EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR SERI DENGAN TEKNIK CERITA BERANTAI UNTUK PENGUASAAN MUFRODAT DAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS VIII MTs N 1 SURAKARTA

(1)

i

EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR SERI

DENGAN TEKNIK CERITA BERANTAI

UNTUK PENGUASAAN MUFRODAT DAN

KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB

SISWA KELAS VIII MTs N 1 SURAKARTA

SKRIPSI

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh

Nama : Rifqi Hakim Aisyul Fakih

NIM : 2303412002

Program Studi : Pendidikan Bahasa Arab Jurusan : Bahasa dan Sastra Asing

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

(3)

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya Rifqi Hakim Aisyul Fakih menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi berjudul: EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR SERI DENGAN TEKNIK

CERITA BERANTAI UNTUK PENGUASAAN MUFRODAT DAN

KETRAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS VIII MTs N 1 SURAKARTA benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 23 Juni 2015

Peneliti,

Rifqi Hakim Aisyul Fakih NIM. 2303412002


(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

ُ ًاَرْسُي ِرْسُعْلا َعَم نِا

٦

ُ ْبَصْناَف َتْغَرَ ف اَذِاَف َ

۷

ُ ْبَغْراَف َكِّبَر ىِٰاَو َ

۸

َ

ُ

حارشنإا

:

٦

َ

.

1

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (6) Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain) (7) Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap (8)”. (Q.S. Al-Insyiroh: 6-8)

2

َتاظوفحا ُ َدَجَو دَج ْنَم .

“ Barang siapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkan”

Persembahan:

1. Bapak dan Ibu saya yang selalu memberikan kasih sayang, semangat

serta do‟a dalam setiap langkah hidup

saya.

2. Adik-adik dan sahabat-sahabat saya yang selalu memberikan semangat dan

do‟a.

3. Keluarga besar Program Studi Pendidikan Bahasa Arab UNNES. 4. Anda yang sedang membaca skripsi ini


(6)

vi PRAKATA

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR SERI DENGAN CERITA

BERANTAI UNTUK PENGUASAAN MUFRODAT DAN

KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS VIII MTs N 1 SURAKARTA” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Prodi Pendidikan Bahasa Arab Universitas Negeri Semarang. Shalawat serta salam tercurahkan kepada Rasulullah SAW, keluarga dan sahabatnya. Selanjutnya, peneliti sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, karena peneliti yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang telah memberi perijinan dalam penyusunan skripsi.

2. Dr. Sri Rejeki Urip, M.Hum Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Asing Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang yang memberikan kemudahan untuk izin penelitian.

3. Retno Purnama Irawati, S.S., M.A, sebagai pembimbing I yang senantiasa memberikan motivasi, pengarahan, saran serta bimbingannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

4. Hasan Busri, S.Pd.I. M.SI, sebagai dosen pembimbing II yang telah membimbing, mengarahkan, dan memotivasi peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen penguji yang bersedia meluangkan waktunya untuk menguji penelitian ini dengan memberikan masukan, koreksian, dan perhatian pada peneliti sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.


(7)

vii

6. Seluruh dosen Prodi Pendidikan Bahasa Arab UNNES yang telah memberikan ilmu pengetahuan, dan pengalaman yang berharga sehingga ilmu yang disampaikan dapat bermanfaat untuk peneliti.

7. Rosidah, S.Pd guru bahasa Arab di MTs N 1 Surakarta yang telah memberikan kemudahan dalam perizinan penelitian skripsi.

8. Siswa kelas VIII MTs N 1 Surakarta atas kerjasamanya dalam penelitian skripsi.

9. Teman-teman seperjuangan prodi Pendidikan Bahasa Arab UNNES 2012 yang telah berbagi ilmu, pengalaman, dan motivasi kepada peneliti.

10. Sahabat-sahabat terbaikku Astri Wulandari, Adi Kusbiantoro, Nurma Wahyuningrum, Risma Dwi Handayani dan Hilda Gresilia yang senantiasa memberikan motivasi dan menemani dalam suka dan duka selama hidup di perantauan.

11. Teman-teman kos Arjunawati (Windari, Susi, Dita, Oris, Bela, Choe, Bangkit, Husna, Endah, Anika, Iif yang telah memberikan semangat kepada peneliti.

12. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti berharap segala sesuatu yang tersirat maupun tersurat pada skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Semarang, 16 Agustus 2016 Peneliti,

Rifqi Hakim Aisyul Fakih NIM. 2303412002


(8)

viii SARI

Fakih, Rifqi Hakim Aisyul. 2016. EFEKTIVITAS MEDIA GAMBAR SERI DENGAN TEKNIK CERITA BERANTAI UNTUK PENGUASAAN MUFRODAT DAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS VIII MTs N 1 SURAKARTA. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa Arab, Jurusan Bahasa dan Sastra Asing, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Retno Purnama Irawati, S.S, M.A. Pembimbing II : Hasan Busri, S.Pd.I., M.SI.

Kata kunci: Keterampilan Berbicara,Media Gambar Seri

Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh setiap siswa, tetapi kenyataannya, keterampilan siswa dalam berbicara masih rendah. Minat dan partisipasi siswa terhadap pembelajaran bahasa Arab masih kurang hal ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa tidak fokus dengan materi dan cenderung berkegiatan sendiri. Penggunaan media dalam proses pembelajaran juga kurang bervariasi. Oleh karena itu, perlu adanya media pembelajaran supaya motivasi siswa dalam belajar tinggi. Salah satunya yaitu dengan menggunakan media gambar seri dengan teknik cerita berantai dalam keterampilan berbicara bahasa Arab.

Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana penerapan media gambar seri dengan teknik cerita berantai untuk meningkatkan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta dan apakah media gambar seri dengan teknik cerita berantai efektif untuk meningkatkan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan penerapan media gambar seri dengan teknik cerita berantai untuk peningkatan penguasaan

mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta dan untuk mengetahui efektivitas media gambar seri dengan teknik cerita berantai untuk penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta.

Desain penelitian ini adalah eksperimen, dengan cara membandingkan hasil kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan kelas kontrol yang tidak diberikan perlakuan. Instrumen yang digunakan adalah instrument tes. Teknik pengumpulan data berupa tes. Teknik analisis data adalah uji validitas, reliabilitas, nilai rata-rata kelas eksperimen dan kelas control, uji normalitas, uji kesamaan dua varian, dan uji hipotesis.

Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan dari pretest ke posttest. Dari data tes dapat diketahui peningkatan nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan jumlah 35 siswa setiap kelasnya. Pada pretest kelas kontrol mendapat nilai rata-rata 69,51 dan rata-rata nilai posttest 73,47. Sedangkan pada kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata pretest 69 dan nilai rata-rata posttest 80,61, dan diperoleh thitung 9,80 dan ttabel 1,97 karena thitung > ttabel, maka hipotesis yang diterima dalam penelitian ini adalah hipotesis kerja (Ha) yaitu media gambar seri dengan teknik cerita berantai efektif untuk meningkatkan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

1.4.1 Manfaat Teoretis………..……….………...13

1.4.2 Manfaat Praktis………... 13

BAB 2 TIJAUAN PUSTAKAN DAN LANDASAN TEORI ... 15

2.1 Tijauan Pustaka ... 15

2.2 Landasan Teoretis ... 25

2.2.1 Pengertian Efektivitas ... 24

2.2.2 Pengertian Bahasa Arab ... 25


(10)

x

2.2.4 Keterampilan Berbicara Bahasa Arab………..28

2.2.5 Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara…………...……….30

2.2.6 Teknik-teknik Keterampilan Berbicara………..………….32

2.2.7 Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab………..…………32

2.2.8 Pembelajaran Kosakata Bahasa Arab di MTs………..………...34

2.2.9 Media Pembelajaran………..…..……36

2.2.10 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran……….37

2.2.11 Pengertian Media Gambar………...………38

2.2.12 Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar………..…………..41

2.2.13 Media Gambar Seri………..…………..41

2.2.14 Teknik Cerita Berantai………..………….43

2.2.15 Aspek-aspek Penilaian dalam Ketrampilan Berbicara……..………….44

2.2.16 Kompetensi Berbicara Kelas VIII MTs N 1 Surakarta……..…………50

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 53

3.1 Desain Penelitian………. ... 53

3.2 Populasi dan Sampel... ... 55

3.3 Teknik Penarikan Sampel... ... 56

3,4 Variabel Penelitian……….………..58

3.5 Teknik Pengumpulan Data............ .... 59

3.5.1 Teknik Tes... ... 59

3.5.2 Non-Tes... ... 60

3.6 Instrumen Penelitian……….…………..61

3.6.1 Skor Penilaian……….………64

3.7 Hipotesis Penelitian……….69

3.8 Uji Instrumen……….………..71

3.8.1 Validitas……….……….71

3.8.2 Reliabilitas………..73


(11)

xi

3.9.1 Mencari Data Mean……….74

3.9.2 Uji Normalitas……….74

3.9.3 Uji Kesamaan Varian………..76

3.9.4 Uji t dan Uji Perbedaan Rata-rata………77

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 79

4.1 Hasil Penelitian... ... 79

4.1.1 Uji Instrumen... ... 82

4.1.2 Tabulasi Data Hasil Tes ... ..95

4.2 Pembahasan…….... ... 117

4.2.1 Nilai Rata-rata... ... 117

4.2.2 Uji Normalitas... ... 121

4.2.3 Uji Kesamaan Dua Varians... ... 122

4.2.4 Uji Hipotesis... ... 123

4.3 Analisis Hasil Penguasaan Mufrodat dari Berbicara Bahasa Arab Menggunakan Media Gambar Seri dengan Teknik Cerita Berantai ………... 126

4.3.1 Pengucapan (Makhraj)... 126

4.3.2 Sususnan Kalimat... ... 127

4.3.3 Intonasi... ... 127

4.3.4 Kelancaran... ... 128

4.3.5 Keberanian... ... 128

4.3.6 Kosakata………….. ... 129

4.4 Hasil Analisis Perhitungan Angket Tertutup... ... 129


(12)

xii

5.1 Simpulan... ... 134

5.2 Saran... ... 136

DAFTAR PUSTAKA... ... 138


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Peneliti Terdahulu ... 24

Tabel 2.2 KI dan KD dalam Setahun ... 51

Tabel 2.3 KI dan KD yang Akan Diterapkan ... 53

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pre-test Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 62

Tabel 3.2 Kisi-kisi Post-test Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 63

Tabel 3.3 Pedoman Penilaian Keterangan Berbicara ... 65

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Isi ... 83

Tabel 4.2 Analisis Aspek Instrumen untuk Pre-test ... 87

Tabel 4.3 Tabel Bantu Perhitungan Nilai Varians Perbutir Soal ... 90

Tabel 4.4 Analisi Aspek Instrumen untuk Post-test... 91

Tabel 4.5 Tabel Bantu Perhitungan Nilai Varian Perbutir Soal ... 94

Tabel 4.6 Nilai Pre-test Kelas Kontrol ... 96

Tabel 4.7 Persentase Hasil Penelitian Pre-test Kelas Kontrol ... 99

Tabel 4.8 Nilai Post-test Kelas Kontrol ... 101

Tabel 4.9 Persentase Hasil Post-test Kelas Kontrol ... 104

Tabel 4.10 Nilai Pre-test Kelas Eksperimen ... 107

Tabel 4.11 Persentase Hasil Pre-test Kelas Eksperimen ... 110

Tabel 4.12 Nilai Post-test Kelas Eksperimen ... 112

Tabel 4.13 Persentase Hasil Post-test Kelas Eksperimen ... 115

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas ... 122

Tabel 4.15 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ... 123


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Rancangan Non Equivalent Control Design ... 55

Gambar 4.1 Media Gambar Seri...... ... 80

Gambar 4.2 Diagram Persentase Nilai Pre-test Kelas Kontrol... ... 100

Gambar 4.3 Diagram Persentase Nilai Post-test Kelas Kontrol... ... 105

Gambar 4.4 Diagram Persentase Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol... .... 106

Gambar 4.5 Diagram Persentase Nilai Pre-test Kelas Eksperimen... ... 111

Gambar 4.6 Diagram Persentase Nilai Post-test Kelas Eksperimen... ... 115

Gambar 4.7 Diagram Persentase Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen... 116

Gambar 4.8 Diagram Garis Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol... ... 118

Gambar 4.9 Diagram Garis Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen... 120

Gambar 4.10 Diagram Rata-rata antara Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 120


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. DaftarNamaSiswaKelasUji coba………..144

2. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol……….………..146

3. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen………..…..149

4. Daftar Nilai Kelas Kontrol……….………..152

5. Daftar Nilai Kelas Eksperimen………..………..155

6. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Arab………..159

7. Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol dan Eksperimen…..166

8. RPP Post-test Kelas Kontrol…….………...167

9. RPP Post-test Kelas Eksperimen………..178

10. SoalPre-test dan SoalPost-test……….189

11. Penilaian Karakter Kelas Kontrol (Post-test)………...191

12. Penilaian Karakter Kelas Eksperimen (Post-test)………194

13. Tabel bantu menghitung uji reliabilitas istrumen pre-test dan post-test………197

14. PerhitunganUjiNormalitasMenggunakanAplikasi SPSS 16………….203

15. PerhitunganUjiKesamaanDuaVarians ………..204

16. PerhitunganUjiHipotesis ………207

17. Uji Validitas Isi………209

18. Dokumentasi Penelitian………...213

19. Surat Keputusan Penyusunan Skripsi………..215

20. Surat Permohonan Observasi………..216

21. SuratIzinPermohonanPenelitian………..217


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan penting bagi manusia karena bahasa merupakan sarana komunikasi yang berupa isyarat-isyarat, bunyi-bunyi dan ujaran-ujaran untuk mempertukarkan perasaan dan pikiran. Fungsi utama dari bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama. Kegiatan berkomunikasi erat hubungannya dengan penguasaan bahasa. Bahasa memegang peranan sangat penting terutama dalam pengungkapan pikiran seseorang atau merupakan sarana untuk berfikir, menalar dan menghayati kehidupan. Bahasa tidak hanya sebagai sarana berpikir, tetapi juga digunakan sebagai alat berkomunikasi dalam bermasyarakat karena tidak ada seorangpun yang dapat meninggalkan bahasa (Kuswardono 2013:12).

Banyak sekali bahasa yang digunakan masyarakat untuk berkomunikasi, salah satunya yaitu bahasa Arab. Penggunaan bahasa Arab tidak hanya sebagai alat untuk berkomunikasi, namun bahasa Arab juga merupakan salah satu bahasa internasional yang lambat laun mulai dipelajari oleh para pembelajar bahasa. Bahasa Arab secara resmi telah diakui dan dinyatakan sebagai bahasa yang sah digunakan di lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) sejak tahun 1973 dan organisasi-organisasi yang bernaung di bawahnya seperti WHO, UNESCO, dan lain-lain (Bakalah sebagaimana dikutip oleh Syafa‟at 2005:113-114).


(17)

2

Berkaitan dengan hal tersebut, Menteri Agama Republik Indonesia memberikan peraturan tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi pendidikan agama Islam dan bahasa Arab di Madrasah, sebagai tanda bahwa kebijakan pendidikan nasional telah menganjurkan agar bahasa Arab diajarkan di sekolah. Hal tersebut terdapat dalam Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.

Pembelajaran bahasa Arab selalu berkaitan dengan empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak (istima’), berbicara (kalam), membaca (qira’ah), dan menulis (kitabah). Bushairi Majidi (1994:27) mengatakan bahwa untuk mencapai empat kemahiran tersebut diperlukan latihan yang berulang-ulang sehingga menjadi suatu kebiasaan, karena semakin banyak frekuensi pengulangannya, semakin baik pula kemampuan bahasanya. Untuk memperoleh kecakapan, prinsipnya adalah dengan latihan terus-menerus diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan dengan memperkaya mufrodat sebagai langkah awal dalam meningkatkan latihan-latihan yang diberikan, terutama dalam keterampilan berbicara. Sehingga mufrodat memegang peranan penting dalam tata bahasa Arab. Seseorang dapat dikatakan menguasai bahasa Arab kalau belum menguasai

mufrodat bahasa Arab.

Sebagaimana dikatakan oleh H.G. Tarigan (1986:2) bahwa kualitas berbahasa seseorang jelas tergantung pada kualitas dan kuantitas mufrodat yang dimilikinya, semakin banyak mufrodat yang dimiliki maka semakin besar juga kemungkinan untuk terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa merupakan


(18)

sesuatu yang penting untuk dikuasai setiap orang. Setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur penting yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi.

Salah satu aspek yang harus dikuasai oleh siswa dalam pembelajaran bahasa Arab adalah keterampilan berbicara, sebab keterampilan berbicara menunjang keterampilan lainnya. Keterampilan ini bukanlah satu jenis keterampilan yang dapat diwariskan secara turun temurun walaupun pada dasarnya secara alamiah setiap manusia dapat berbicara.

Keterampilan berbicara pada ( ا ا را م) hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan dan keinginan kepada orang lain. Kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah dan lain-lain (Iskandarwassid 2011:241).

Kemahiran berbicara juga merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara


(19)

4

pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh (1) kemampuan mendengarkan, (2) kemampuan mengucapkan, dan (3) penguasaan (relatif) kosa kata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud, gagasan atau pikirannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa latihan berbicara ini merupakan kelanjutan dari latihan menyimak yang di dalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan (Efendy 2009:139). Salah satu bentuk kegiatan dari latihan berbicara adalah bercerita, dengan bercerita seseorang dapat mengungkapkan segala bentuk perasaan dan pikiran. Namun, keterampilan berbicara dengan teknik bercerita memerlukan latihan dengan pengarahan yang intensif.

Keterampilan bercerita merupakan salah satu teknik dalam pembelajaran berbicara. Menurut Tarigan (sebagaimana dikutip oleh Wijayanti 2007:4), bercerita merupakan salah satu keterampilan berbicara yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang lain. Dikatakan demikian karena, bercerita termasuk dalam situasi informatif yang ingin membuat pengertian-pengertian atau makna-makna yang menjadi jelas. Bercerita adalah upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih keterampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk lisan (Taningsih 2006:6). Dari pernyataan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dengan bercerita seorang anak dapat menyampaikan berbagai macam cerita. Selain itu, mereka juga dapat mengungkapkan berbagai perasaan sesuai dengan apa yang dialami,


(20)

dirasakan, dilihat dan dibaca serta mengungkapkan kemauan dan pengalaman yang diperoleh.

