standar berasal dari bahasa Prancis Kuno artinya titik tempat berkumpul, dalam bahasa Inggris Kuno merupakan gabungan kata standan artinya berdiri dan or juga bahasa Inggris Kuno artinya titik. Kemudian diserap dalam bahasa Inggris sebagai kata standard. 59 Sementara pengertian standar menurut KBBI adalah 60 : a. ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan 59 “ Pengantar Standarisasi” http:sulistyobasuki.wordpress.com20131023standard‐ dan ‐standardisasi‐sebuah‐pengantar‐sangat‐singkat, diakses pada 4 Juni 2014. 60 “Kamus Besar Bahasa Indonesia Online,” http:kbbi.web.id, diakses pada 4 Juni 2014 Universitas Sumatera Utara 54 b. ukuran atau tingkat biaya hidup c. sesuatu yang dianggap tetap nilainya sehingga dapat dipakai sebagai ukuran nilai harga d. baku Dan defenisi standar dan standarisasi yang digunakan oleh Badan Standarisasi Nasional BSN adalah sesuai dengan yang diatur dalam PP Nomor 102 Tahun 2000 Tentang Standarisasi Nasional yaitu: “Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat- syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya”. 61 Sementara pengertian standarisasi dalam Pasal 1 angka 2 PP Nomor 102 Tahun 2000 Tentang Standarisasi Nasional adalah sebagai berikut: “Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak”. 62 Pemakaian teknologi yang makin baik, di satu sisi memungkinkan produsen mampu membuat produk beraneka macam jenis, bentuk, kegunaan maupun kualitasnya sehingga pemenuhan kebutuhan konsumen dapat terpenuhi lebih luas, lengkap, cepat, dan menjangkau bagian terbesar lapisan masyarakat. Akan tetapi, di sisi lain penggunaan teknologi memungkinkan dihasilkannya produk yang tidak sesuai dengan persyaratan keamanan dan keselamatan pemakai sehingga menimbulkan kerugian kepada konsumen. Untuk menghindari kemungkinan adanya 61 PP Nomor 102 Tahun 2000 Tentang Standarisasi Nasional Pasal 1 angka 1. 62 PP Nomor 102 Tahun 2000 Tentang Standarisasi Nasional Pasal 1 angka 2. Universitas Sumatera Utara 55 cacat produk atau berbahaya, maka perlu ditetapkan standar minimal yang harus dipedomani dalam berproduksi untuk menghasilkan produk yang layak dan aman untuk dipakai. Usaha inilah yang disebut dengan standarisasi. 63 Menurut Gandi, standarisasi adalah : “Proses penyusunan dan peneraqpan aturan – aturan dalam pendekatan secara teratur bagi kegiatan tertentu untuk kemanfaatan dan dengan kerja sama dari semua pihak yang berkepentingan, khususnya untuk meningkatkan penghematan menyeluruh secara optimum dengan memperhatikan kondisi fungsional dan persyaratan keamanan. Hal ini didasarkan pada konsolidasi dari hasil ilmu teknologi dan pengalaman”. 64 Sebagai implementasi dari standarisasi ini, maka kepada produk diberikan sertifikasi produk yang dibuat dengan standar SII atau SNI, yang dapat ditempatkan pada produk, kemasannya, atau dokumennya. Tanda ini dibubuhkan oleh pelaku usaha pada barang produknya setelah mendapat izin dari Menteri Perindustrian sesuai dengan Pasal 6 ayat 3 SK Menteri Perindustrian Nomor 210 Tahun 1979. Sertifikasi ini merupakan jaminan terhadap produk tersebut sebab ia diberikan setelah diuji dan memenuhi 63 Janus Sidabalok, Perlindungan Konsumen di Indonesia Bandung: Citra Aditya Bakti: 2010, hal.19. 64 Gandi, “Perlindungan Konsumen dilihat dari Sudut Pengaturan Standarisasi Hasil Industri, makalah pada Simposium Aspek – Aspek hukum Perlindungan Konsumen, BPHN‐ Jakarta,hal. 80, dalam Janus Sidabalok, Ibid. Universitas Sumatera Utara 56 syarat yang ditentukan. Petunjuk pelaksanaan penggunaan tanda sertifikasi itu ditetapkan denagn SK Menteri Perindustrian Nomor 130 Tahun 1980. 65 Sesuai dengan prinsip pembangunan yang antara lain menyatakan bahwa pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dengan pemerintah, maka pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi konsumen dari produk yang merugikan yang dapat dilaksanakan dengan cara mengatur, mengawasi, serta mengendalikan produksi, distribusi, dan peredaran produk sehingga konsumen tidak dirugikan baik kesehatannya dan juga keuangannya. 66

2. Standar Konseptual dalam menetapkan Cacat