Perkembangan Teenlit dalam Sastra Populer

oleh karya sastra itu hidup dan berlaku Faruk, 2010: 46. Pendekatan sosiologis menurut Ratna, 2009: 59, menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat. Sejalan dengan pemikiran terebut, keberadaan sosiologi sastra menurut Wiyatmi 2006: 97, dilatarbelakangi oleh fakta bahwa karya sastra tidak dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu, pendekatan sosiologi karya sastra menurut Wellek dan Warren via Damono 1979: 3 merupakan suatu ilmu yang dalam penelaahannya mempermasalahkan karya itu sendiri. Maka dari itu, pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya. Laurenson dan Swingewod via Fananie 2002: 132, mengatakan bahwa walaupun sastra dan sosiologi mempunyai perbedaan namun sebenarnya dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra. Sosiologi karya sastra menurut Wellek Warren 1995: 111, berkaitan dengan isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri. Sejalan dengan hal tersebut, Fananie 2002: 133, menjelaskan bahwa bentuk dan isi karya sastra sebenarnya memang lebih banyak diambil dari fenomena sosial dibandingkan dengan seni yang lain, kecuali fim. Karya sastra merupakan karya yang menyajikan persoalan-persoalan interpretasi yang paling tidak terpecahkan, yang berkaitan dengan makna tata nilai dan bentuk struktur dari kondisi sosial yang terdapat dalam kehidupan manusia. Faruk 2010: 46, mengatakan bahwa bahasa dalam karya sastra dapat dipahami sebagai sebuah tata simbolik yang bersifat sosial dan kolektif, karya sastra yang menggunakan bahasa tersebut berbagi tata simbolik yang sama dengan masyarakat pemilik dan pengguna bahasa tersebut. Lebih lanjut, Faruk menjelaskan bahasa sebagai tata simbolik dimengerti sebagai alat perekam dan reproduksi pengalaman para pemakai dan penggunanya, karya sastra, dapat ditempatkan sebagai aktivitas simbolik yang terbagi pula secara sosial Faruk, 2009: 46. Dunia dalam karya sastra menurut Plato via Faruk 2009: 47, merupakan tiruan terhadap dunia kenyataan yang sebenarnya juga merupakan tiruan terhadap dunia ide. Maka dari itu, apabila dunia dalam karya sastra membentuk diri sebagai sebuah dunia sosial, dunia tersebut merupakan tiruan terhadap dunia sosial yang ada dalam kenyataan sebagaimana yang dipelajari oleh sosiologi Faruk, 2009: 47-48. Sesuai dengan pernyataan Wellek dan Warren mengenai sosiologi karya sastra, yang menjadikan karya sastra sebagai pokok penelitian. Maka, dapat disimpulkan bahwa pendekatan tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui kondisi-kondisi sosial yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri.

4. Unsur-unsur Fiksi Populer

Sebagai sebuah karya, fiksi populer memiliki unsur-unsur yang membangun ceritanya. Unsur-unsur sebuah fiksi populer adalah sebagai berikut.

a. Penokohan

Adi 2011: 47, menjelaskan bahwa penokohan merupakan salah satu unsur cerita yang memegang peranan penting dalam sebuah novel, karena tanpa pelaku yang mengadakan tindakan, cerita itu tidak mungkin ada. Adakalanya