Kedudukan Sekolah Partikelir di dalam Republik Satu Bangsa Satu Kebudayaan

salah satu syarat pendidikan yaitu yang khusus dan biasa dilakukan terhadap anak-anak atau orang-orang yang belum memiliki kecerdasan fikiran dan oleh karenanya belum mampu berfikir baik. Syarat pendidikan yang khusus itu ialah: pemberian contoh dan pembiasaan, termasuk puka latihan-latihan yang dilakukan dengan tetap di bawah pengawasan. e. Untuk kepentingan tersebut di atas, hedaknya Dewan Pertimbangan Agung mempertimbangkan kepada pemerintah supaya Kementerian Pendidikan, pengajaran dan kebudayaan bersama-sama dengan Kementerian kesehatan, Kementerian Agama, Kementerian Sosial dan Kementerian Penerangan diminta mengadakan usaha bersama guna memecahkan soal pendidikan rakyat secara kilat itu untuk keselamatan dan kebahagiaan rakyat kita.

17. Kedudukan Sekolah Partikelir di dalam Republik

a. Di dalam Negara yang demokratis, maka tiap-tiap penduduk berhak untuk memelihara aliran hidupnya masing-masing. b. Pemeliharaan cita-cita hidup yang beraneka warna, biasanya dilaksanakan dengan pendidikan dan pengajaran. c. Meskipun sifat, bentuk, dan laku pendidikan dan pengajaran itu pada dasarnya menjadi hak dan kewajiban tiap-tiap orang tua terhadap anaknya, namun dalam prakteknya tidak mungkin tiap orang tua menyelenggarakan sendiri segala usaha pendidikan dan pengajaran bagi anaknya, terpaksa mereka mempersatukan diri dengan orang-orang yang bersamaam atau hampir sama aliran hidupnya, bersama-sama mewujudkan sistim pendidikan dan pengajaran sebagai suatu golongan yang khusus “sekolah partikulir” yang disebut “private school” Inggris atau “bijzondere school” Belanda. d. Segala biaya yang umum dari sekolah partikulir itu sebetulnya harus ditanggung oleh pemerintah menurut peraturan keuangan yang sama, biaya-biaya yang dipikul oleh masing-masing badan yang menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang khusus itu. 20 e. Sekolah negeri berkewajiban memberikan pendidikan dan pengajaran yang umum yang diwajibkan pula untuk sekolah partikulir. f. Di dalam sekolah negeri hanya boleh diberikan sebagai “pengetahuan umum” dan dalam dasar-dasarnya yang pokok saja, yang kiranya dapat memajukan berkembangnya budi pekerti pada umumnya, jadi selaku “ethic” umum yaitu “adab dan kesusilaan”. g. Pemerintah tetap berhak dan berkewajiban mengawasi segala usaha perguruan partikulir supaya sekolah-sekolah partikulir itu berkualitet yang sebaik-baiknya dan menguntungkan Negara serta rakyatnya.

18. Satu Bangsa Satu Kebudayaan

Rasa bersatu ialah rasa satu jenis, dan rasa inilah yang sebenarnya tetap hidup dalam jiwa kita sebagai inti kesatuan kebangsaan kita dalam arti global dan integral. “Kesatuan kebangsaan” itu harus terwujud sebagai kesatuan Negara yang merdeka, namun janganlah dilupakan bahwa kemerdekaan poltik akan kosong belaka, bila tidak berisikan hidup dan penghidupan yang merdeka pula. Dan hidup serta penghidupan itulah yang sepenuhnya dan seluruhnya merupakan kebudayaan bangsa yang harus “satu” dan “merdeka” pula. Untuk menyatukan serta memerdekakan kebudayaan bangsa kita, maka diselenggarakan konggres pendidikan Antar Indonesia, kemudian dijelaskan bahwa pendidikan dan pengajaran itu adalah usaha kebudayaan semata-mata bahwa perguruan itu ialah taman persemayan benih- benih kebudayaan bagi suatu bangsa. Berhubung dengan tertariknya seluruh masyarakat dalam usaha pendidikan, maka tiap-tiap perguruan partikelir dan negeri selalu dihubungkan secara erat dengan masyarakat di masing-masing lingkunganny, yang di kenal dengan “tripusat systeem” yaitu bersatunya perguruan, keluarga, murid dan para murid sendiri. Sedangkan syarat-syarat persatuan adalah sebagai berikut: a. Janganlah menyatukan apa yang tidak dapat dipersatukan b. Janganlah menyatukan apa yang tidak perlu dipersatukan 21 c. Kesatuan dalam dasar dan azas dalam pokok-pokoknya cukuplah, bahkan itu satu-satunya syarat untuk dapat menggalang persatuan yang kokoh dan abadi.

19. Pengajaran Agama dalam Sekolah