Pembelajaran bahasa Arab di MTs N 1 Surakarta terutama di kelas VIII sudah sesuai dengan standar kompetensi yang diajarkan, yaitu berkomunikasi lisan dan tulisan dengan menggunakan struktur kalimat yang sesuai dengan konteksnya. Namun pembelajaran bahasa Arab di kelas VIII terutama dalam keterampilan berbicara masih rendah. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru bahasa Arab dan observasi dan yang telah dilakukan peneliti di kelas VIII MTs N 1 Surakarta, masalah yang sering dijumpai dalam pembelajaran bahasa Arab terutama dalam aspek berbicara yaitu minat dan partisipasi siswa terhadap pembelajaran bahasa Arab masih kurang, hal tersebut terlihat dari ketika proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswa cenderung tidak fokus dengan materi yang diajarkan kepada mereka dan cenderung berkegiatan sendiri. Selain itu, banyak siswa yang masih merasa kesulitan dan tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide mereka dengan bahasa Arab, serta mereka menganggap bahwa mata pelajaran bahasa Arab adalah mata pelajaran yang sulit dan tidak penting karena tidak masuk dalam ujian nasional, hal tersebut menjadikan banyak siswa yang tidak peduli dengan mata pelajaran bahasa Arab. Ditambah dengan sebagian besar dari mereka berasal dari SD, oleh karena itu mereka masih menganggap bahwa mata pelajaran bahasa Arab adalah mata pelajaran yang asing dan baru.

Masalah lain yang sering dijumpai siswa dalam pembelajaran berbicara bahasa Arab yaitu kurangnya rasa keberanian siswa dan perasaan takut salah


(21)

6

untuk maju ke depan kelas mempraktikkan percakapan di hadapan teman-temannya, sehingga rasa keberanian yang seharusnya ada pada siswa dirasa masih sangat kurang dan bahkan belum terlihat. Tidak semua siswa mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Siswa yang aktif rata-rata 25%-45% dan nilai rata-rata siswa hanya berkisar 60. Hal ini diketahui pada saat siswa menyampaikan pesan atau informasi yang bersumber dari teman dengan bahasa yang runtut, baik dan benar. Isi pembicaraan yang disampaikan oleh siswa tersebut kurang jelas. Siswa berbicara tersendat-sendat sehingga isi pembicaraan menjadi kurang jelas bahkan tidak jelas. Ada pula di antara siswa yang tidak mau bicara di depan kelas.

Selain itu, pada saat guru bertanya kepada seluruh siswa, umumnya siswa lama sekali untuk menjawab pertanyaan guru. Beberapa orang siswa ada yang tidak mau menjawab pertanyaan guru karena takut jawabannya salah. Apalagi untuk berbicara di depan kelas, para siswa belum menunjukkan keberanian. Oleh karena itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan, serta sudah seharusnya guru memberikan motivasi kepada siswa-siswinya agar mempunyai keberanian dalam berbicara bahasa Arab salah satunya dengan latihan bercerita, karena dengan latihan bercerita siswa dapat menuangkan ide-idenya dan hal itu menjadikan siswa termotivasi dalam mengumpulkan kosa kata yang nantinya membentuk kalimat yang dituangkan dengan lisan, dan mempunyai perasaan tidak takut salah dalam menyampaikan suatu ujaran. Dengan demikian, proses latihan berbicara bahasa Arab siswa saat kegiatan pembelajaran di kelas akan dapat berjalan dengan baik tanpa ada kendala apapun.


(22)

Iskandarwassid (2013:151) mengatakan bahwa proses pembelajaran tidak akan terlepas dari tugas dan peran pengajar dan pembelajara. Masing-masing memiliki posisinya sesuai dengan tugas dan perannya, dalam kegiatan pembelajaran tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan tugas pembelajar yang utama adalah belajar (Harera sebagaimana dikutip oleh Iskandarwassid 2013:160). Proses pembelajaran akan berjalan dengan efektif dan menarik jika dua pihak dalam proses pembelajaran saling mendukung.

Dua pihak dalam proses pembelajaran tersebut yaitu siswa dan guru, guru sangat mempengaruhi antusias siswa dalam proses pembelajaran karena guru adalah sumber belajar.

Strategi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan dalam penyampaian materi, hal yang mendukung dalam strategi pembelajaran yaitu dengan penggunaan pendekatan, metode, teknik, media, materi pembelajaran, serta kompetensi guru (Iskandarwassid 2013:168). Hal tersebut memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan sebuah pembelajaran, karena selama ini guru masih menggunakan strategi pembelajaran yang konvensional, siswa diajarkan bahasa bukan berbahasa sehingga teori yang paling banyak diajarkan dibandingkan praktiknya.

Guru bahasa Arab di MTs N 1 Surakarta masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi, metode yang sering digunakan adalah metode ceramah, guru hanya menerjemahkan dan menjelaskan materi yang ada di LKS, siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan juga belum adanya


(23)

8

penggunaan media sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung menjadikan proses pembelajaran juga kurang efektif, untuk pembelajaran bahasa salah satu yang mendukung adalah adanya laboratorium bahasa, sedangkan di MTs N 1 Surakarta untuk penggunaan laboratorium bahasa kurang maksimal, proses pembelajaran bahasa Arab di sana terkadang hanya mengandalkan LCD sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar. Hal tersebut menjadikan siswa banyak yang mengantuk dan merasa bosan menerima pelajaran bahasa Arab di dalam kelas.

Selain itu, ketersediaan media-media pembelajaran bahasa Arab, khususnya untuk keterampilan berbicara, belum tersedia untuk membantu siswa dalam menuangkan ide maupun gagasan mereka dalam bentuk ujaran. Melihat permasalahan yang dihadapi guru bahasa Arab di MTs N 1 Surakarta tersebut, peneliti mencoba memanfaatkan media gambar seri dengan teknik cerita berantai yang merupakan salah satu solusi alternatif untuk mengatasi problematika pembelajaran bahasa Arab, khususnya pada pengajaran keterampilan berbicara. Media gambar seri yang akan diterapkan berupa beberapa gambar dengan ukuran masing-masing 10x12cm, isi dari gambar tersebut saling berkaitan satu sama lain. Alasan peneliti memilih media gambar seri sebagai solusi untuk mengatasi problematika di MTs N 1 Surakarta karena di antara media pembelajaran, media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Hal ini disebabkan karena siswa lebih menyukai gambar daripada tulisan, apalagi jika gambar dibuat dan disajikan sesuai dengan persyaratan yang baik, sudah tentu akan menambah semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.


(24)

Media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual kedalam bentuk 2 dimensi sebagai curahan ataupun pikiran yang bermacam-macam seperti lukisan, potret, slide, film, strip. Menurut Sadiman (sebagaimana dikutip oleh Budiono 2008:12), media gambar adalah media yang paling umum dipakai, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja. Media gambar merupakan salah satu bentuk media pembelajaran visual, alat visual sangat diperlukan untuk proses pembelajaran. Visual berkaitan dengan kontak penglihatan, sehingga dengan melihat dapat menumbuhkan rasa ketertarikan, minat, perhatian dan keingintahuan terhadap media visual yang disajikan. Mengingat faktor perhatian harus ditumbuhkan dahulu sebelum pemberian materi yang sebenarnya. Salah satu cara untuk menarik perhatian dan minat siswa adalah melalui gambar-gambar yang tentu harus menunjang kepada materi yang akan disampaikan, dengan adanya media berbasis visual atau gambar, siswa akan merasa termotivasi dan lebih bersemangat dalam pembelajaran bahasa Arab terutama keterampilan berbicara, dan dengan adanya sebuah media pembelajaran berbicara bahasa Arab yang menarik, maka hal tersebut dapat menumbuhkan kecintaan siswa terhadap pelajaran bahasa Arab terutama pada pengajaran keterampilan berbicara.

Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan


(25)

10

penyampaian pesan dan isi pelajaran (Hamalik sebagaimana dikutip oleh Arsyad 2007:15-16).

Peneliti juga menerapkan bentuk latihan untuk keterampilan berbicara yaitu dengan teknik cerita berantai. Teknik ini disebut juga dengan teknik melanjutkan cerita. Melanjutkan cerita disini yang dimaksud adalah seorang siswa menceritakan gambar yang telah diberikan kemudian cerita tersebut dilanjutkan dengan siswa yang lain dan seterusnya sampai siswa terakhir. Tujuan dari penggunaan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam berbicara bahasa Arab, sehingga pembelajaran berbicara menjadi lebih menyenangkan. Selain itu, teknik ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian siswa dalam berbicara. Setelah siswa tampil bersama kelompoknya diharapkan siswa menjadi lebih berani untuk berbicara secara individu. Penerapan teknik cerita berantai dilakukan secara berkelompok. Pembentukan kelompok juga dapat mempermudah siswa menyusun pokok-pokok cerita dengan gambar yang telah disajikan, karena siswa dapat bekerjasama dengan teman sekelompoknya.

Suyatno (2004:121) berpendapat bahwa teknik cerita berantai adalah teknik pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita dengan cara siswa melanjutkan cerita yang disampaikan temannya tepat dalam lingkup topik yang sama. Satu kelompok berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertentu diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Siswa pertama menceritakan suatu cerita, kemudian dilanjutkan siswa kedua, siswa ketiga, dan seterusnya sampai siswa terakhir sehingga membentuk rangkaian cerita.


(26)

Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Efektivitas Media Gambar Seri dengan Teknik Cerita Berantai untuk Penguasaan Mufrodat dan Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VIII MTs N 1 Surakarta”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana penerapan media gambar seri dengan teknik cerita berantai untuk meningkatkan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta?

2. Apakah media gambar seri dengan teknik cerita berantai efektif untuk meningkatkan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mendiskripsikan penerapan media gambar seri dengan teknik cerita berantai bagi peningkatan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta.


(27)

12

2. Untuk mengetahui keefektifan media gambar seri dengan teknik cerita berantai bagi peningkatan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis, yang berupa :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan terutama di bidang media pembelajaran mengenai media gambar seri untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi tentang pemecahan masalah yang berkaitan dengan proses pembelajaran bahasa Arab dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam mengevaluasi hasil pembelajaran bahasa Arab.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini diantaranya adalah: 1. Manfaat Bagi Siswa

a. Melatih keterampilan berbicara siswa dalam mempraktikkan teknik bercerita dengan menggunakan media gambar seri ketika proses pembelajaran berlangsung.


