sosial, dengan memperkembangkan semangat olahraga dan kesenian, pengejaran budi pekerti dll
c. Ada metode-metode pengajaran yang ditujukan kearah tujuab yang pasti dan dilakukan secara kongkret yang khusus dimaksudkan untuk memberi
semangat kepada anak-anak yang terkenal sebagai metode “arbeitschule” dengan semboyan “bekerja sambil belajar”.
1 Kebaikan sistem arbeitschule ialah dapat mendorong anak-anak untuk bekerja, melkaukan pelbagai pekrjaan kepandaian dan kesenian yang
dapat digunakan untuk pencaharian nafka. Tidak baikanya adalah anak- anak yang mempunyai bakat meneruskan pelajaran dalam aliran ilmu
pengetahuan, biasanya tidak diketahui atau tidak berkesempatan luas untuk mengembangkan bakatnya tadi.
2 “Belajar sambil bekerja” dalam arti: belajar masih nomer satu bagi anak-anak akan tetapi diberi latihan bekerja.
d. Keinginan meneruskan pelajaran kesekolah-sekolah pengajran umum serta keseganan memasuki sekolah-sekolah vak lanjutan, sebaiknya diadakan
usaha sebagai berikut. 1 Hendaknya dikelas VI sekolah rakyat diberikan pelajaran dan praktek
bekerja 2 Maksud dari pelajaran dan praktek bekerja tadi untuk mendekatkan
anak-anak kepada alam pekerjaan, mmbeiasakan anak-anak pada pengabdian kepada masyarakat yakni mencukupkan kebutuhan
masyarakat yang beraneka pertanian, pertukangan dan sebagainya.
21. Ikhtisar Perkembangan Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia
a. Jaman VOC dan Hindia Belanda Pada hakikatnya pemerintah Hindia Belanda merupakan konsolidasi,
yakni penetapan dari apa yang dilakukan VOC. Dalam jaman VOC bangsa belanda menganggap tanah air kita semata-mata sebagai obyek
perdagangan mencarai dan mendapat keuntungan materil yang sebesar- besarnya. Pendidikan dan pengajaran diserahkan kepada para pendeta
Kristen, kemudian ada instruksi kepada pihak rakyat hendaknya diberi
25
pelajaran membaca, menulis dan berhitung seperlunya saja untuk mendidik orang-orang pembantu dalam emmperbesar keuntungan
perusahaanya sendiri. Pada tahun 1818, diadakan peraturan pemerintah pokok semacam
Undang-undang Dasar Regeeringsreglement, mulai disebut-sebut tentang pemeliharaan pengajaran, tetapi tidak pernah dilaksanakan. Tahun 1836
Regeeringsreglement R.R. diubah dan tidak disebut-sebut lagi tentang pengajaran. Dalam R.R. 1854 terdapat fatsal-fatsal mengenai pendidikan
dan pengajaran, diantaranya fatsal 125 yang berbunyi “pengajaran negeri adalah hal yang senantiasa menjadi perhatian gubernur jenderal”. Fatsal
selanjutnya membuktikan jiwa kolonialisme pemerintah Hindia-Belanda, yaitu Fatsal 126 menetapkan bahwa “pemberian pengajaran kepada anak-
anak bangsa Eropa dibolehkan secara bebas”. Fatsal 127 berbunyi selengkapnya “sedapat-dapat harus ada pemberian pengajaran rendah dari
pemerintah yang mencukupi keperluan penduduk bangsa Eropa. Bagaimana sikap pemerintah Hindia-Belanda terhadap anak-anak
Indonesia? Fatsal 128 menyebutkan “untuk rakyat gubernur jenderal diserahi mendirikan sekolah-sekolah . lain tidak”. Pada waktu itu ada
beberapa bupati mendirikan “sekolah-sekolah kabupaten” hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Kemudian lahir Peraturan Pengajaran
untuk Bumiputera, lalu didirikan sekolah guru di Surakarta, kemudian pindah ke Magelang, lalu ke Bandung 1866 dengan berangsur-angsur
didirikan sekolah-sekolah Bumiputera hanya mempunyai tiga kelas. Maksud tujuan dari segala usaha itu tetap untuk mendidik calon-
