g. Apabila pemerintah ingin mendorongan syart-syarat khusus untuk dijadikan syarat-syarat umum, sebaiknya dalam peraturan subsidi diadakan
tiga jenis subsidi yaitu: a untuk sekola-sekolah partikelir yang 100 di biayai oleh pemerintah, dapat menguasi 100. b untuk sekolah yang
dapat subsidi menurut perhitungan jumlah murid, pemerintah hanya berhak mengawasi ketertiban dan keamanan umum serta terpeliharanya
mutu pengajaran. c untuk sekolah-sekolah yang hanya minta dan mendapat bantuan untuk keperlua-keperluan yang bersifat khusus,
pemerintah jangan bercampur tangan selain secara umum.
24. Badan Konggres Pendidikan Indonesia
Kongres pendidikan nasional yang pertama di Solo pada tahun 1935, dibawah pimpinan bapak Wurjaningrat, pihak taman siswa menganjurkan
sistem “TRIPUSAT” dengan KH Dewantara selaku pemrasaran. Perbincangan berkisar pada soal dasar-dasar pendidikan pada umumnya,
dimana nampak jelas keinginan untuk meninjau kembali sistem pendidikan dan pengajaran yang masih berjiwa kolonial serta menggantinya dengan sifat
dan bentuk-bentuk nasional baik dalam arti politik maupun kulturil. Kedua, pada tahun 1946 jaman Republik Indonesia diadakan pula
kongres pendidikan di Solo atas inisiatif pemimpin-pemimpin gerakan Pendidikan dan Kebudayaan diantaranya Mr. Sunarjo Kolopaking, Sdr.
Sutedja Brajanegara, dll. Pokok pembicaraan yakni “pendidikan berdasarkan kebudayaan nasional” yang diserahkan kepada pihak taman siswa dengan Ki
Hadjar Dewanatara sebagai pemrasarannya. Ketiga, pada tahun 1949 jaman B.F.O di Yogyakarta diselenggarakan
kongres pula oleh anggota B.K.P.I. Badan Kongres Pendidikan Indonesia, sedangkan pemimpinnya adalah Ki Hadjar Dewantara. Kongres tersebut
dianggap sebagai permulaaan pembicaraan pelbagai soal-soal yang praktis. Keempat, pada tanggal 8-9 Nopember 1953 B.K.P.I. telah mengadakan
konferensi di Jakarta dengan topik pembicaraan mengenai perbaikan SR dan SM, tentang perlindungan anak-anak yang tidak lulus dalam ujian sekolah
35
lanjutan dan “studiekeuze” yaitu pemilihan jurusan melanjutkan pelajaran bagi murid-murid SR dan SM.
25. Sistim Pendidikan Guru Secara Integral
Dalam jaman peralihan kita dihadapkan pada kenyataan-kenyataan yang kita harus berani memandangnya dengan riil dan objektif. Kenyataan
yang sukar dan sulit serta yang berhubungan dengan menghebatnya kehausan dan kelaparan akan pendidikan dan pengajaran dikalangan rakyat kita
umumnya. Kekurangan perumahan atau ruangan-ruangan untuk dijadikan kelas-kelas bagi murid yang tak terthitung jumlahnya tadi masih juga dapat
diatasi. Dengan semboyan “tiap-tiap ruangan rumah dijadikan ruangan sekolah”. Sedangkan apabila tidak ada guru taman siswa pernah
menganjurkan semboyan “tiap-tiap orang yang cukup pengetahuan dan kepandaian hendaknya menjadi guru” kita lebih mementingkan “kecakapan”
daripada “ijazah”. Pada jaman modern kesukaran dan kesulitan dalam soal pendidikan dan
pengajaran dapat diatasi dengan harus adanya skema pendidikan guru yang integral, yang sesuai dengan segala kebutuhan rakyat seumumnya. Pertama,
haruslah kita ingat pada azas kita, teraktub dalam program perjuangan tahun 1922 yaitu bahwa meluasnya pendidikan dan pengajaran adalah lebih perlu
dari pada meningkatnya. Janganlah kita mempertinggi pengajran, kalau untuk itu kita harus mengorbankan perluasan pengajaran bagi rakyat murba.
Kemajuan kearah “vertikal” itu dengan sendiri akan menyusul sebagai perkembangan kodrati apabila perluasan “horizontal” sudah berlangsung
dengan baik. Sejarah perkembangan perguruan taman siswa membuktikan kebenaran pendirian tersebut.
Pada sistem pendidikan guru-guru didalam taman siswa, mereka dididik terus sampai pada batas kemungkinannya bagi mereka masing-masing, jangan
sampai mereka berhenti di tengah jalan. Yang dapat belajar satu tahun dengan baik, diberi ijasah “guru muda”, yang keluaran kelas II dapat menerima ijazah
“guru dewasa”, sedangkan yang tamat kelas III diangkat menjadi “guru pemimpin”. Kalau mereka dapat ditempatkan ditempat yang mereka capai
36
sekalipun tidak setingkat dengan cita-cita mereka semula mereka masih dapat ikut serta dalam usaha pembangunan.
Paralel dengan pandangan kita tentang pendidikan “guru umum” sudah sejak lama kita mengadakan pendidikan “guru indria” untuk keperluan
pendidikan anak-anak.dengan mengingat bahwa para abiturientnya nantinya akan menuntun anak-anak dibawah umur 6 tahun juga dapat membantu
mengajar di taman anak dan dikelas-kelas rendah di taman muda, maka murid-murid taman guru indria tidak saja diberi pelajaran “mengemong”
semata-mata yakni menuntun segala kesibukan, keinginan, tingkah laku, pekerjaan, menyanyi, menggambar, berbicara, bermain dan lain lain yang
termasuk hidupnya anak-anak. Berhubung dengan perkembangan perguruan kita maka berturut-turut taman guru indria tadi kita tambah satu tahun lagi,
lalu 2 tahun sesudah taman dewasa. Dengan begitu kita mengikuti perkembangan SGTK kepunyaan pemerintah, sesudah kongres yang terakhir
mengambil putusan tentang harus adanya “konvergensi” anatara taman guru dengan sekolah-sekolah guru negeri. Jadi jelaslah disini adanya system
pendidikan guru dalam taman siswa yang bersifat “integral” sesuia dengan segala kebutuhan baik dari perguruan kita maupun dari pelajar sendiri adan
atau orang tuanya. Dengan begitu system kita mempunyai sifat “luwes” yani dapat mencukupi macam-macam keperluan.
Kalau pemerintah mendidik orang-orang “ahli” yang “berpengetahuan” atau berilmu dalam soal pedagogic dan psikologi anak-anak, maka ada jalan
lain yang lebih baik dan efisien yang tidak memberatkan, yaitu yang pertama, dapatlah diadakan diferensiasi dalam system pendidikan di SGA mislanya
pada tingkatan kelas II atau kelas III. Sehingga tamatan kelas III SGA nanti merupakan dua golongan abiturient, yang satu menjadi guru umum dan kelak
menjadi pemimpin-pemimin sekolah, sedangkan yang lain yang akan bertugas disekolah-sekolah taman kanak-kanak sebagai guru biasa atau
pemimpinnya, namun dapat pula ditempatkan disekolah-sekolah rakyat sebagai guru umum. Kedua, ialah mengadakan “spesialisasi” yaitu sescara
system kursus-kursus B-I untuk mendidik calon-calon guru pada SGTK.
37
Alangkah baiknya apabila taman siswa dapat menyempurnakan pendidikan taman guru indrianya sesuai dengn dasar-dasar pikiran diatas tadi,
yaitu secara “integral”, tetap dipersatukan dengan taman guru umum seperti yang kini ada. Sehingga taman guru kita seutuhnya terdiri atas taman guru A,
taman guru B dan taman guru C untuk mendidik calon-calon guru sekolah tani, guru sekolah dagang dan sebagainya.
26. Pengajaran Kepandaian dalam Taman Siswa, Guru dan Serimpi, Tani dan wartawan.