(28)

b. Meningkatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Arab.

c. Meningkatkan hasil belajar bahasa Arab siswa. 2. Manfaat Bagi Guru

a. Memberikan informasi dan wacana tentang media gambar seri dengan teknik cerita berantai.

b. Sebagai alternatif bagi guru dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Arab.

3. Manfaat bagi Sekolah

a. Sekolah dapat menerapkan media dan teknik pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Arab khususnya dan untuk semua mata pelajaran umumnya.

b. Dapat memberikan kontribusi untuk sekolah dalam bidang media pembelajaran dimanfaatkan sebagai inovasi yang dibutuhkan untuk mendukung pencapaian tujuan dari suatu pembelajaran tersebut.


(29)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Penelitian ini menjelaskan juga tentang teori yang berkaitan dengan keterampilan berbicara, teknik cerita berantai, dan media gambar seri. Untuk menganalisis data teori-teori tersebut akan dijabarkan pada sub bab landasan teoretis.

2.1 Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai peningkatan keterampilan berbicara pada siswa sudah banyak dilakukan. Penelitian terdahulu mengenai keterampilan berbicara siswa antara lain penelitian yang dilakukan oleh: Salimah (2001), Restianah Allukmana (2015), Amaliyah (2015), Husnul Muasyaroh (2014), Mahmudah (2015).

Salimah (2001) telah melakukan penelitian dengan judul Dampak Penerapan Bermain dengan Media Gambar Seri dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Salimah dalam penelitiannya memaparkan bahwa secara umum pelaksanaan pembelajaran bahasa melalui bermain dengan media gambar seri dalam mengembangkan keterampilan berbicara di kelas eksperimen berjalan dengan baik dan lancar, dalam penerapan bermain dengan menggunakan


(30)

media gambar seri diperoleh nilai rata-rata pre-test keterampilan berbicara anak di kelas kontrol sebesar 7.5 dan nilai rata-rata pre-test

keterampilan berbicara di kelas eksperimen sebesar 7.5. hal ini menunjukkan bahwa keterampilan berbicara anak di kelas kontrol dan dikelas eksperimen tidak ada perbedaan, karena nilai rata-rata pre-test

keterampilan berbicara kelas kontrol dan kelas eksperimen sama. Kemudian setelah diberikan perlakuan (treatment) dengan pembelajaran menggunakan media gambar seri pada kelas eksperimen dan pembelajaran tanpa menggunakan media gambar seri (konvensional) pada kelas kontrol masing-masing kelas diberikan pos-test.

Adapun hasil pos-test keterampilan berbicara anak dikelas kontrol memperoleh nilai rata-rata sebesar 7.9, sementara hasil pos-test keterampilan berbicara kelas eksperimen memeperoleh nilai rata-rata sebesar 9.2, hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam keterampilan berbicara anak, namun demikian kelas eksperimen peningkatannya lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa bahwa pembelajaran dengan menggunakan media gambar seri lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak, dengan melihat hasil

pos-test antara kelas eksperimen dan kelas kontrol terdapat selisih nilai rata-rata 1.3, peningkatan ini juga dapat di lihat pada N-Gain kelas eksperimen yaitu 0.715 yang berarti menunjukkan adanya peningkatan


(31)

16

yang lebih tinggi dari pada kelas kontrol yaitu 0.134 yang berarti peningkatannya rendah.

Persamaan penelitian Salimah dengan penelitian ini, terletak pada (1) jenis penelitian. Penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen; (2) tujuan dari kedua penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara dan penguasaan kosa kata, dan; (3) kedua penelitian ini dalam penerapannya sama-sama menggunakan media yaitu media gambar seri.

Perbedaan penelitian Salimah dengan penelitian ini, terletak pada (1) peningkatan keterampilan bahasa yang diterapkan, yaitu peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia. Sedangkan pada penelitian ini keterampilan bahasa yang diterapkan yaitu keterampilan berbicara bahasa Arab. ; (2) subjek penelitian yang diteliti. Subjek penelitian yang diteliti pada penelitian Salimah adalah Anak Usia Dini, sedangkan penelitian ini memilih subjek penelitian siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta.

Restianah Allukmana (2015) melakukan penelitian dengan judul

Kefektifan Media Permainan Monopoli Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VIII MTsN 1 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Restianah menunjukkan bahwa penerapan media permainan monopoli dapat melatih keterampilan berbicara bahasa Arab. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata pada kelas eksperimen rata-rata pada kelas kontrol dari pretest meningkat hingga 4,6 poin sedangkan nilai rata-rata


(32)

pada kelas kontrol dari pretest ke postest meningkat hanya 1,8. Hasil perhitungan rumus t-test diperoleh thitung = 3,78 sedangkan ttabel = 2,68 dengan taraf signifikan 5%.

Persamaan penelitian Restianah dengan penelitian ini, terletak pada (1) jenis dan desain penelitian. Penelitian yang digunakan yaitu jenis kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen; (2) kedua penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara bahasa Arab; (3) subjek yang diteliti. Subjek penelitian yang diteliti pada penelitian Restianah dan penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs.

Perbedaan penelitian Restianah dengan penelitian ini, terletak pada (1) penelitian Restianah menerapkan permainan monopoli, sedangkan penelitian ini menerapkan media gambar seri dengan teknik cerita berantai; (2) lokasi penelitian yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Restianah di MTs Negeri 1 Semarang sedangkan penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 1 Surakarta.

Amaliyah (2015) melakukan penelitian dengan judul Keefektifan Permainan Roda Iqra’ untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Bhasa Arab Siswa Kelas VII di MTs Ath Thahiriyah Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015. Hasil penelitian mengenai penggunaan media

permainan roda iqra‟ dalam pembelajaran bahasa Arab untuk

meningkatkan keterampilan membaca bahasa Arab menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas dari pretest ke posttest hanya meningkat 12,8 poin, yaitu dari 59,4 meningkat menjadi 72,2. Sedangkan pada kelas


(33)

18

eksperimen rata-rata kelas dari pretest ke posttest meningkat hingga 19 poin yaitu dari 61,8 meningkat menjadi 80,8. Kemudian penelitian ini menggunakan perhitungan dengan rumus uji t-test diperoleh thitung untuk N= 50 dan derajat kebebasan dk = 25+25+2 = 48 adalah 1,684 dengan taraf signifikansi 5%.

Persamaan penelitian Amaliyah dengan penelitian ini, terletak pada (1) jenis dan desain penelitian. Penelitian yang digunakan yaitu jenis kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen; (2) kedua penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Arab.

Perbedaan penelitian Amaliyah dengan penelitian ini, terletak pada (1) tujuan yang dicapai. Penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah bertujuan untuk meningkatkan keterampilan Membaca bahasa Arab, sedangkan tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa

Arab; (2) penelitian Amaliyah menerapkan permainan roda iqra‟,

sedangkan pada penelitian ini menggunakan media gambar seri dengan teknik cerita berantai sebagai alat bantu agar terdapat peningkatan dalam keterampilan yang ingin dicapai; (3) subjek penelitian. Subjek penelitian yang dilakukan oleh Amaliyah adalah siswa kelas VII MTs, sedangkan pada penelitian ini subjek yang diteliti adalah siswa kelas VIII MTs.

Husnul Muasyaroh (2014) melakukan penelitian dengan judul

Efektifitas Penerapan Model Percakapan Bebas Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa KelasVIII MTs


(34)

Negeri Kendal. Kendala yang dihadapi oleh Husnul Muasyaroh pada penelitiannya adalah masih sulitnya siswa dalam menyampaikan suatu ujaran yang akan dikemukakan saat mempraktikkan materi percakapan, dan kurangnya rasa keberanian siswa dan perasaan takut salah untuk maju ke depan kelas mempraktikkan percakapan di hadapan teman-temannya. Husnul Muasyaroh menggunakan model percakapan bebas yang telah dimodifikasi semenarik mungkin. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan dari pretest ke posttest. Dari data tes dapat diketahui peningkatan nilai rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan jumlah 33 siswa setiap kelasnya. Pada pretest kelas kontrol mendapat nilai rata-rata 67,94 dan posttest mendapat nilai rata-rata 74,64. Pada pretest kelas eksperimen mendapat nilai rata-rata 69,72 dan posttest

mendapat nilai rata-rata 80,24. Kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Persamaan penelitian Husnul Muasyaroh dengan penelitian ini, terletak pada (1) jenis penelitian. Penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen; (2) kedua penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa yaitu berbicara bahasa Arab, dan; (3) subjek penelitian yang diteliti. Subjek penelitian yang diteliti pada penelitian Husnul Muasyaroh dan penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs.

Perbedaan penelitian Husnul dengan penelitian ini, terletak pada (1) model yang diterapkan pada penelitian Husnul menggunakan model


(35)

20

percakapan bebas, sedangkan penelitian ini menggunakan teknik cerita berantai; (2) pada penelitian Husnul Muasyaroh tidak menggunakan media sebagi alat bantu, sedangkan pada penelitian menggunakan media gambar seri sebagai alat bantu untuk menjadikan subjek lebih antusias dalam keterampilan berbicara; (3) subjek penelitian yang digunakan. Subjek penelitian yang digunakan pada penelitian Husnul adalah siswa kelas VIII di MTs Negeri Kendal, sedangkan penelitian ini memilih subjek penelitian siswa kelas VIII di MTs N 1 Surakarta; (4) tujuan penelitian Husnul Muasyaroh hanya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab, sedangkan pada penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan katerampilan berbicara bahasa Arab dan penguasaan kosa kata bahasa Arab.

