Oleh karena itu, Dewojati 2010: 11 mengatakan bahwa pada kenyataannya sastra populer memiliki banyak peminat sehingga kedudukannya patut
diperhitungkan. Hal tersebut melatarbelakangi munculnya genre baru dalam dunia sastra populer, yaitu teenlit. Ledakan fiksi remaja pada tahun 2000-an telah
menjadikan fenomena teenlit berkembang di masyarakat. Dewojati 2010: 12 menyebutkan bahwa novel Cintapuccino 2004 yang ditulis oleh Icha Rahmanti
telah terjual lebih 40.000 copy sejak diterbitkan. Hal tersebut menunjukkan bahwa keberadaan teenlit yang mulai dikenal dan disukai oleh masyarakat.
Teenlit dahulu dikenal dengan novel remaja. Sumarjo, 1980: 63 menggolongkan genre tersebut berdasarkan sasaran pembacanya yang meliputi,
novel remaja, novel kampus, novel wanita, dan novel lelaki dewasa. Novel remaja, mempunyai ciri dengan setting cerita seputar anak-anak SMA atau
mahasiswa di bawah sarjana muda. Tema dalam novel ini masih sekitar percintaan antara pelajar. Cerita dibangun dalam suasana perkenalan antar remaja tersebut
hingga pada suasana pacaran. Pada umumnya, suasana cerita menjadi penuh kemesraan, penuh humor ringan yang meletup dengan nada kecerdasan anak
muda, pergaulan intim biasanya hanya sampai pada ciuman dan tidak mempersoalkan ranjang, dan sopan santun masih dijaga.
3. Sosiologi Karya Sastra
Sebagai bahasa, karya sastra sebenarnya dapat dibawa ke dalam keterkaitan yang kuat dengan dunia sosial tempat dan waktu bahasa digunakan
oleh karya sastra itu hidup dan berlaku Faruk, 2010: 46. Pendekatan sosiologis menurut Ratna, 2009: 59, menganggap karya sastra sebagai milik masyarakat.
Sejalan dengan pemikiran terebut, keberadaan sosiologi sastra menurut Wiyatmi 2006: 97, dilatarbelakangi oleh fakta bahwa karya sastra tidak dapat terlepas dari
realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat. Selain itu, pendekatan sosiologi karya sastra menurut Wellek dan Warren via Damono 1979: 3 merupakan suatu
ilmu yang dalam penelaahannya mempermasalahkan karya itu sendiri. Maka dari itu, pokok penelaahan adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang
menjadi tujuannya. Laurenson dan Swingewod via Fananie 2002: 132, mengatakan bahwa
walaupun sastra dan sosiologi mempunyai perbedaan namun sebenarnya dapat memberikan penjelasan yang bermanfaat tentang sastra. Sosiologi karya sastra
menurut Wellek Warren 1995: 111, berkaitan dengan isi karya sastra, tujuan, serta hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra itu sendiri. Sejalan dengan hal
tersebut, Fananie 2002: 133, menjelaskan bahwa bentuk dan isi karya sastra sebenarnya memang lebih banyak diambil dari fenomena sosial dibandingkan
dengan seni yang lain, kecuali fim. Karya sastra merupakan karya yang menyajikan persoalan-persoalan interpretasi yang paling tidak terpecahkan, yang
berkaitan dengan makna tata nilai dan bentuk struktur dari kondisi sosial yang terdapat dalam kehidupan manusia.
Faruk 2010: 46, mengatakan bahwa bahasa dalam karya sastra dapat dipahami sebagai sebuah tata simbolik yang bersifat sosial dan kolektif, karya
sastra yang menggunakan bahasa tersebut berbagi tata simbolik yang sama dengan