calon pegawai negeri dan pembantu-pembantu perusahaan-perusahaan kepunyaan Belanda. Maksud dan tujuan tersebut tidak berubah ketika
pemerintah memberi kelonggaran kepada anak-anak Indonesia untuk memasuki “Europeesche Lagere School”, karena yang diperbolehkan
hanya calon-calon murid “Dokter Jawa, Sekolah Raja dan Sekolah Guru”. b. Jaman Ethik dan Kebangunan nasional
Ethische politiek timbul pada permulaan abad ke-XX, sebagai akibat Kebangunan Nasional sebagai haluan “kolonial lunak” yang dalam
26
sisitim pendidikannya tetap menunjukkan sifat “intelektualistis, individualistis, dan materialistis”, sekali-sekali tidak mengandung cita-cita
kebudayaan. Sekolah-sekolah yang didirikan bangsa kita sendiri juga tidak dapat melepaskan diri dari belenggu intelektualisme, individualisme,
materialism, dan kolonialisme tadi. Baru pada tahun 1920 timbullah cita-cita baru yang menghendaki
perubahan radikal dalam lapangan pendidikan dan pengajaran yang seakan-akan merupakan gabungan kesadaran “kulturil dan politik”.
Idaman kemerdekaan nusa dan bangsa sebagai jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa itulah pokoknya sistim pendidikan dan
pengajaran yang pada tahun 1922 dapat tercipta oleh “Taman Siswa” di Yogyakarta. Aliran Taman Siswa itu terkandung dalam jiwa rakyat di
seluruh tanah air dengan berdirinya perguruan-perguruan taman siswa seluruh kepulauan Indonesia Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi,
Nusatenggara dan Maluku, juga sekolah keagamaan Islam, Kristen, Katolik, asalkan berani berdiri sebagai sekolah partikelir yang tidak
mendapat subsidi dari pemerintah Hindia-Belanda. Dengan begitu, gerakan pendidikan berlaku sejalan dengan gerakan politik. Hal ini yang
menyebabkan banyaknya orang-orang bekas murid nasional tadi kini bermanfaat dan efisien ikut serta dalam usaha kenegaraan, baik dalam
gerakan revolusi, maupun dalam usaha pembangunan bangsa dan Negara. c. Jaman Jepang
Jaman Jepang boleh dianggap sebagai penjelmaan jiwa penjajah secara mentah-mentah. Hasrat yang mengeksploitasi bangsa dan Negara
kita, berdasarkan imperialism dan kapitalisme, di lapangan ekonomi, social, kebudayaan, dan di lapangan hidup dan penghidupan seutuhnya.
Sekolah-sekolah menengah partakelir semuanya ditutup, kaum terpelajar banyak yang disiksa bahkan dibunuh secara besar-besaran di
Borneo dengan tujuan untuk menguasai Indonesia zonder bangsa Indonesia. Sisat bung karno dan bung hatta dengan “PUTERA” nya untuk
dapat memelihara semanagat nasional yang disetujui oleh pemerintah “balatentara nippon”. Saat bagsa Jepang jatuh dan bangsa Indonesia
27
melakukan “coup de etat”, mulai secara teoritis dalam lingkungan Panitia Penyelidik Kemerdekaan, sampai kekuasaan kenegaraan dapat direbut
secara revolusi semata-mata. d. Rencana P.P. K pada Jaman Persiapan Kemerdekaan
1 Dengan Undang-undang kewajiban belajar, atau peraturan lain, jika keadaan di suatu daerah memaksa, Pemerintah memelihara pendidikan
kecerdasan akal-budi ntuk segenap rakyat dengan cukup dan sebaik- baiknya, seperti ditetapkan dalam UUD fatsal 31.
2 Dalam garis-garis adab kemanusiaan,seperi terkandung di dalam segala pengajaran agama, maka pendidikan dan pengajaran nasional bersendi
kepada agama dan kebudayaan bangsa serta menuju ke arah keselaman dan kebahagiaan masyarakat.