Mahmudah (2015) telah melakukan penelitian dengan judul

Wayang Edukatif: Media Pembelajaran Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Kelas VII MTs. Desain penelitian ini adalah desain Research and Development (R&D). Data diambil dari hasil wawancara, observasi, dan angket kebutuhan yang disebar kepada guru dan siswa sebelum penyusunan prototipe media wayang edukatif, serta angket penilaian ahli, guru, dan dosen pembimbing terhadap prototipe media wayang edukatif. Kesimpulan penelitian ini adalah 1) semua responden atau guru dan siswa sangat membutuhkan media keterampilan berbicara bahasa Arab. 2) prototipe wayang edukatif dikemas dalam satu paket yang berisi tokoh wayang, panggung, background, kosakata, dan dialog dengan tema Al


(36)

Unwan, Baitiy, Usrotiy, 3) penilaian para ahli, guru dan dosen pembimbing terhadap prototipe wayang edukatif dengan jumlah nilai rata-rata 3,83 termasuk kategori sangat baik.

Persamaan penelitian Mahmudah dengan penelitian ini terletak pada (1) penggunaan media bagi peningkatan keterampilan berbahasa.

Mahmudah mengembangkan media “Wayang Edukasi” untuk menunjang

kemampuan berbicara bahasa Arab, sama dengan penelitian ini menggunakan media gambar seri bagi peningkatan keterampilan berbicara bahasa Arab; (2) kedua penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa yaitu berbicara.

Perbedaan penelitian Mahmudah dengan penelitian ini terletak pada (1) jenis penelitian yang digunakan. Penelitian Mahmudah menggunakan jenis penelitian research and development sedangkan penelitian ini penelitian eksperimen; (2) peneliti menggunakan media gambar seri dengan teknik bercerita sedangkan Mahmudah menggunakan

media “Wayang Edukasi”; (3) subjek penelitian yang diteliti. Peneliti meneliti subjek penelitian siswa kelas VIII MTs, sedangkan subjek penelitian yang diteliti pada penelitian Mahmudah adalah siswa kelas VII MTs. 4) tujuan penelitian Mahmudah hanya untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Arab, sedangkan pada penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan katerampilan berbicara bahasa Arab dan penguasaan kosa kata bahasa Arab.


(37)

22

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan bentuk persamaan dan perbedaan secara konkret dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu Keterampilan berbicara yang ditingkatkan pada penelitian ini melalui media

No. Nama Judul Persamaan Perbedaan

1. Salimah Dampak Penerapan Bermain dengan Media Gambar Seri Dalam Mengembangkan Keterampilan Berbicara Dan Penguasaan Kosa Kata Anak Usia Dini

Jenis dan desain penelitian , Keterampilan berbicara, dan penguasaan kosa kata dengan media, Tujuan yang ingin dicapai bahasa yang diterapkan, subjek yang diteliti

2. Restianah Allukmana

Kefektifan Media Permainan Monopoli Terhadap Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VIII MTsN 1 Semarang Tahun Ajaran 2014/2015

Jenis dan desain penelitian, Keterampilan berbicara bahasa Arab, penerapan media. Media, Lokasi penelitian

3. Amaliyah Kefektifan Permainan

Roda Iqra‟ untuk

Meningkatkan

Keterampilan Membaca Bahasa Arab Siswa Kelas VII Di MTs Ath

thahiriyah Banjarnegara Tahun Ajaran 2014/2015

Jenis dan desain penelitian, peningkatan kemampuan berbahasa Arab. Penerapan media, tujuan yang dicapai, dan subjek penelitian.


(38)

No. Nama Judul Persamaan Perbedaan 4. Husnul

Muasyaroh

Efektifitas Penerapan Model Percakapan Bebas Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Terhadap Keterampilan Berbicara Siswa KelasVIII MTs Negeri Kendal

Jenis penelitian, Subjek

penelitian, Tujuan

Penerapan model, media

5. Mahmudah Wayang Edukatif: Media Pembelajaran

Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Kelas VII MTs

Tujuan, penggunaan media

Jenis dan desain, subjek penelitian

Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sudah banyak penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berbicara bahasa Arab, dengan pendekatan, metode, serta teknik yang berbeda-beda. Dapat ditarik kesimpulan bahwa ada banyak cara yang dapat dipergunakan dalam rangka meningkatkan pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab. Namun peneliti memfokuskan penelitian pada media gambar seri dengan teknik cerita berantai sebagai upaya untuk meningkatkan penguasaan mufrodat dan keterampilan berbicara bahasa Arab siswa kelas VIII MTs N 1 Surakarta.


(39)

24

2.2 Landasan Teoretis

Teori-teori yang menjadi landasan teoretis pada penelitian ini adalah pengertian efektivitas, pengertian bahasa Arab, pengertian keterampilan berbicara, pengertian keterampilan berbicara bahasa Arab, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara, teknik-teknik keterampilan berbicara, kosa kata bahasa Arab, pengertian media, fungsi dan manfaat media dalam pembelajaran, pengertian media gambar, kelebihan dan kelemahan media gambar, media gambar seri, teknik cerita berantai, aspek-aspek penilaian dalam keterampilan berbicara, dan kompetensi berbicara siswa kelas VIII MTs N 1 Surakarta.

2.2.1 Pengertian Efektivitas

Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Efektivitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa :“Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”.


(40)

Unsur yang penting dalam konsep efektivitas adalah; yang pertama adalah pencapaian tujuan yang sesuai dengan apa yang telah disepakati secara maksimal, tujuan merupakan harapan yang dicita-citakan atau suatu kondisi tertentu yang ingin dicapai oleh serangkaian proses.

2.2.2 Pengertian Bahasa Arab

Menurut Ghillaby (2006:7), bahasa adalah kata-kata yang diungkapkan untuk tujuan tertentu dan bahasa itu berbagai ragam meskipun berbeda kata, tetapi tetap satu makna. Menurut Tho`aimah (1989:21), bahasa adalah kumpulan kode suara yang teratur dan diperkenalkan oleh seseorang dengan budaya tertentu dalam ucapannya dengan tujuan mempererat komunikasi diantara sesama. Ibnu Jinni yang dikutip oleh Imam Asrori (2004:5) menyebutkan bahwa:

“Bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh setiap bangsa atau masyarakat untuk mengemukakan ide.”

Mahmud Ahmad Al-Said (1973:19) mendefinisikan bahasa sebagai berikut:

“Bahasa adalah bunyi yang digunakan oleh orang untuk mengemukakan ide dalam kehidupan mereka. Bahasa merupakan sarana individu ung mengungkapkan apa yang terlintas dalam pikiran. Dengan bahasa segala kebutuhan masyarakat di mana mereka tinggal akan terpenuhi.”


(41)

26

Bahasa Arab merupakan bahasa al-Qur‟an, bahasa komunikasi dan informasi umat islam. Bahasa Arab juga merupakan kunci untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Dikatakan demikian, karena buku-buku berbagai macam ilmu pengetahuan pada zaman dahulu banyak ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Jadi, jika ingin menguasai ilmu dalam buku-buku tersebut, terlebih dahulu harus belajar bahasa Arab. (Shofwan 2007:9).

Bahasa Arab adalah bahasa yang memiliki kesatuan utuh dan kuat, karena tuturan, pikiran, dan perbuatan saling melengkapi dalam kehidupan orang Arab. Tuturan orang Arab adalah pikirannya dan pikirannya merupakan awal dari tindakan (Hermawan 2011:71).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang dipergunakan umat islam untuk menginformasikan maksud dan tujuan serta sebagai sarana untuk berkomunikasi.

2.2.3 Pengertian Keterampilan Berbicara

Keterampilan dalam berbahasa terdiri dari keterampilan menyimak (istima’), keterampilan berbicara (kalam), keterampilan membaca (qiroah) dan keterampilan menulis (kitabah). Keterampilan tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain dan tidak dapat dipisahkan antara satu keterampilan dengan keterampilan yang lainnya.


(42)

Berbicara merupakan aktifitas berbahasa yang sangat penting terutama untuk kebutuhan komunikasi. Manusia pada umumnya menggunakan perkataan lebih banyak daripada tulisan, yang artinya bahwa manusia lebih banyak berbicara daripada menulis. Keterampilan berbicara adalah aspek keterampilan berbahasa yang melibatkan minimal dua pihak, yaitu orang yang berbicara dan yang mendengarkan. Dalam kegiatan ini terjadi komunikasi dua arah secara timbal balik (Efendy 2009:139).

Pengertian berbicara juga dikemukakan oleh „Atha sebagai berikut:

“Berbicara merupakan cabang kedua dari 4 cabang berbahasa setelah menyimak. Berbicara adalah melisankan hal-hal yang dipelajari seseorang dari menyimak, membaca dan menulis. Kemahiran berbicara merupakan keistimewaan yang dimiliki manusia, tidak setiap suara dinamakan berbicara, karena berbicara adalah perkataan dan berfaedah. Kata adalah bunyi yang tersusun dari sebagian huruf, sedangkan berfaedah artinya menunjukkan makna tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berbicara dalam arti yang sebenarnya adalah apa-apa yang bersumber dari manusia dalam rangka mengungkapkan pikiran pembicara dan pendengar atau sekurang-kurangnya dalam pikiran pembicara.” („Atha 1996:105)

Berbicara adalah aktifitas berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan bahasa setelah mendengarkan (Nurgiantoro 2011:399). Berdasarkan bunyi-bunyi (bahasa) yang didengarnya itulah


(43)

28

manusia belajar mengucapkan dan akhirnya mampu untuk berbicara. Untuk dapat berbicara dalam suatu bahasa secara baik, pembicara harus mengusai lafal, struktur, dan kosakata yang bersangkutan. Disamping itu, diperlukan juga penguasaan masalah atau gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan memahami bahasa lawan bicara.

