persepsiAzolay et a.l, 2009; Brinkert, 2010; Hendel et al., 2005; Savel Munro, 2013. Pemimpin juga memberikan umpan balik kepada orang lain atau staf tanpa
menyalahkan. Pemimpin juga akan menerima umpan balik tantang dirinya dengan baik. Salah satu pengaruh yang besar dari pemimpin ialah saat
mengkomunikasikan visinya tentang kelompok atau ruangan.
4. Bersemangat
Pemimpin yang bersemangat dapat meningkatkan efektivitas pekerjaan saat berinteraksi semangat pemimpin dapat menular kepada stafnya.
5. Tujuan atau sasaran
Pemimpin akan menetapkan tujuan dan sasaran yang dapat diterima kelompok. Oleh karena itu, pemimpin akan mencari masukan dari stafnya dalam
menetapkan tujuan yangingin dicapai.
6. Melakukan secara konkrit action
Pemimpin tidak hanya berangan-angan tetapi melakukan secara konkrit. Pemimpin mempunyai ide-ide baru dan tidak menunggu instruksi. Pemimpin akan
mengerahkan orang lain, memberdayakan orang lain dan berani bertanggung jawab.
2.3 Ruang Perawatan Intensif Intensive Care Unit
2.3.1 Pengertian Ruang Perawatan Intensif Intensive Care Unit
Menurut Depkes RI 2006 ruang perawatan intensif adalah unit perawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cedera dengan
Universitas Sumatera Utara
penyulit yang mengancam nyawa dengan melibatkan tenaga kesehatan terlatih, serta didukung dengan kelengkapan peralatan khusus.
2.3.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan perawatan intensif meliputi: 1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang
mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit sampai beberapa hari.
2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik pemenuhan kebutuhan dasar
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit dan kondisi pasien yang menjadi buruk karena
pengobatan therapy iatrogenik. 4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang bergantung pada fungsi
alatmesin dan orang lain
2.3.3 Klasifikasi Pelayanan ICU
Pelayanan ICU dapat diklasifikasikan menjadi 3 tiga yaitu:
a. ICU Primer
Ruang perawatan intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang memerlukan perawatan ketat high care. ICU primer mampu melakukan
resusitasi jantung paru dan memberikan ventilasi bantu 24 -48 jam. Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah:
Universitas Sumatera Utara
a. Ruangan tersendiri, letaknya dekat dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang rawat pasien lain
b. Memiliki kebijakan kriteria pasien yang masuk dan yang keluar c. Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala
d. Ada dokter jaga 24 jam dengan kemampuan resusitasi jantung paru e. Konsulen yang membantu harus siap dipanggil
f. Memiliki 25 jumlah perawat yang cukup telah mempunyai sertifikat pelatihan perawatan intensif, minimal satu orang per shift
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi
b. ICU Sekunder
Pelayanan ICU sekunder pelayanan yang khusus mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama, mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak
terlalu kompleks. Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder adalah: a. Ruangan tersendiri, berdekatan dengan kamar bedah, ruang darurat dan ruang
rawat lain b. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar dan rujukan
c. Tersedia dokter spesialis sebagai konsultan yang dapat menanggulangi setiap saat bila diperlukan
d. Memiliki seorang kepala ICU yaitu seorang dokter konsultan intensif care atau bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi, yang bertanggung jawab
secara keseluruhan dan dokter jaga yang minimal mampu melakukan resusitasi jantung paru bantuan hidup lanjut
Universitas Sumatera Utara
e. Memiliki tenaga keperawatan lebih dari 50 bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun
