Peran Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dalam Konteks Pemenuhan Tenaga Kerja Terampil.

52 sebagai searang yang ahli dengan kualitas kerja yang tinggi. Konsep pendidikan kejuruan dipersepsikan sebagai sekolah menengah kejuruan SMK dengan berbagai bidang kahlian, seperti bidang manufactur, enginering, rekayasa, pariwisata. Sebagai sekolah kejuruan, tujuan program pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja profesional dan juga siap melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Pendidikan yang diselenggarakan bagi peserta didik yang direncanakan dan mengembangkan karir dalam bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif. Undang-uandang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 21 dijelaskan pendidikan kejuruan merupakan jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Fungsi pendidikan kejuruan: a. menyiapkan siswa menjadi manusia indonesia seutuhnya yang mamp meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan b. menyiapkan siswa menjadi tenga kerja produktif: 1 memenuhi keperluan tenaga kerja dunis usaha dan industri; 2 menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain; 3 merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpenghasilan produktif c. menyiapkan siswa menguasai IPTEKs, sehingga 1 mampu mengikuti, menguasai, menyesuaikan diri dengan kemajuan IPTEK; 2 memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan.

B. Peran Pendidikan Teknologi dan Kejuruan dalam Konteks Pemenuhan Tenaga Kerja Terampil.

Pemerintah Selandia Baru membuka kesempatan bagi 100 juru masak, 20 tenaga pemotong hewan halal dan tenaga kerja dalam skema working holiday, dengan persyaratan memenuhi standar Australian and New Zealand Standard Classification of Occupations ANZSCO. Kemampuan kerja para pekerja terampil Indonesia di Selandia Baru patut dibanggakan karena mendapat pengakuan dari pemberi kerja. Selain profesional, mereka memiliki nilai lebih, seperti loyalitas dan dedikasi yang baik. Kenyataan ini menunjukkan salah gambaran bahwa tenaga terampil Indonesia mulai diperhitungkan dan dibutuhkan oleh banyak negara. 53 Tenaga terampil Indonesia telah mampu menunjukkan kualitas kerja sebagai seorang yang profesional. Tenaga terampil adalah orang yang terlibat langsung dalam proses produksi, berada di front-line. Tenaga terampil menunjuk pada kemampuan atau keahliannya diperoleh melalui pendidikan formal, non formal maupun pengalaman kerja. Misalnya: tukang kayu, montir, tukang servis barang elektronik, baby sitter dan lain- lain. Menurut Wardiman 1998 tenaga terampil diperlukan karena ada beberapa alasan, antara lain: 1. Tenaga terampil, adalah orang yang terlibat secara langsung dalam proses produksi barang maupun jasa, karena itu menduduki peranan penting dalam menentukan tingkat mutu dan biaya produksi. 2. Tenaga kerja terampil sangat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industrialisasi suatu negara. 3. Persaingan global berkembang semakin ketat dan tajam. Tenaga kerja terampil adalah faktor keunggulan menghadapi persaingan global. 4. Kemajuan teknologi adalah faktor penting dalam meningkatkan keunggulan. Dan penerapan teknologi supaya berperan menjadi faktor keunggulan tergantung pada tenaga kerja terampil menguasai dan mengaplikasikannya. 5. Orang yang memiliki keterampilan memiliki peluang tinggi untuk bekerja dan produktif. Semakin banyak warga suatu bangsa yang terampil dan produktif maka semakin kuat kemampuan ekonomi negara yang bersangkutan. 6. Semakin banyak warga suatu bangsa yang tidak terampil, maka semakin tinggi kemungkinan pengangguran yang akan menjadi beban ekonomi negara yang bersangkutan. Tenaga terampil masih menjadi kebutuhan negara, hal ini terbukti dengan masih banyaknya industri yang menggunakan tenaga kerja manusia. Hampir 80 adalah tenaga kerja pada posisi menengah ke bawah, 20 sisanya berada pada lapis atas. Pendidikan kejuruan memiliki kepentingan menjadikan tenaga terampil terkait dengan upaya menjadikan sumberdaya manusia yang dapat menjadi aset bangsa bukan sebagai beban. Tenaga kerja dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Tenaga kerja terdidik, tenaga kerja yang memilki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu seperti guru, pilot, bidan, dan yang lain. Mereka dididik melalui pendidikan formal. 54 2. Tenaga kerja terlatih, tenaga kerja yang memilki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini membutuhkan latihan kerja yang berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut, seperti: chef, montir, ahli bedah, ahli musik. 3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih, tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja, seperti: kuli bangunan, buruh kasar, pembantu rumah tangga. Tenaga terampil akan terwujud bila pendidikan menggunakan wawasan Link and match, yaitu proses pendidikan yang memiliki: 1. Wawasan masa depan. Wawasan ini membawa konsekuensi, tenaga terampil yang dihasilkan adalah tamatan yang memiliki keahlian sesuai dengan kebutuhan pada saat itu serta memiliki sejumlah kemampuan dasar untuk mengembangkan diri. Mereka harus menguasai modal dasar untuk bekerja, memiliki keunggulan kompetetif dan komparatif sebagai modal untuk menghadapi persaingan dan menjalin atau membangun tim yang handal, memiliki modal dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai bekal untuk belajar secara berkelanjutan. 2. Wawasan mutu. Tenaga terampil dihasilkan adalah lulusan yang memilki etos kerja dan cara kerja industri. Mereka terbiasa dengan ukuran produktifitas industri dengan kualitas kerja standar. Muncul perilaku standar dengan hasil kerja yang memenuhi kriteria industri. Ukuran hasil kerja industri adalah go dan not go. Mereka dilatih dengan pelatihan didasarkan pada hal-hal yang diharapkan siswa di tempat kerja, seperti cara kerja dengan persyaratan teknis, tidak gagap teknologi, sehingga terjadi kebiasaan-kebiasaan menggunakan sikap kerja, apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil pelatihan, bukan kuantitas dari jumlah pelatihan. 3. Wawasan keunggulan. Tenaga yang unggul adalah tenaga terampil yang bermutu tinggi. Mereka harus memilki keunggulan kompetetif dan siap bersaing dengan tenaga lain di tingkat global. Mereka harus dibekali kompetensi kunci, pembelajaran terjadi dalam situasi yang sehat untuk kreatif, bersaing dalam kontek kerja, membentuk sikap positip. Hal ini penting, untuk menghadapi era keterbukaan tenaga kerja, maka tenaga kerja harus bersaing dengan tenaga kerja asing. 4. Wawasan profesionalisme. Wawasan ini dilakukan dengan membentuk perilaku profesional sebagai karakter tenaga kerja, seperti peduli mutu, menjaga 55 reputasi, bekerja cepat, efisien dan produktif. Bekerja tanpa pengawasan bertanggung jawab pada kualitas kerja. 5. Wawasan nilai tambah. Wawasan ini menjadikan lulusan yang mampu bekerja bukan penganggur. Kkualitas meningkat dibandingkan saat masuk ke SMK, dapat menghasilkan barang dan jasa yang lebih baik dibandingkan dengan bukan lulusan SMK. 6. Wawasan efisiensi. Efisiensi dilihat dari: lulusan dengan kemampuan, jumlah, mutu sesuai dengan kebutuhan pembangunan, dani investasi dana dilihat dari rate of return.

C. Dimensi Penyelenggaraan Pendidikan Teknologi dan Kejuruan