Keterampilan berbicara pada hakikatnya merupakan keterampilan mereproduksi arus sistem bunyi artikulasi untuk menyampaikan kehendak, kebutuhan perasaan dan keinginan kepada orang lain. Kelengkapan alat ucap seseorang merupakan persyaratan alamiah yang memungkinkannya untuk memproduksi suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan dan lagu bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangan, berat lidah dan lain-lain (Iskandarwassid 2011:241).

2.2.4 Keterampilan Berbicara Bahasa Arab

Menurut Efendy (2009:139) berbicara merupakan salah satu jenis kemampuan bahasa yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa modern termasuk bahasa Arab. Berbicara merupakan sarana utama untuk membina saling pengertian, komunikasi timbal balik, dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Kegiatan berbicara di dalam kelas bahasa mempunyai aspek komunikasi dua arah, yakni antara


(44)

pembicara dengan pendengarnya secara timbal balik. Dengan demikian latihan berbicara harus terlebih dahulu didasari oleh (1) kemampuan mendengar, (2) kemampuan mengucapkan, dan (3) pengusaan (relatif) kosakata dan ungkapan yang memungkinkan siswa dapat mengkomunikasikan maksud, gagasan atau pikirannya. Oleh karena itu dapat dikatakan, keterampilan berbicara merupakan kelanjutan dari latihan menyimak, dalam kegiatannya juga terdapat latihan mengucapkan. Dalam keterampilan berbicara bahasa Arab terdapat beberapa aspek yang harus diperhatikan. Aspek-aspek tersebut, diantaranya adalah 1) penguasaan kosakata bahasa Arab, 2) pelafalan, 3) struktur kata / kalimat, 4) intonasi, 5) kelancaran (Efendy 2009:139)

Makruf (2009:23), mengemukakan bahwa keterampilan berbicara bahasa Arab terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu ucapan (قطن ا) dan berbicara )ثدح ا). Ucapan (قطن ا) merupakan keterampilan yang tidak banyak membutuhkan pemikiran dan penghayatan. Bentuk-bentuk dari ucapan ini dapat berupa mengulang apa yang diucapkan pengajar, membaca dengan kertas, atau menghafalkan nash yang ditulis maupun yang didengar. Sedangkan berbicara )ثدح ا) merupakan keterampilan yang melibatkan minimal dua pihak, yaitu orang yang berbicara dan yang mendengar. Dengan demikian dalam keterampilan berbicara ini diperlukan keterlibatan fikiran dan perasaan sekaligus diperlukan keterampilan istima’ agar pembicaraan dapat berlangsung dengan lancar.


(45)

30

An-Naqoh (1995:235) mendefinisikan keterampilan berbicara sebagai berikut:

“Keterampilan berbicara adalah keterampilan yang menuntut siswa memproduksi bunyi-bunyi tertentu dan bentuk-bentuk gramatikal serta memperhatikan urutan kata dan kalimat sehingga dapat membantu siswa mengungkapkan sesuatu sesuai dengan tema pembicaraan”.

Keterampilan berbicara bahasa Arab adalah kecekatan dan kecepatan dalam mengutarakan buah pikiran dan perasaan, serta ketepatan dan kebenaran dalam memilih kosakata dan kalimat dengan bahasa Arab secara lisan (Izzan 2009:138).

Melihat pendapat dari beberapa para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara bahasa Arab adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan, serta menyampaikan ide atau perasaan kepada orang lain dengan berbahasa Arab.

2.2.5 Tujuan Pembelajaran Keterampilan Berbicara

Secara umum keterampilan berbicara bertujuan agar siswa mampu berkomunikasi lisan secara baik dan wajar dengan bahasa yang mereka pelajari. Secara baik dan wajar mengandung arti menyampaikan pesan kepada orang lain dalam cara yang secara sosial dapat diterima. Namun tentu saja untuk mencapai tahap kepandaian berkomunikasi


(46)

diperlukan aktivitas-aktivitas latihan memadai yang mendukung (Hermawan 2011:136).

Untuk tingkat pemula, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bahwa siswa dapat (1) melafalkan bunyi-bunyi bahasa, (2) menyampaikan informasi, (3) menyatakan setuju atau tidak setuju, (4) menjelaskan identitas diri, (5) menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, (6) menyatakan ungkapan rasa hormat, (7) bermain peran. Untuk tingkat menengah, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bahwa siswa dapat (1) menyampaikan informasi, (2) berpartisipasi dalam percakapan, (3) menjelaskan identitas diri, (4) menceritakan kembali hasil simakan atau bacaan, (5) melakukan wawancara, (6) bermain peran, dan (7) menyampaikan gagasan dalam diskusi atau pidato.

Untuk tingkat yang paling tinggi, yaitu tingkat lanjut, tujuan pembelajaran keterampilan berbicara bahwa siswa dapat (1) menyampaikan informasi, (2) berpartisipasi dalam percakapan, (3) menjelaskan identitas diri, (4) menceritakan kembali hasil simakan atau hasil bacaan, (5) berpartisipasi dalam wawancara, (6) bermain peran, dan (7) menyampaikan gagasan dalam diskusi, pidato, atau debat (Iskandarwassid 2011:286).


(47)

32

2.2.6 Teknik-teknik Keterampilan Berbicara

Untuk tingkat pemula, teknik-teknik pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat digunakan adalah (1) ulang ucap, (2) lihat ucap, (3) permainan kartu kata, (4) wawancara, (5) permainan memori, (6) reka cerita gambar, (7) biografi, (8) manajemen kelas, (9) permaianan telepon, dan (10) permainan alfabet.

Untuk tingkat menengah, teknik-teknik pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat digunakan adalah (1) dramatisasi, (2) elaborasi, (3) reka cerita gambar, (4) biografi, (5) permainan memori, (6) wawancara, (7) permainan kartu kata, (8) diskusi, (9) permaianan telepon, (10) percakapan satu pihak, (11) pidato pendek, (12) parafrase, (13) melanjutkan cerita, dan (14) permainan alfabet.

Untuk tingkat yang paling tinggi yaitu tingkat lanjut, teknik-teknik pembelajaran keterampilan berbicara yang dapat digunakan adalah (1) dramatisasi, (2) elaborasi, (3) reka cerita gambar, (4) biografi, (5) permainan memori, (6) diskusi, (7) wawancara, (8) pidato, (9) melanjutkan cerita, (10) Talk show, (11) parafrase, dan (12) debat (Iskandarwassid 2011:286).

2.2.7 Pembelajaran Kosa Kata Bahasa Arab

Kegiatan berkomunikasi dengan berbahasa diperlukan penguasaan kosakata dalam jumlah yang memadai, karena kualitas keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan


(48)

kuantitas kosakata yang dimilikinya. Penguasaan kosakata dalam jumlah banyak memungkinkan kita untuk menerima dan menyampaikan informasi yang lebih luas dan kompleks. (Nurgiyantoro 2010:282). Perlu disadari dan dipahami benar-benar bahwa kenaikan kelas para siswa di sekolah ditentukan oleh kualitas keterampilan berbahasa mereka. Kenaikan kelas itu berarti pula merupakan suatu jaminan akan peningkatan kuantitas dan kualitas kosakata mereka dalam segala bidang studi yang mereka peroleh sesuai dengan kurikulum. Banyak orang yang kurang menyadari bahwa nilai yang tertera pada rapor siswa merupakan cermin akan kualitas dan kuantitas kosakata siswa. Baik atau buruk nilai rapor itu mencerminkan baik atau tidaknya keterampilan berbahasa mereka. Kalau masalah ini di perhatikan dengan benar-benar, maka dapat dimengerti betapa pentingnya pembelajaran kosakata yang bersistem disekolah-sekolah sedini mungkin.

Kuantitas dan kualitas kosakata seseorang siswa turut menentukan keberhasilan dalam kehidupan. Kualitas dan kuantitas, tingkatan dan kedalaman kosakata sesorang merupakan indeks pribadi yang terbaik bagi perkembangan mentalnya. Perkembangan kosakata adalah perkembangan konseptual, merupakan suatu tujuan pendidikan dasar bagi setiap sekolah atau perguruan. Semua pendidikan pada prinsipnya adalah perkembangan kosakata yang juga merupakan perkembangan konseptual.


(49)

34

Suatu program yang sistematis bagi perkembangan kosakata akan dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendapatan, kemampuan, bawaan, dan status sosial serta faktor-faktor geografis. Seperti halnya dalam proses membaca yang membimbing siswa dari yang telah diketahui menuju ke arah yang belum atau tidak diketahui.

Sudah jelas bahwa uraian di atas mencerminkan hakikat pembelajaran bahasa, yaitu siswa mampu berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Siswa perlu di bekali kemampuan penguasaan kosakata yang memadai. Sebab kalau tidak demikian maka siswa tidak dapat berkomunikasi secara optimal untuk mencapai hal itu. Sesuai hakikatnya pembelajaran bahasa, pembelajaran kosakata tidak ajarkan kata-kata lepas atau kalimat-kalimat lepas, tetapi terlibat dalam konteks wacana, berkaitan dengan mata pelajaran dan berkaitan pula dengan bidang-bidang tertentu.

2.2.8 Pembelajaran Kosa Kata Bahasa Arab di MTs

Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar bahasa asing untuk dapat memperoleh kemahiran berkomunikasi dengan bahasa tersebut (Effendy 2012:126). oleh sebab itu, pembelajaran bahasa Arab diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Arab, baik secara lisan maupun tertulis. Pengertian komunikasi yang dimaksud adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran,


(50)

perasaan serta mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa Arab (Depag 2006:3).

Tujuan pengajaran bahasa Arab di MTs adalah agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dengan tingkat penguasaan perbendaharaan kata Arab fusha sebanyak 1000 kata dalam berbagai bentuk kata dan pola kalimat yang diprogramkan meliputi tema tentang kegiatan sehari-hari, aqidah dan ibadah. Rasionalisasi penguasaan 1000 kata tersebut adalah 300 kata pada jenjang ibtidaiyah dan 700 kata pada jenjang tsanawiyah. Selain tujuan, pelajaran bahasa Arab juga mempunyai fungsi dan ruang lingkup sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Arab (Depag 2006:4).

Mata pelajaran bahasa Arab berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa agama dan ilmu pengetahuan. Mata pelajaran bahasa Arab merupakan mata pelajaran yang berfungsi sebagai alat pengembangan diri peserta didik dalam bidang komunikasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya. Dengan demikian mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan berkepribadian Indonesia serta siap mengambil bagian dalam pembangunan nasional.


(51)

36

2.2.9 Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar (Arsyad 2011:3). Kata media berasal dari bahasa latin medius

yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara ) ئاس ( atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad 2007:3).

Menurut Hermawan (2011:224) dalam bahasa Arab, media pembelajaran lazimnya diistilahkan dengan wasa’il al-idhah yang memiliki pengertian yang sama, yaitu media penjelas materi pembelajaran. Istilah lain yang juga banyak digunakan adalah al-wasa’il al-mu’inat (media atau alat bantu), al-wasa’il al-mu’inat al -sam’iyyah al-bashariyah (media atau alat bantu pengajaran). Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mempermudah penyampaian materi pembelajaran.

“Media pengajaran dapat membangkitkan rasa senang dan gembira siswa-siswa dan mempengaruhi semangat mereka. Rasa suka hati mereka untuk ke sekolah akan timbul, dapat memantapkan pengetahuan pada benak para siswa, menghidupkan pelajaran karena pemakaian media pengajaran membutuhkan gerak dan karya” (Ibrahim sebagaimana dikutip oleh Arsyad 2007:16).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah suatu alat yang dipakai sebagai


(52)

saluran untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber (guru) kepada penerimanya (siswa) sehingga siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap dan tujuan pengajaran dapat tercapai.

2.2.10 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar, media memiliki fungsi yang sangat penting. Secara umum fungsi media adalah sebagai penyalur pesan. Media pengajaran dapat mengubah titik berat pendidikan formal, yaitu dari pendidikan yang menekankan pada instruksional akademis menjadi pendidikan yang meningkatkan kehidupan peserta didik. (McKnown sebagaimana dikutip oleh Rohani 2006:8)

Menurut Sadiman, dkk. (2011:17) secara umum media mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)

2. Mengatasi keterbatasan uang, waktu dan daya indera, seperti misalnya: objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film,bingkai, atau model,

3. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif siswa.

Sudjana dan Rivai (2007:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: a) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa hingga dapat menumbuhkan motivasi


(53)

38

belajar, b) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran, c) metode mengajar akan lebih bervariasi, d) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat mempermudah proses pembelajaran. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, dan dengan penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif siswa.

2.2.11 Pengertian Media Gambar

Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, media gambar adalah tiruan sesuatu yang dilukiskan di atas kertas atau kanvas. Gambar merupakan media visual dua dimensi di atas bidang yang tidak transparan. Guru dapat menggunakan gambar untuk memberi gambaran tentang sesuatu sehingga penjelasannya lebih konkret daripada bila diuraikan dengan kata-kata. Melalui gambar, guru dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih realistis (Arsyad 2007:322)

Visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada siswa dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk,


(54)

seperti foto, gambar atau ilustrasi, sketsa atau gambar garis, grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih. Keberhasilan penggunaan gambar sebagai media berbasis visual ditentukan oleh kualitas dan efektifitas bahan-bahan visual dan grafik. Hal ini hanya dapat dicapai dengan mengatur dan mengorganisasikan gagasan-gagasan yang timbul, merencanakannya dengan seksama, dan menggunakan teknik-teknik dasar visualisasi objek, konsep, informasi, atau situasi (Arsyad 2009:106-107). Hamalik (1994:95) mengemukakan bahwa media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual ke dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan atau pun pikiran yang bermacam-macam.

Menurut Rahadi (2003:27-28) ada beberapa karakteristik media gambar sebagai berikut.

1. Harus autentik, artinya dapat menggambarkan obyek atau peristiwa seperti jika siswa melihat langsung.

2. Ukuran gambar proporsional, sehingga siswa mudah membayangkan ukuran yang sesungguhnya benda atau obyek yang digambar.

3. Memadukan antara keindahan dengan kesesuaiannya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Gambar harus message.

Kelebihan media gambar menurut Sadiman (1996:31) adalah sebagai berikut: (1) sifat konkret dan lebih realistis dalam


(55)

40

memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal; (2) dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; (3) dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; (4) memperjelas masalah bidang apa saja; (5) harganya murah dan mudah didapat serta digunakan.

Menurut Sudjana (2002:12) tentang bagaimana siswa belajar melalui gambar-gambar adalah sebagai berikut:

1. Ilustrasi gambar mrupakan perangkat tingkat abstrak yang dapat ditafsirkan berdasarkan pengalaman dimasa lalu, melalui penafsiran kata-kata.

2. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pengajaran yang dapat menarik minat belajar siswa secara efektif.

3. Ilustrasi gambar membantu para siswa membaca buku pelajaran terutama dalam penafsiran dan mengingat-ingat materi teks yang menyertainya.

4. Ilustrasi gambar isinya harus dikaitkan dengan kehidupan nyata, agar minat belajar siswa secara efektif.

5. Ilustrasi gambar isinya hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga tidak bertentangan dengan gerakan mata pengamat dan bagian-bagian yang paling penting dari ilustrasi itu harus dipusatkan pada bagian sebelah kiri atas medan gambar.

Dengan demikian, media gambar merupakan salah satu teknik media pembelajaran yang efektif karena mengkombinasikan fakta dan


(56)

gagasan secara jelas, kuat, dan terpadu melalui pengungkapan kata-kata dan gambar.

2.2.12 Kelebihan dan Kelemahan Media Gambar

Menurut Subana, dkk. (2009:324-325) media gambar memiliki beberapa kelebihan diantaranya: (a) gambar mudah diperoleh pada buku, majalah, koran, album, foto, dan sebagainya; (b) dapat menerjemahkan ide-ide abstrak dalam bentuk yang lebih nyata; (c) gambar mudah dipakai karena tidak membutuhkan peralatan; (d) gambar relatif murah; (e) gambar dapat digunakan dalam banyak hal dan berbagai disiplin ilmu.

Selain beberapa kelebihan media gambar, di samping itu terdapat beberapa kelemahan media gambar:

a. Karena berdimensi dua, gambar sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya (yang berdimensi tiga);

b. Gambar tidak dapat memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup;

c. Siswa tidak selalu menginterpretasikan isi gambar.

2.2.13 Media Gambar Seri

Ditinjau dari semantiknya, gambar seri berasal dari kata gambar dan seri. Gambar berarti tiruan barang yang berupa orang, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya. Sedangkan seri berarti


(57)

42

rangkaian cerita yang berturut-turut. Jadi gambar seri berarti gambar yang berturut-turut. Media gambar seri disebut juga flow chart atau gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila berukuran lebar yang berisi beberapa buah gambar. Gambar-gambar tersebut berhubungan satu sama lainnya sehingga merupakan rangkaian cerita/ peristiwa. Setiap gambar diberi nomer urut sesuai dengan urutan-urutan ceritanya (Soeparno 1988:18).

Untuk mengenal lebih jauh tentang media gambar seri sebagai alat bantu pembelajaran keterampilan berbicara bahasa Arab, maka ada baiknya ditinjau dari berbagai segi, antara lain adalah sebagai berikut : (1) dari segi karakteristiknya, dilihat dari segi karakteristiknya media gambar seri memiliki sati karakteristik, (2) dari segi abstrak dan konkretnya dalam menyampaikan informasi berdasarkan kerucut pengalaman menduduki kategori atau tingkat urutan kedelapan. Selain itu, media gambar seri ini didukung oleh adanya dua lambang yaitu lambang verbal dan lambang visual. Lambang verbal terdapat pada guru sebagai pelaksanaan intruksional, sedangkan lambing visual terdapat pada gambar itu sendiri, dan (3) dari segi efisiensi, ditinjau dari biaya yang dikeluarkan, pengadaan media gambar seri sangat murah dibanding dengan media yang bersifat elektronis. Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan media gambar seri sangat efisien (Soeparno 1988:11).


(58)

Soeparno (1988:10) mengungkapkan pemerolehan gambar pada media gambar seri dapat dilakukan dengan menggambar sendiri, mencari gambar pada media cetak, dengan hasil pemotretan, dan aplikasi.

Menggambar sendiri, cara ini dapat dilakukan apabila guru bahasa yang bersangkutan memang memiliki bakat dan kemampuan di bidang menggambar, atau setidak-tidaknya bisa membuat gambar yang dipahami maksudnya oleh siswa. Selain merupakan cara yang paling sederhana untuk mengadakan media gambar seri, menggambar sendiri pun membutuhkan biaya yang relatif cukup murah. Dengan peralatan menggambar yang sederhana sudah dapat tercipta sebuah media yang baik. Keuntungan yang lain adalah bahwa gambar yang dibuat dapat disesuaikan dengan tema yang akan dibahas dalam pembelajaran keterampilan berbicara.

