Pembelajaran Berbasis Usaha Teaching Factory Learning

78 pembelajaran dan praktik kepada peserta didik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas; menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata; melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata; serta membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. Kelemahan pembelajaran berbasis proyek, yaitu: memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah; membutuhkan biaya yang cukup banyak; banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur memegang peran utama di kelas; banyaknya peralatan yang harus disediakan; peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi akan mengalami kesulitan; ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok; serta ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan. Seorang pendidik harus dapat mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses pembelajaran.

6. Pembelajaran Berbasis Usaha Teaching Factory Learning

Teaching Factory Learning TEFA adalah pembelajaran yang berorientasi bisnis dan produksi, atau suatu proses keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja baku menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. TEFA merupakan respon terhadap perubahan paradigma kebutuhan terhadap lulusan pendidikan kejuruan yang terus berkembang, di mana yang semula berorientasi menjadi pekerja, berkembang menjadi entrepreneurship-oriented. TEFA juga merupakan suatu konsep pembelajaran dalam suasana nyata, sehingga dapat menjembatani 79 kesenjangan kompetensi antara kebutuhan DUDI dan kompetensi yang diperoleh pada pendidikan kejuruan. Hal ini berarti pembelajaran berbasis usaha merupakan pembelajaran gabungan antara pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran berbasis produksi untuk menghasilkan produk, baik berupa barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen, serta dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat. Teaching factory sebagai salah satu model pendidikan dan pelatihan yang diterapkan di SMK memiliki beberapa tujuan. Dalam roadmap pengembangan SMK 2010-2014 Direktorat PSMK 2009, teaching factory digunakan sebagai salah satu model untuk memberdayakan SMK dalam menciptakan lulusan yang berjiwa wirausaha dan memiliki kompetensi keahlian melalui pengembangan kerjasama dengan industri dan entitas bisnis yang relevan. Pembelajaran ini akan menumbuhkan jiwa wirausaha bagi siswa. Pembelajaran melalui teaching factory bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran melalui wahana belajar sambil berbuat learning by doing, sehingga dapat: 1 meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan bagi lulusan, 2 memberikan kontribusi meningkatkan daya saing bagi DUDI, dan 3 untuk memfasilitasi dan mempromosikan sekolah. Produk maupun jasa yang dihasilkan harus memenuhi kriteria yang layak jual sehingga dapat menghasilkan nilai ambah untuk sekolah Direktorat PSMK, 2008. Keuntungan yang didapatkan dipergunakan untuk menambah sumber pendapatan untuk membiayai kegiatan pembelajaran di SMK.

7. Pembelajaran Co-op