f. Kemampuan memberikan bantuan ventilasi mekanis beberapa lama dan dalam batas tertentu, melakukan pemantauan invasif dan usaha- usaha penunjang hidup
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk kemudahan diagnostic selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki ruang isolasi dan mampu melakukan prosedur isolasi
c. ICU Tersier
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek intensif, mampu memberikan pelayanan yang tinggi termasuk dukungan atau bantuan hidup multi
sistem yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta mampu melakukan bantuan renal ekstrakorporal dan pemantauan kardiovaskuler invasif
dalam jangka waktu yang terbatas. Kekhususan yang dimiliki ICU tersier adalah: a. Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit
b. Memiliki kriteria pasien yang masuk, keluar dan rujukan c. Memiliki dokter spesialis dan sub spesialis yang dapat dipanggil setiap saat bila
diperlukan d. Dikelola oleh seorang ahli anastesiologi konsultan intensif care atau dokter ahli
konsultan intensif care yang lain, yang bertanggung jawab secara keseluruhan. Dan dokter jaga yang minimal mampu resusitasi jantung paru bantuan hidup
dasar dan bantuan hidup lanjut
Universitas Sumatera Utara
e. Memiliki lebih dari 75 perawat bersertifikat ICU dan minimal berpengalaman kerja di unit penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun
f. Mampu melakukan semua bentuk pemantauan dan perawatan intensif baik invasif maupun non invasif
g. Mampu dengan cepat melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, Rontgen untuk kemudahan diagnostik selama 24 jam dan fisioterapi
h. Memiliki paling sedikit seorang yang mampu mendidik medik dan perawat agar dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasien
i. Memiliki staf tambahan yang lain misalnya tenaga administrasi, tenaga rekam medik, tenaga untuk kepentingan ilmiah dan penelitian
2.3.4 Standar Pelayanan Keperawatan Intensif a. Falsafah dan Tujuan
Pelayanan keperawatan intensif disediakan dan diberikan kepada pasien dalam keadaan kegawatan dan kedaruratan yang perlu ditanggulangi dan diawasi
secara ketat dan terus menerus serta tindakan segera ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi. Pelayanan keperawatan intensif tersebut diberikan melalui
pendekatan multi disiplin secara komprehensif. Tim keperawatan intensif meyakini bahwa:
a. Setiap pasien mempunyai kebutuhan individual dan berhak mendapatkan pelayanan keperawatan terbaik, sehingga mampu berfungsi secara maksimal
dengan kualitas hidup yang optimal.
Universitas Sumatera Utara
b. Kepedulian dan perhatian caring dari tim keperawatan mendorong rasa percaya diri pasien dan mempercepat proses kesembuhannya
c. Kualitas hidup pasien optimal dapat dicapai dalam pelayanan keperawatan didukung oleh lingkungan internal maupun eksternal, fisik dan psikologis yang
dapat memberikan rasa aman dan nyaman. d. Lingkungan kerja yang kondusif meliputi lingkungan fisik dan psikologis yang
didukung fasilitas dan peralatan yang memadai. e. Kualifikasi tenaga keperawatan yang bekerja di ICU dituntut memiliki sertifikat
khusus yang diakui secara professional. f. Pelayanan intensif diberikan melalui pendekatan multi disiplin yang bertujuan
untuk memberikan pelayanan yang koprehensif untuk menanggulangi berbagai masalah pasien kritis secara cepat dan tepat sehingga menghasilkan pelayanan
yang efektif dan efesien
b. Tujuan keperawatan intensif adalah:
1. Menyelamatkan kehidupan 2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitoring yang ketat disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data yang didapat, dan melakukan tindak lanjut.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mempertahankan kehidupan 4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian dan kecatatan pasien kritis dan mempercepat proses penyembuhan pasien.