2.2.14 Teknik Cerita Berantai

Suyatno (2004:121) berpendapat bahwa teknik cerita berantai adalah teknik pengajaran berbicara yang menceritakan suatu cerita dengan cara siswa melanjutkan cerita yang disampaikan temannya tepat dalam lingkup topic yang sama. Satu kelompok berdiri di depan kelas kemudian bercerita tentang topik tertenti diawali dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri. Siswa pertama menceritakan suatu cerita, kemudian dilanjutkan siswa kedua, siswa ketiga, dan


(59)

44

seterusnya sampai siswa terakhir sehingga membentuk rangkaian cerita.

Penelitian ini mendefinisikan bahwa teknik cerita berantai merupakan teknik melanjutkan cerita. Melanjutkan cerita di sini yang dimaksud adalah seorang siswa bercerita kemudian cerita tersebut dilanjutkan siswa lain dan seterusnya sampai siswa terakhir. Penggunaan teknik cerita berantai ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam bercerita sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Selain itu, teknik ini bertujuan untuk meningkatkan keberanian siswa berbicara. Setelah siswa tampil bersama kelompoknya, diharapkan siswa menjadi lebih berani untuk bercerita secara individu. Penerapan teknik cerita berantai ini, dilakukan secara kelompok. Pembentukan kelompok juga dapat mempermudah siswa menyusun pokok-pokok gambar dalam cerita karena siswa dapat bekerjasama dengan teman sekelompoknya.

2.2.15 Aspek-aspek Penilaian dalam Keterampilan Berbicara

Guru memang perlu melakukan penilaian terhadap unjuk kerja siswa dalam kegiatan berbicara. Tapi penilaian itu bukan semata-mata untuk mengukur dan memberikan nilai pada suatu kegiatan belajar, melainkan hendaknya juga diartikan sebagai usaha perbaikan mutu atau prestasi belajar siswa di samping untuk pembinaan motivasi belajar yang lebih kuat. Penilaian diagnosis, tujuannya bukan


(60)

semata-mata untuk mengetahui kekurangan dan kesalahan siswa. Tetapi pengetahuan guru tentang kekurangan dan kesalahan siswa itu justru sebagai bahan untuk dijadikan pertimbangan dalam merencanakan kegiatan-kegiatan selanjutnya yang diharapkan akan membantu memperbaiki kekurangan dan kelemahan siswa.

Perlu dikemukakan di sini bahwa di dalam menyampaikan hasil penilaian, guru hendaknya jangan hanya menekankan kekurangan-kekurangan siswa. Segi kemajuan dan keberhasilan mereka juga harus dikemukakan. Kecaman harus diimbangi dengan pujian. Dengan demikian akan timbul perasaan dikalangan siswa bahkan mereka telah sanggup melakukan sesuatu dan perasaan ini akan mendorong mereka melakukan tugas-tugas selanjutnya dengan penuh gairah (Efendy 2009:153).

Menurut Efendy (2009:153), adapun aspek-aspek yang dinilai dalam kegiatan berbicara, sebagaimana disarankan oleh para ahli, adalah sebagai berikut: (1) aspek kebahasaan, meliputi: (a) pengucapan (makhraj), (b) penempatan tekanan (mad, syiddah), (c) nada dan irama, (d) pilihan kata, (e) pilihan ungkapan, (f) susunan kalimat, dan (g) variasi. (2) aspek non-kebahasaan, meliputi: (a) kelancaran, (b) penguasaan topik, (c) keterampilan, (d) penalaran, (e) keberanian, (f) kelincahan, (g) ketertiban, (h) kerajinan, dan (i) kerjasama.


(61)

46

Menurut Burhan (Nurgiyantoro 2005:94) ada beberapa aspek yang dinilai pada saat anak berbicara diantaranya sebagai berikut:

a. Ketepatan pengucapan

Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perahatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak selalu sama. Setiap orang mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, dan menyimpang, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

Setiap penutur tentu sangat dipengaruhi oleh bahasa ibunya. Misalnya, pengucapan untuk akhiran kan yang kurang tepat, memasukkan. Memang kita belum memiliki lafal baku, namun sebaiknya ucapan kita jangan terlalu diwarnai oleh bahasa daerah, sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar. Demikian juga halnya dengan pengucapan tiap suku kata. Tidak jarang kita dengar orang mengucapkan kata-kata yang tidak jelas suku katanya. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang tidak tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, atau kurang menarik sehingga dapat mengalihkan perhatian pendengar, mengganggu komunikasi, atau pemakainya dianggap aneh.


(62)

b. Ketepatan intonasi

Kesesuaian intonasi merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara dan merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan intonasi yang sesuai dengan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara berkurang.

Demikian juga halnya dalam pemberian intonasi pada kata atau suku kata. Tekanan suara yang biasanya jatuh pada suku kata terakhir atau suku kata kedua dari belakang, kemudian ditempatkan pada suku kata pertama. Misalnya kata peyanggah, pemberani, kesempatan, diberi tekanan pada pe-, pem-, ke-, tentu kedengarannya janggal.

c. Pilihan kata (diksi)

Pilihan kata (diksi) hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan lebih paham, kalau kata-kata yang digunakan sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata-kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata-kata yang muluk-muluk dan kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Kata-kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun menghambat kelancaran komunikasi. Pilihan kata itu tentu harus disesuaikan


(63)

48

dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa kita berbicara (pendengar).

d. Kelancaran

Seorang pembicara yang lancar berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraannya. Seringkali kita dengar pembicara berbicara terputus-putus, bahkan antara bagian-bagian yang terputus itu diselipkan bunyi-bunyi tertentu yang sangat mengganggu penangkapan pendengar, misalnya menyelipkan bunyi ee, oo, aa, dan sebagainya. Sebaliknya, pembicara yang terlalu cepat berbicara juga menyulitkan pendengar menangkap pokok pembicarannya. Aspek lainnya yang dinilai didalam berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan terdiri atas ucapan atau lafal, tekanan kata, nada, dan irama persendian, koskata atau ungkapan dan versi kalimat atau struktur kalimat. Aspek non kebahasaan terdiri dari kelancaran penguasaan materi, keberanian, keramahan, ketertiban semangat dan sikap. Dari pendapat di atas penilaian dapat dilakukan dengan melihat struktur kalimat, pilihan kata, intonasi, dan kelancaran.

Skala penilaian ini dapat dipergunakan untuk penilaian individual maupun kelompok. Tidak semua item penilaian harus diisi sekaligus. Guru dapat menyederhanakan daftar item tersebut atau menentukan item-item mana yang hendak dinilai dalam suatu kegiatan.


(64)

Nurgiyantoro (2010:282) mengatakan bahwa untuk dapat melakukan kegiatan berkomunikasi dengan bahasa, diperlukan penguasaan kosa kata dalam jumlah yang memadai. Penguasaan kosakata yang lebih banyak memungkinkan kita untuk menerima dan menyampaikan informasi yang lebih luas dan kompleks. Ada beberapa aspek yang dijadikan sebagai patokan penilaian dalam penguasaan kosakata, yaitu diantaranya harus mempertimbangkan masalah berikut:

(1) pemilihan bahan yang diujikan untuk tes kosakata. Pemilihan bahan untuk tes kosakata terdapat beberapa hal yang hendaknya dipertimbangkan diantaranya:

(a) segi tingkat dan jenis sekolah, isi kurikulum, buku pelajaran, tujuan tes, dan status bahasa yang diajarkan;

(b) bentuk tingkat kesulitan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif peserta didik. Tingkat kesulitan kosakata ditentukan bedasarkan kekerapan pemakaian;

(c) kosakata pasif dan aktif. Kosakata pasif adalah kosakata untuk penguasaan reseptif, kosakata yang hanya untuk dipahami dan tidak untuk dipergunakan, sedangkan kosakata aktif adalah kosa kata untuk penguasaan produktif, kosakata yang dipergunakan untuk menghasilkan bahasa dalam kegiatan berkomunikasi;


(1)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Pembelajaran materi di kelas eksperimen

Pembelajaran materi di kelas kontrol

Praktek percakapan eksperimen


(2)

Diskusi kelompok pada saat penggunaan media gambar seri

Post-test kelas eksperimen


(3)

Lampiran 19


(4)

(5)

Lampiran 21


(6)

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL REFLECTIVE TEACHING BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN MEMBACA BAHASA ARAB SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD GAJAH DEMAK

0 11 26

EFEKTIVITAS MEDIA KARTU GAMBAR REKA CERITA BAGI PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA ARAB SISWA KELAS XI MAN 1 BANJARNEGARA TAHUN 2014

1 29 193

WAYANG EDUKATIF MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB KELAS VII MTs

5 63 173

KEEFEKTIFAN MEDIA PERMAINAN MONOPOLI TERHADAP KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA ARAB SISWA KELAS VIII MTs NEGERI 1 SEMARANG TAHUN AJARAN 2014 2015

4 40 142

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sribit 2, Sidoharjo,

0 5 16

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sribit 2, Sidoharjo,

0 1 11

FUNGSI MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN MUFRODAT UNTUK BAHASA ARAB PEMULA DI KELAS SATU SDIT AR-RISALAH SURAKARTA.

0 0 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI TEKNIK CERITA BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Teknik Cerita Berantai dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas IV SD N 01 Ngemplak Tahun Ajaran

0 0 16

Perbedaan keterampilan berbicara atas penggunaan media gambar seri

0 0 336

TEKNIK PERMAINAN CERITA BERANTAI DENGAN MEDIA GAMBAR UNTUK PEMBELAJARAN BERBICARA BAHASA JEPANG - repository UPI S JEP 1102294 Title

0 0 3