c. Kesatuan dalam dasar dan azas dalam pokok-pokoknya cukuplah, bahkan itu satu-satunya syarat untuk dapat menggalang persatuan yang kokoh dan
abadi.
19. Pengajaran Agama dalam Sekolah
a. “Agama dalam pengajaran sekolah” adalah soal lama dan terus menerus menjadi persoalan yang sulit.
1 Tentang sifat pokoknya pemeliharaan rasa ketuhanan sebetulnya tidak ada yang antithese sebagian rakyat indonesia berjiwa religius
2 Pengajaran agama, hakikat “religi” diwujudkan dengan syariat agama yang pasti dan tertentu.
3 Tiap-tiap golongan agama sudah selayaknya memajukan tuntutan masing-masing menurut keagamaannya sendiri.
4 Menurut rencana dari pihak pemerintah RI, memang semua aliran agama dapat kesempatan untuk pemeliharaan agamanya masing-
masing itu di dalam sekolah. 5 Ada golongan yang tidak mufakat pelajaran agama dimasukkan dalam
daftar pelajaran sebagai “imperative” vak, ada pula yang menuntut pelajaran tersebut hendaknya ditempatkan di luar jam pelajaran.
b. Pemerintah Republik Indonesia pernah mengadakan usaha-usaha untuk memecahkan soal itu:
1 Putusan bersama dari kementerian pendidikan pengajaran dan kebudayaan dengan kementerian agama untuk membentuk panitia
penasehat pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri. 2 Perbincangan panitia tersebut ialah pemberian pengajaran agam itu
sebagai “ethic” dengan menggunakan bahan dari semua agama. 3 Pemerintah RI membentuk “panitian penasehat pembentukan UU
pokok pengajaran yang diketuai oleh Ki Hajar Dewantara. c. Didalam dunia taman siswa tentang hal itu diatur sebagai berikut :
1 Agama: tiap-tiap murid dan guru bebas, saling menghormati. 2 Agama: dimasukkan sebagai ethic budi pekerti.
22
3 Di daerah-daerah yang nyata penduduknya hidup secara adat islam, dibolehkan memberi pengajaran agama di dalam jam pelajaran, tetapi
tidak boleh dengan paksaan. d. Karena terbukti pengajaran agama tidak mungkin diadakan persetujuan
yang utuh dan sempurna, maka: 1 Ketetapan dalam hal itu diserahkan kepada pemerintah, baik pusat
maupun daerah, sebagai soal politik. 2 Di sini terbukti baiknya ada kebebasan mendirikan sekolah-sekolah
partikulir dalam negeri yang demokratis. 3 Saya anjurkan di mana-mana dalam dalam jaman persatuan ini: a
jangan menyatukan apa yang tak mungkin disatukan, b jangan menyatukan apa yang tak perlu disatukan, c satukanlah pokok-
pokoknya saja yang menjadi syarat satu-satunya untuk dapat menggalang kesatuan yang kokoh dan abadi.
4 Janganlah secara paksaan diri atau tekanan yang berat, mengadakan “compromise” secara “coute que coute”, sebab: a compromise berarti
persetujuan yang dapat diadakan dengan melepaskan tuntutan- tuntutan dari kedua belah pihak, b jika syarat atau tuntutan yang
dilepaskan tadi bersifat penting, persatuan itu tidak mungkin dapat merupakan persatuan yang “kokoh dan abadi”, akan tetapi berupa
persatuan “rapuh”, kemudian akan lemah dan pecah-belah karena dari semula sudah mengandung benih-enih perpecahan, dan c soal
pengajaran agama di dalam sekolah terbukti adalah soal yang tidak perlu dipersatukan.
e. Saya mengharap dengan sepenuh harapan, mudah-mudahan dapat ditetapkan suatu cara “gescheiden samengaan”, yakni tetap bersatu, tetap
melalui jalan sendiri-sendiri.
20. Belajar Sambil Bekerja dan Berlatih Mengabdi Masyarakat