Kontravensi Bentuk Interaksi Sosial Tokoh Utama Remaja
merupakan bentuk berprasangka buruk terhadap Siwi, terlepas dari benar tidaknya hal itu.
Apabila dilihat dalam interaksinya dengan orang lain, dari hasil penelitian ini Marcella juga berprasangka buruk tehadap orang lain. Bentuk tersebut
ditunjukan ketika Marcella menjadi wedding singer dan mengisi dalam sebuah acara reuni. Marcella diminta untuk menyanyikan lagu dangdut, yang tentu sangat
jauh dari karakter musik yang Marcella tekuni. Namun, karena tuntutan profesi, Marcella tetap menyanyikan lagu-lagu dangdut yang telah di request oleh peserta
reuni. Musik dangdut menarik peserta untuk bergoyang, bahkan ada yang ingin berduet dengan Marcella. Saat itu, Marcella berpikir bahwa penggemar musik
dangdut selalu melakukan hal sembrono. Setelah meminta berduet, terkadang ada yang sampai berbuat ‘kurang ajar’. Pemikiran Marcella tersebut merupakan
bentuk prasangka buruk Marcella, terhadap para tamu reuni. Setelah menyanyi beberapa lagu, tugas gue adalah merayu-rayu hadirin
buat menyanyi. [...] Bweh, nyanyi duet dengan orang yang nggak tahu beda kunci G an kunci gembok terasa nyiksa banget. Gue jadi sering
gelagapan sendiri. Seorang peserta bahkan nggak rela sekadar duet suara saja, tapi duet gaya juga yang berarti menyentuh-nyentuh tubuh gue.
Terate, 2012: 195. Penolakan, adalah varian lain dari bentuk interaksi kontravensi dalam
penelitian ini. Hal tersebut terjadi ketika seseorang menawarkan sesuatu kepada Marcella, namun ia tidak menerima tawaran tersebut karena suatu hal. Seperti
pada kutipan berikut, Marcella menolak ketika teman-teman SMPnya hendak membawa serta pacarnya sewaktu mereka bepergian.
Gue bener-bener nggak semangat ke mal lagi. Tapi Cindy meyakinkan gue untuk melihat konser Afghan yang digelar di sana. Well, oke, at least ada
pertunjukkan musik yang layak ditonton. “Asal kalian nggak bawa cowok-cowok kalian,” gue memberi syarat.
Yang gue maksudkan adalah Hans, cowok Gresey. Gue nggak keberatan dengan Adel. Tapi, gue nggak mau kelihatan antipati pada Hans.
Terate, 2012: 21. Marcella menolak ajakan Cindy, teman SMP-nya untuk kembali bepergian
apabila mereka mengajak pacarnya. Namun, sebenarnya Marcella hanya keberatan terhadap pacar Gresey, yaitu Hans. Hans dan Gresey berperilaku
menyimpang terhadap gaya pacaran mereka, apalagi hal tersebut dilakukan di muka umu seperti bioskop. Marcella merasa tidak nyaman melihat semua itu,
sehingga ia menolak adanya Hans ketika mereka sedang bersama. “Katanya cuma menemani?” Joy mencibir saat gue meraih lipgloss.
“Cuma lipgloss.” Gue membela diri. “Sama bedak, ya kan?” Joy mengerling jail.
“nggak.” [...]”Tuh kan, lo belanja lebih banyak daripada gue.” Joy tertawa saat kami
selesai belanja.
Terate, 2012: 61-62. Kutipan di atas, merupakan varian menyangkal Marcella, dari bentuk
interaksi kontravensi. Marcella, yang awalnya akan menemani Joy berbelanja baju, justru terpancing sendiri untuk berbelanja produk kosmetik yang sedang ada
diskon. Bahkan, belanjaan Marcella lebih banyak dibanding belanjaan Joy. Kontravensi hampir banyak terjadi dengan keluarga dan teman-teman
tokoh utama remaja. Hal tersebut menunjukkan bahwa tokoh utama remaja, mulai merasakan perasaan-perasaan sebal dengan orang-orang terdekatnya. Misalnya
saja, berprasangka terhadap orang tua sering terjadi karena sang anak memunyai pemikiran baru. Namun, orang tua lebih sering kolot dan kaku dalam menerima
perubahan yang terjadi. Kontravensi dengan teman-teman dalam penelitian ini, ditemukan bahwa dalam lingkungan sekolah Marcella yang di Jogja, kurang
menerima untuk panggilan dengan kata ‘loe-gue’. Sebab, terkesan kurang menghormati lawan interaksi. Selain itu, teman-teman Marcella di Jogja heran
ketika melihat pola hidup Marcella, dari mulai berbelanja sampai perawatan tubuh. Mereka menganggap bahwa hal tersebut terlalu berlebihan untuk anak
SMA. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa