kita pakai?”. Dan jawabannya adalah “Sistem Nasional”. Sistem baru dalam pendidikan di Eropa itu bukan sistem baru bagi kita, tetapi sistem nasional
yang asalnya dari nenek moyang kita.
2. Nomenklatur Dalam Pendidikan Kebangsaan
a. Indung-indung bagi perempuan dan laki-laki sama, yaitu tingkatan “Taman-Anak”.
b. Ulu duntung perempuan uban-uban untuk tingkatan “Taman-Muda”. c. Cekel dedunyik atau dunyik untuk perempuan, untuk tingkatan “Taman-
Dewasa” d. Cantrik perempuan : mentrik untuk tingkatan “Taman-Guru”
e. Manguyu sontrang yaitu guru muda. f. Jejanggan bidang yaitu tingkatan pengajar atau pemimpin yang
bertanggung jawab sepenuhnya atas Taman Siswa. g. Hajar, pendita dengan macam-macam sebutan Begawan, reshi, dll yaitu
tingkatan guru tertua. h. Putut atau Endang dan wasi atau dahyang yaitu nama orang yang hidup
dalam pertapaan. Kedudukannya setara dengan cantrik atau mentrik, yaitu tingkatannya mahasiswa. Sedangkan wasi atau dahyang disamakan dengan
manguyu atau sontrang, yaitu mereka yang sudah tamat belajar namun belum menjadi pemimpin doctorandus atau doctoranda.
Dengan menghidupkan kata-kata yang dulu sudah pernah dipakai, ketika bangsa kita belum merdeka dan tidak berderajat rendah, maka dengan
mudah kita memutus pertalian kolonial yang seringkali mengikat pengajaran dan pendidikan nasional kita.
3. Mobilisasi Intelektuil Nasional Untuk Mengadakan Wajib Belajar
a. Azas Kulturil dan Sosial 1 “Methode-Keluarga” yaitu laku-pengajar. Maksud dari metode ini
adalah mobilisasi intelektuil nasional dalam melaksanakan wajib belajar bagi rakyat, untuk memberantas buta huruf dengan semboyan “tiap
rumah menjadi perguruan, tiap intelektuil menjadi guru”.
4
2 “Methode Keluarga” adalah metode nasional. Karena pada jaman dahulu terpakai umum dan ternyata dapat mempercepat pengajaran
membaca dan menulis hingga ke daerah kerajaan Jawa Yogyakarta dan Surakarta.
b. Dasar-dasar Metode 1 Laku-pengajaran atau method ialah methode yang berdasarkan pada
sifat dan tabiat jiwa manusia, yang menurut ilmu cara barat dinamakan “Globaliteits-methode” yang didasarkan pada “Globaliteits-
psychologie”. 2 Globaliteits psychologie mengajarkan bahwa jiwa manusia itu adalah
keadaan yang bersifat bulat, dalam mana bagian-bagian jiwa angan- angan, rasa, kemauan, dan lain-lain tidak berdiri sendiri dan terpisah-
pisah, akan tetapi menjadi satu bulatan yang sempurna. 3 Dasar pertama dari globaliteits psychologie yaitu mengajarkan bahwa
jumlah semua bagian itu belum dapat menyamai utuhnya benda. 4 Dasar kedua mengajarkan bahwa kebulatan jiwa itu menyebabkan
manusia itu selalu memandang dan menghendaki pemandangan serta memasukkan segala keadaan ke dalam jiwanya itu.
5 Sesudah keutuhan itu masuk ke dalam jiwa, barulah jiwa meminta pandangan dari bagian-bagiannya analisa.
6 Dengan begitu terjadi sendiri susunan alam yang lambat laun menjadi luas dan masing-masing alam bersifat sempurna konsentris.
7 Tabiat global yang murni itu terdapat dalam jiwa kanak-kanak dalam windu ke-1, windu ke-2 mulai selektif.
4. Hubungan Internasional