3 Kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budi daya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan asli
yang terdapat sebagai puncak kebuadayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa. Usaha kebudayaan
harus menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang dapat
memperkembangkan atau memperkaya bangsa sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.
4 Untuk dapat memperhatikan serta memelihara kepentingan- kepentingan khusus dengan sebaik-baiknya, teristimewa yang
berdasarkan agama danatau kebudayaan, maka pihak rakyat diberi kesempatan yang cukup luas untuk mendirikan sekolah-sekolah
partikelir, yang penyelenggaraannya sebagian atau sepenuhnya boleh dibiayai oleh pemerintah. Pengawasan dari pemerintah atas usaha
sekolah-sekolah partikelir itu hanya mengenai syarat-syarat untuk menjamin kebaikan pelajaran dan ketenteraman umum.
5 Tentang susunan pelajaran pengetahuan umum harus ditetapkan suatu daftar pengajaran minimum yang menetapkan luas tingginya pelajaran
pengetahuan dan kepandaian umum serta pula pendidikan budi pekerti, teristimewa pendidikan keprajuritan. Syarat-syarat itu diwajibkan
28
untuk semua sekolah-sekolah, baik kepunyaan negeri maupun partikelir.
6 Susunan sekolah diatur sebagai berikut: a Mulai tingkatan sekolah rakyat sampai tingkatan sekolah menengah
tinggi diadakan sekolah pengetahuan umum dan sekolah kepandaian khusus Vakschool
b Untuk murid-murid yang tidak meneruskan pelajarannya maka ditiap-tiap sekolah rakyat diadakan kelas sambungan “kelas
masyarakat” c Tia-tiap sekolah pengetahuan umum mempunyai hubungan
lanjutan dengan sekolah kepandaian khusus. d Sekolah-sekolah menengah dan menengah tinggi dibagi menjadi
bagian A dari alam dan B dari bagian Budaya. e Pada sekolah menengah pertama atau menengah tinggi puteri daftar
pelajaran yang mengenai pengetahuan umum sama dengan daftar pelajaran sekolah yang sejenis untuk anak laki-laki. lamanya
pelajaran dimasing-masing tingkatan sekolah pertama, rakyat, dan menengah tinggi ialah 3 tahun.
f Tentang sekolah khusus, yakni sekolah kepandaian, maka untuk kepentingan masyarakat dan kebudayaan harus diadakan sekolah-
sekolah khusus yang cukup. Misalnya: sekolah rumah tangga dsb. Sekolah kesusastraan, musik, melukis, mengukir dsb.
g Sekolah-sekolah untuk mendidik guru harus dipentingkan, karena untuk memperluas pengajaran dan pendidikan yang sehebat-
hebatnya dalam hal pertuangan, tehnik, dagang, pelayaran, perikanan, kesehatan harus diadakan usaha-usaha mendidik guru
dengan secara kilat. h Untuk mendapatkan tenaga-tenga pemimpinpenyelenggara harus
diadakan universitet danatau sekolah-sekolah tinggi yang cukup. i biaya belajar harus serendah-rendahnya dan hendaknya ada
pembebasan uang belajar untuk mereka yang tidak mampu.
29
7 Tentang pelajaran bahasa dan kebudayaan, dengan mengisi fatsal-fatsal 32 dan 36 UUD dan fatsal ke-3 dalam garis-garis besarnya sebagai
berikut. a Bahasa indonesia diajarkan dengan cukup dan dipakai sebagai
bahasa perantaraan pengantar b Didaerah yang mempunyai bahasa sendiri, diwajibkan mengjarkan
bahasa persatuan mulai kelas 3 pada sekolah pertama c Disekolah menengah tinggi bagian budaya diajarkan bahasa arab
dan sanskerta d Bahasa asing yang perlu untuk menuntut pelajaran diajarkan
disekolah menengah atau menengah tinggi. 8 Selain didalam sekolah harus dipentingkan juga pendidikan rakyat
dengan jalan sebagai berikut. a Latihan keprajuritan
b Pendidikan yang ditujukan untuk orang-orang dewasa c Pendidikan khusus kepada kaum wanita
d Memperbanyak bacaan 9 Mendidirikan balai bahasa Indonesia
10 Mengirim pelajar-pelajar keseluruh dunia
e. Sesudah Roda pemerintahan RI Berputar Sesudah roda pemerintah jepang meninggalkan kantor-kantor besar
pemerintahannya, dan pemerintah republik Indonesia menduduki tempat- tempat tersebut maka menteri PPK yang pertama menyiarkan beberapa
pedoman tentang penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran berdasarkan renvana yang termaktub. Pengibaran sang merah putih tiap hari dihalaman
sekolah, melagukan lagu Indonesia raya, memberi semangat kebangsaan kepada anak-anak sekolah itulah instruksi yang diberikan kepada kepala
sekolah. Kewajiban pemerintah tentang pengajaran rakyat tercantum dalam
UUD fatsal ke-31 yang menetapkan : 1 Tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran
30
2 Bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-undang.
Tentang dasar kebangsaan yang dalam hubungannya denga pendidikan dan pengajaran mempunyai arti kulturil, maka fatsal 32
menetapkan pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia. Sedangkan fatsal 36 dalam konstitusi kita dalam bahasa yang kita pakai
sebagai bahasa resmi ialah bahasa Indonesia. Ada pula fatsal-fatsal didalam UUD yang harus diingat dalam segala rencana untuk mengatur
bentuk serta isi pengajaran bagi rakyat, yaitu fatsal 27 ayat 1 menetapkan kesamaan kedudukan sekalian warga Negara atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dan fatsal 34 menetapkan bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Kesimpulan dari fatsal-fatsal dalam UUD yang ada hubungannya dengan maksud dan tujuan pendidikan dan pengajaran semua itu ialah
bahwa pendidikan dan pengajaran dalam republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan serta kemasyarakatan bangsa Indonesia, bersifat
demokratis merata bagi segenap rakyat, akhirnya menuju kearah keselamatan dan kebahagian hidup lahir dan batin.
f. Usaha-Usaha Pemerintah yang Kongkrit Pada tanggal 12 april 1946 menteri P.P dan K Mr. Soewandi
membentuk P.P.P.R.I Panitian Penyelidik Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia yang bertugas meninjau seluruh usaha pendidikan
dan pengajaran. Dengan hasil menteri Mr. soewandi telah melakukan berbagai perbaikan dalam usaha kementriaanya. Yang kemudian dicetak
dalam buku yang agak tebal, akan tetapi tidak pernah disiarkan secara luas berhubung dengan adanya “clash” ke-1 dan ke-2.
Pada tahun 1948 menteri P.P dan K Mr. Ali Sastroamodjojo membentuk “Panitia Pembantu Undang-Undang Pokok Pendidikan
Pengajaran” yang diketuaia oleh Ki Hadjar Dewantara. Hasil pekerjaan panitia tersebut setelah diperbaiki oleh B.P. K.N.I.P. kemudian disahkan
oleh acting presiden Mr. Assaat di Yogyakarta. Waktu itu kementrian P.P dan K dibawah pimpinan menteri Ki Mangunsarkoro. Menurut pernyatan
31
orang tentang undang-undang pokok pengajaran Republik Indonesia itu sering disebut dengan nama sifat “nasional” dan “demokratis”.
g. Gerakan dan Usaha Partikelir Jika pihak sekolah-sekolah partikelir tidak ketinggalan dalam
usahanya menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat, “Taman Siswa” hidup giat kembali bersam-sama denga badan-badan
pendidkan dan pengajaran lainnya. Kini sudah menjadi keinsyafan umum bahwa negara yang demokratismengangap perlu adanya “sekolah-sekolah
partikelir”. Tidak hanya semata-mata untuk membantu usaha-usaha pemerintah guna perluasan pendidikan dan pengajran, namun atas dasar
dan pertimbangan bahwa tiap aliran ideologis baik yang bertali dengan keyakinan “kebatinan” maupun “kemasyarakatan” berhak untuk
memelihara usaha dan pendidikan dan pengajran yang disarkan atas keyakinan atau kepercayaan masing-masing.
22. Taman Siswa dan Shanti Niketan