76 Pembelajaran berbasis masalah dimulai dari langkah perencanaan,
investigasi, dan penyajian hasil. Langkah perencanaan meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai self-directed problem solvers yang dapat
berkolaborasi dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang dapat mendorong mereka untuk menemukan masalah, dan meneliti hakikat permasalahan
yang disiapkan serta mengajukan hipotesis rencana penyelesaian masalah. Langkah investigasi mencakup mengeksplorasi berbagai cara menjelaskan kejadian
serta implikasinya, dan mengumpulkan serta mendistribusikan informasi. Langkah penyajian hasil digunakan untuk menyajikan temuan-temuan.
Keunggulan model
pembelajaran berbasis
masalah, antara
lain meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik, melatih peserta didik untuk
bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, membantu peserta didik mentrasfer pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata,
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan menyesuaikan dengan pengetahuan baru, serta minat peserta didik untuk belajar secara terus
menerus.
5. Pembelajaran Berbasis Proyek Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek Project Based Learning-PjBL adalah metode pembelajaran yang sistematik yang melibatkan siswa dalam mempelajari
pengetahuan dasar dan kecakapan hidup melalui perluasan, proses penyidikan, pertanyaan autentik, perancangan produk, dan kegiatan yang seksama Gora dan
Sunarto, 2010: 119. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan
pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan
komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi dan memahaminya.
Karakteristik pembelajaran berbasis proyek, yaitu: pengorganisasian masalahpertanyaan dimana pembelajaran haruslah mengembangkan pengetahuan
atau minat siswa, memiliki hubungan dengan dunia nyata dimana konteks pembelajaran yang bermakna dan autentik, menekankan pada tanggung jawab
77 siswa dimana para siswa harus mengakses informasi mereka sendiri dan
mendesain proses untuk memperoleh solusi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari, dan asesmen penilaian dimana produk final bukan dalam
bentuk tes, tetapi berbasis proyek, laporan, dan kinerja siswa. Melalui PjBL, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun a guiding question dan
membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek materi dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara
langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya. PjBL merupakan investigasi
mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik. Karena masing-masing peserta didik memiliki gaya belajar
yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk memilih materi yang akan dikerjakan sendiri atau
secara kelompok. Siswa mendiskusikan proyek dengan guru atau seluruh kelas sebagai cara bertukar informasi, melakukan tanya jawab, mendiskusikan masalah,
serta memaknai pengalaman tersebut bagi setiap siswa hingga proyek selesai Eric, 2006: 28.
Pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai implementasi konsep ―Pendidikan Berbasis Produksi‖ yang dikembangkan di Sekolah Menengah
Kejuruan SMK. SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan
untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya dengan ―kompetensi terstandar‖ yang dibutuhkan untuk bekerja dibidang masing-
masing. Pembelajaran ―berbasis produksi‖ peserta didik di SMK diperkenalkan dengan suasana dan makna kerja yang sesungguhnya di dunia kerja. Dengan
demikian model pembelajaran yang cocok untuk SMK adalah pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek membantu siswa tentang
bagaimana belajar dengan melakukan learning by doing, belajar bersama learn together, belajar menyelesaikan konflik dalam kelompok, menanamkan
pemahaman, mengembangkan kreativitas, belajar sesuai kebutuhan, membangun jejaring, dan memublikasikan penemuan dan pemikiran. Kelebihan pembelajaran
berbasis proyek, antara lain: meningkatkan motivasi, kemampuan pemecahan masalah, kolaborasi, keterampilan peserta didik untuk belajar dan mengelola
sumber; membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks; mendorong peserta didik untuk mengembangkan
dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi;
memberikan pengalaman
78 pembelajaran dan praktik kepada peserta didik dalam mengorganisasi proyek, dan
membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas; menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta
didik secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dunia nyata; melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata; serta membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun
pendidik menikmati proses pembelajaran. Kelemahan pembelajaran berbasis proyek, yaitu: memerlukan banyak waktu
untuk menyelesaikan masalah; membutuhkan biaya yang cukup banyak; banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas; banyaknya peralatan yang harus disediakan; peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan
informasi akan mengalami kesulitan; ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok; serta ketika topik yang diberikan kepada masing-masing
kelompok berbeda, dikhawatirkan peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan. Seorang pendidik harus dapat mengatasi kelemahan dari
pembelajaran berbasis proyek di atas dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah, membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan
proyek, meminimalis dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak
membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa nyaman dalam proses
pembelajaran.
6. Pembelajaran Berbasis Usaha Teaching Factory Learning