bagian awal cerita Fananie, 2002: 87. Lain dari itu, karakter dapat dibangun melalui kebiasaan berpikir, cara pengambilan keputusan dalam menghadapi setiap
peristiwa, perjalanan karir, dan hubungannya dengan tokoh-tokoh lain, termasuk komentar dari tokoh yang satu ke tokoh yang lain Fananie, 2002: 90.
b. Plot
Salah satu unsur terpenting dalam membentuk sebuah karya fiksi adalah plot cerita Fananie, 2002: 93. Pada pengertian secara umum Sundari via
Fananie 2002: 93, mengartikan plot sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita. Stanton via Nurgiantoro 2012: 113, mengemukakan
bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian tersebut hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau
menyebabkan terjadinya peristiwa lain. Berdasarkan fungsi plot dalam membangun nilai estetik cerita, maka
Fananie 2002: 94, mengidentifikasi dan menilai keberagaman analisis plot dilihat dari tiga prinsip utama, seperti sebagai berikut.
1 Plots of action, yaitu proses perubahan peristiwa secara lengkap, baik yang
muncul secara bertahap maupun tiba-tiba pada situasi yang dihadapi tokoh utama, dan sejauh mana urutan peristiwa tersebut dianggap berpengaruh
terhadap perilaku dan pemikiran tokoh dalam menghadapi situasi. 2
Plots of character, yaitu proses perubahan perilaku atau moralitas secara lengkap dari tokoh utama kaitannya dengan tindakan emosi dan perasaan.
3 Plots of thought, yaitu proses perubahan secara lengkap kaitannya dengan
perubahan pemikiran tokoh utama dengan segala konsekuensi berdasarkan kondisi yang sedang dihadapi.
c. Setting
Unsur setting menurut Abrams via Fananie 2002: 97 , adalah unsur yang dapat menentukan situasi umum dalam sebuah karya. Selain itu, Abrams via
Nurgiantoro 2012: 216, menjelaskan bahwa setting juga disebut sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar dalam novel populer menurut Adi 2011: 49 berperan penting.
Sebab, dalam pemilihan latar, pengarang juga harus memperhatikan watak para tokoh dan persoalan atau tema yang dikerjakannya. Oleh karena latar, dapat
menentukan jenis cerita dalam suatu karya fiksi. Maka dari itu, latar yang tergambar dalam novel populer merupakan gambaran dunia nyata atau berupa
kehidupan sehari-hari. Setiap karya fiksi populer akan memunculkan suasana yang membangun
cerita sesuai dengan temanya. Oleh karena itu, suasana dibentuk oleh gaya pengarang menyusun dan memilih kata-kata, tema, meninjau persoalan, atau apa
saja Adi, 2011: 52. Lebih lanjut Adi menjelaskan bahwa suasana dasar dalam fiksi populer dapat beragam, yang berarti dapat ditambah dengan suasana-suasana
lain.
5. Interaksi Sosial dalam Perspektif Sosiologi Karya Sastra
Pengetahuan mengenai proses sosial memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengertian mengenai segi yang dinamis dari masyarakat atau gerak
masyarakat Soekanto, 2012: 53. Selanjutnya, Soekanto menjelaskan bahwa bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial. Menurutnya, interaksi
sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk khusus dari interaksi sosial.
Sejalan dengan pernyataan Soekanto, Bonner via Gerungan 1988: 57, menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih
individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya. Oleh karena itu,
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok,
maupun antara perorangan dengan kelompok Soekanto, 2012: 55. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial adalah sebagai berikut.
1 Kerja sama
Beberapa sosiolog beranggapan bahwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Sebaliknya, sosiolog lain menganggap bahwa kerja
samalah yang merupakan proses utama Soekanto, 2012: 55. Pendapat yang kedua tersebut memahamkan kerja sama untuk menggambarkan sebagian besar
bentuk-bentuk interaksi sosial atas dasar bahwa, segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerja sama. Kerja sama sendiri, dimaksudkan