Faktor Sugesti Faktor yang Memengaruhi Bentuk Interaksi Sosial Tokoh Utama Remaja

banyak remaja yang berperilaku karena terpengaruh oleh teman-temannya. Misalnya, dapat dilihat budaya nongkrong di Mall yang sekarang sedang marak di Yogyakarta. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya pelajar yang dapat dilihat dalam Mall-mall, seperti Ambarukmo Plaza, dan Galeria mall, karena ketika mereka kesana, mereka masih memakai seragam sekolah.

c. Faktor Identifikasi

Identifikasi merupakan perilaku yang cenderung mengikuti seseorang yang ia kagumi atau orang-orang terdekatnya. Dalam penelitian ini, ditemukan faktor identifikasi pada bentuk interaksi sosial kontravensi antara Marcella dengan Omanya. Marcella yang dulu merasa senang, ketika ada acara makan bersama seperti di restoran, namun setelah ia pindah ke Jogja dan menjalani kehidupan yang baru, Marcella baru menyadari bahwa makan malam seperti itu ternyata tidak nyaman. Gue dulu paling suka acara makan bersama di restoran mewah seperti ini dan keluarga besar gue termasuk sering melakukannya. Tapi malam ini benar-benar nggak seru. Apakah karena karena Mama, Papa, dan Andy nggak ikut? Atau gue sudah terbiasa nongkrong di kantin sekolah bareng Wening, Joy, dan makan tanpa disorot mata Oma yang bisa memercikkan bunga api bila gue salah memegang sendok? Nggak tau deh. Tapi dulu gue nggak sadar bahwa makan malam bersama Oma, Opa, dan Tante Vina ternyata bisa membuat depresi setengah mati. Terate, 2012: 16-17. Bentuk interaksi sosial lain yang dipengaruhi oleh faktor identifikasi, adalah pertentangan yang terjadi antara Marcella dengan Mama. Marcella secara tidak sadar mengikuti kebiasaan-kebiasaan dari Oma, sedangkan Mama tidak setuju apabila Oma, mencampuri kehidupan rumah tangganya. Hal tersebut menimbulkan perdebatan antara Marcella dan Mama. Seperti pada kutipan berikut. “Tentu saja nggak semua lunas. Biaya pernikahan kami, bulan madu, rumah, baju kalian. Mama hanya nggak bisa... hidup tanpa itu semua. Sampai agak terlambat. Oma dan Opa merasa bisa menentukan hidup Mama, Papa, dan kalian. Sekolah kalian, dokter bila kalian sakit, les-les buat kalian. Itu... nggak enak, Cel.” Terate, 2012: 122. Faktor identifikasi yang lain, memengaruhi interaksi konravensi antara Marcella dan orang tuanya. Marcella merasa orang tuanya jahat telah memotong uang sakunya, karena ia merasa telah berhemat selama tinggal di Jogja. Namun, kenyataannya Marcella melakukan kebiasaan-kebiasaan seperti Mamanya dulu. Seperti pada kutipan berikut. “Tapi, seperti kamu tahu, kondisi kita saat ini sedang nggak baik. Jadi kita semua harus berhemat.” Maksudnya? Gue kurang berhemat apa lagi? Gue bahkan hanya beli dua majalah bulan ini. “Uang sakumu terpaksa kami potong.” BLAAARRRRR Dipotong? LAGI? Sementara inflasi terus terjadi? Sementara cat kuku makin mahal, majalah makin mahal, creambath juga mahal Terate, 2012: 68-69. Salah satu perumpamaan buah yang jatuh, tidak jauh dari pohonnya, mungkin tepat untuk menggambarkan faktor identifikasi ini. Faktor tersebut, dilatarbelakangi oleh ketidaksadaran Marcella mengikuti perilaku Oma dan Mamanya. Dari beberapa kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa, teladan dari orang tua memang sangat berpengaruh terhadap perilaku anak. Seperti halnya Mama Marcella yang telah menyadari bahwa kehidupannya selama di Jakarta tidak membuatnya nyaman. Oleh karena itu, mereka pindah ke Yogyakarta dengan membangun kehidupan baru yang lebih baik.

d. Faktor Simpati

Simpati, merupakan perasaan kasih, suka, atau setuju terhadap seseorang. Bentuk simpati yang muncul adalah kepedulian terhadap seseorang. Dalam penelitian ini, memengaruhi bentuk kerja sama antara Marcella dan Mamanya. Marcella ingin membantu Mamanya dalam mengurus pekerjaan rumah, sebab ia peduli dengan kesibukan Mamanya. Seperti nampak dalam kutipan berikut. Terus terang, gue iba melihat Mama. Mumpung libur, gue pengin membantu sebisanya. Terate, 2012: 35. Dalam penelitian ini, faktor simpati juga memengaruhi bentuk interaksi sosial akomodasi, yang terjadi antara Marcella dengan adiknya, Andy. Andy merasa peduli dan ikut merasakan kesusahan Marcella yang telah dipotong uang sakunya oleh Papa dan Mama. Faktor tersebut nampak pada kutipan berikut. Astaga. “Kok kamu ngomong gitu sih?” “Tadi, eh Andy dengar Kakak sedih karena uang saku Kakak jadi dikit. Jangan sedih, Kak. Andy punya uang kok.” Terate, 2012: 73. Selain merujuk pada proses-proses interaksi sosial yang bersifat positif, faktor simpati juga memengaruhi bentuk interaksi pertentangan. Bentuk pertentangan terjadi antara Marcella dengan Saskia. Hal yang memengaruhinya adalah kepedulian Marcella terhadap Gresey, yang diam saja ketika pacarnya berbuat hal yang senonoh. Namun, ketika Marcella mencoba memberitahu Saskia, ternyata Saskia menganggap hal tersebut biasa saja, dan menganggap Marcella munafik. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut. Gue nggak ngerti apakah yang lain tau, tapi mereka diam aja, seolah mereka sedang duduk di dalam kelas dan teman di samping mereka lagi ngerjain tugas fisika.