Pembelajaran Ilmiah Scientific Learning

80 sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama dalam belajar; sera setiap siswa diminta mempertanggung-jawabkan secara individu materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky 1978, 1986 yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning.Metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encodingakan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Kagan dalam Gora dan Sunarto 2010: 60 menyampaikan manfaat metode pembelajaran kooperatif, yaitu: pencapaian dan kemahiran kognitif, kemahiran sosial dan hubungan sosial, keterampilan kepemimpinan, kepercayaan diri, serta kemahiran teknologi siswa dapat ditingkatkan. Pembelajaran kooperatif juga memberikan beberapa keuntungan, antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif, sebagai berikut: Jigsaw II, Student Teams Achievement Devition STAD, Team Asisted Individualization TAI, Teams Game Tournament TGT, Group Investigation GI, dan metode struktural.

8. Pembelajaran Ilmiah Scientific Learning

Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah scientific learning lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Hasil penelitian diketahui retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen pada pembelajaran tradisional sedangkanpada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi beberapa kriteria, antara lain: materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari penalaran penyimpangan alur berpikir logis; mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, 81 analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran; mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran; mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran; berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan; serta tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Gambar 3 Hubungan Ranah Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan dalam Pembelajaran Ilmiah Pembelajaran ilmiah ditekankan pada pengembangan sikap, keterampilan, pengetahuan peserta didik. Proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar ag ar peserta didik ―tahu mengapa‖. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu bagaimana‖. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik ―tahu apa.‖ Hasil akhir adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik soft skills dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skills dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Secara singkat, hubungan antar ranah tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 di atas. 82 DAFTAR PUSTAKA Direktorat PSMK. 2009. Roadmap pengembangan SMK 2010-2014. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gora, W. dan Sunarto. 2010. Pakematik: Strategi Pembelajaran Inovatif Berbasis TIK. Jakarta: Elex Media Komputina. Greene, Rebecca. 2002. Belajar Tak Hanya di Sekolah. Alih bahasa: Eric, Valentinus. Jakarta: Esensi. Johnson, Elaine B. 2007. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Penerjemah: Setiawan, Ibnu. Bandung: MLC. Mangesa, Riana T. 2009. Kajian terhadap Pola Pendidikan Berorientasi Kompetensi Dunia Industri dalam Penyiapan Tenaga Kerja. Jurnal Medtek. Nomor 2. Hlm. 1-9. Mumford, Johnson Roodhouse, Simon. 2010. Understanding Work-Based learning. England: Gower Publishing Limited. Raelin, Joseph A. 2008. Work-Based Learning: Bridging Knowledge and Action in the Workplace. San Fransisco: Jossey-Bass. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Suranto. 2008. Pendidikan Berorientasi Tenaga Kerja Berbasis Mendasar dan Fokus. Jurnal kaunia. Nomor 2. Hlm. 111-118. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Imtima. Wicaksono, Andri. 2014. Menulis Kreatif Sastra dan Beberapa Model Pembelajarannya. Garudhawaca. 83

BAB VI KEBIJAKAN DALAM PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN