pengaturan lingkungan fisik, menanamkan disiplin, memberi motivasi, dan memberi penghargaan.
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
a. Definisi
Menurut Good Carter dalam Piet Sahertian, 2000: 17 bahwa supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan
petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi
tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengajaran. Sejalan dengan itu Burton dan Bruckner dalam Piet Sahertian, 2000: 17
mengemukakan bahwa supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya memperlajari dan memperbaiki secara bersama-sama faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Pengertian supervisi supervisi adalah bantuan dan pelayanan yang
diberikan kepada guru agar mau terus menerus belajar, meningkatkan kualitas pembelajaranya, menumbuhkan kreativitas guru memperbaiki bersama-sama
dengan acara melakukan seleksi dan revisi tujuan-tujuan pendidikan, Syaiful Sagala, 2010: 94. Sejalan dengan pendapat tersebut Boardman dan Brigs dalam
Syaiful Sagala, 2010: 93 bahwa supervisi adalah usaha menstimulasi, mengoordinasi, dan membimbing guna secara terus menerus baik individu
maupun kolektif agar memahami secara efektif pelaksanaan aktivitas mengajar dalam rangka pertumbuhan murid secara kontinyu.
Supervisi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang supervisor berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam rangka
menjaga kualitas produk yang dihasilkan lembaga. Supervisi bertujuan meningkatakan kualitas dan kinerja guru. Dengan bimbingan dan bantuan,
kualitas professional guru dan lembaga akan senantiasa bisa dijaga dan ditingkatkan, Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, 2008: 370.
Pendapat Kimball Wiles dalam Sahertian, 2000: 18 bahwa supervisi adalah bantuan yang diberikan untuk memperbaiki situasi belajar-mengajar yang
lebih baik. Lebih lanjut Ngalim Purwanto 1998: 76 mengatakan bahwa supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru
dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Peran kepala sekolah diatur menurut Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah. Salah satunya kompetensi supervisi, yaitu sebagai antara lain: merencanakan supervisi, melaksanakan supervisi,
menindaklanjuti supervisi. Menurut Piet Sahertian 1981: 30-31 seorang pemimpin pendidikan yang
berfungsi sebagai supervisor dalam melaksanakan supervisi hendaknya bertumpu pada prinsip sebagai berikut:
1 Ilmiah scientific berarti : a Sistematis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana dan kontinyu.
b Objektif, artinya data yang didapat berdasarkan pada observasi nyata, bukan tafsiran pribadi.
c Menggunakan alat instrumen yang dapat memberi informasi sebagai umpan balik untuk mengadakan penilaian terhadap proses belajar
mengajar. 2 Demokratis, menjunjung tinggi asas musyawarah. Memiliki jiwa kekeluargaan
yang kuat serta sanggup menerima pendapat orang lain. 3 Kooperatif, maksudnya kerjasama seluruh staf dalam kegiatan pengumpulan
data, analisis data dan perbaikan serta pengembangan proses belajar mengajar hendaklah dilakukan dengan kerjasama seluruh staf sekolah.
4 Konstruktif dan kreatif, membina inisiatif guru serta mendorongnya untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan dapat
mengembangkan potensinya. Menurut Ngalim Purwanto 1998: 118 ada beberapa faktor yang
mempengaruhi berhasil tidaknya supervisi atau cepat-lambatnya hasil supervisi antara lain:
1 Lingkungan masyarakat tempat sekolah itu berada. Apakah sekolah itu di kota besar, di kota kecil, atau pelosok. Dilingkungan masyarakat orang orang kaya
atau dilingkungan orang-orang yang pada umumnya kurang mampu. Dilingkungan masyarakat intelek, pedagang, atau petani dan lain-lain.
2 Besar-kecilnya sekolah yang menjadi tanggung jawab kepala sekolah. Apakah sekolah itu merupakan kompleks sekolah yang besar, banyak jumlah guru dan
muridnya, memiliki halaman dan tanah yang luas, atau sebaliknya.
3 Tingkatan dan jenis sekolah. Apakah sekolah yang di pimpin itu SD atau sekolah lanjutan, SLTP, SMU atau SMK dan sebagainya semuanya
memerlukan sikap dan sifat supervisi tertentu. 4 Keadaan guru-guru dan pegawai yang tersedia. Apakah guru-guru di sekolah
itu pada umumnya sudah berwenang, bagaimana kehidupan sosial ekonomi, hasrat kemampuannya, dan sebagainya.
5 Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri. Di antara faktor-faktor yang lain, yang terakhir ini adalah yang terpenting.
b. Tujuan supervisi