c. Pengorganisasian
Universitas Sumatera Utara
Pengorganisasian dalam unit perawatan intensif bertujuan untuk menciptakan kelancaran pemberian pelayanan keperawatan, pelayanan medic dan
pelayanan kesehatan lain. Struktur organisasi tergantung luasnya unit pelayanan dan kompleksitas kegiatan yang dikelola sertaa model asuhan keperawatan yang
diberikan. Untuk mewujudkan terlaksananya tujuan tersebut, diperlukan pengelolaan keperawatan di unit pelayanan keperawataan intensif seperti tabel 2.3
Tabel 2.3 Pengelolaan Keperawatan di Unit Perawatan Intensif
No Jenis
ketenagaan Pelayanan ICU
Primer Sekunder
Tersier
A 1
Persyaratan: Kepala
Perawatan Minimal lulus D3
keperawatan Pengalaman minimal 3
tahun di ICU Sertifikat ICU
termasuk BLS, BTLS sertifikat ACLS
Sertifikat manajemen ruang perawatan
D3 keperawatan pengalaman 5 tahun
di ICU atau S1 keperawatan
Pengalaman minimal 3 tahun di ICU
Sertifikat ACLS Sertifikat manajemen
ruang perawatan Minimal S1
keperawatan pengalaman ICU 5
tahun Lulus S2 spesialis
Kritikal care Pengalaman di ICU
minimal 2 tahun Sertifikat ACLS
Sertifikat ICU BLSBTLS
Sertifikat ketrampilan khusus
ventilasi mekanik, hemodinamik, IABP,
hemodialisis, CRRT, dll
Sertifikat manajemen ruang
perawatan
2 Pembimbing
klinik Minimal lulus D3
keperawatan Pengalaman 5 tahun di
ICU Sertifikat BLS
Sertifikat BTLS Minimal S1
keperawatan Pengalaman minimal 5
tahun di ICU BLSBTLS sertifikat
ACLS Minimal S1
keperawatan pengalaman ICU 5
tahun Lulus S2 spesialis
Kritikal care pengalaman di ICU
minimal 2 tahun Sertifikat BLSBTLS
sertifikat ACLS
Universitas Sumatera Utara
sertifikat ACLS Sertifikat Clinical
Instructor CI Sertifikat ICU
Sertifikat CI Sertifikat ICU
Sertifikat ketrampilan khusus
ventilasi mekanik, hemodinamik,
hemodialisis, CRRT, dll
3. Pelaksanaan
perawat Minimal lulus D3
keperawatan Pengalaman di ruang
rawat inap 2 tahun Sertifikat BLSBTLS
Sertifikat ICU Minimal lulus D3
keperawatan Pengalaman di ruang
rawat inap 3 tahun Sertifikat BLSBTLS
sertifikat ACLS sertifikat ICU
Minimal lulus D3 Keperawatan
Pengalaman di ruang rawat inap 3 tahun
high care intermediate word
minimal 2 tahun Pendidikan S1
keperawatan dengan pengalaman kerja di
ruang rawat minimal 2 tahun
Sertifikat BLSBTLS Sertifikat ACLS
Sertifikat ICU
B Rasio Perawat
: pasien 1 : 3 atau 1 : 2
1 : 1 atau 1 : 2 1 : 1 atau 2 : 1
d. Ketenagaan
Kualifikasi ketenagaan perawatan juga tergantung dari klasifikasi pelayanan perawatan intensif primer, sekunder dan primer. Staf perawat intensif
adalah staf perawat professional yang diberikan kewenangan sebagai seorang perawat yang mampu memberikan asuhan keperawatan yang kompeten pada
pasien dalam kondisi kritis melalui integrasi kemampuan ilmiah dan keterampilan khusus serta diikuti oleh nilai-nilai kemanusiaan.
Staf yang bekerja di unit perawatan intensif perlu dikelola dengan baik dan benar sehingga masing-masing mempunyai peran, tanggung jawab serta tugas
yang jelas. Staf di pelayanan perawatan intensif dimasukkan dalam 4 kelompok
Universitas Sumatera Utara
meliputi: 1 kelompok dokter 2 perawat. 3 tenaga penunjang terdiri dari elektro medik, laboratorium, fisioterapis, farmasi, ahli gizi, radiographer dan pekerja
sosial. 4 tenaga administrasi Kolaborasi dokter-perawat di ICU, harus terjalin sebagai mitra yang
interdependennya tinggi docter-nurse team concept. Perubahan yang terjadi pada kondisi pasien langsung didiskusikan bersama tim, sehingga keputusan
medik maupun keperawatan dapat ditettapkan secara tepat. Selai itu komunikasi antara manajemen klinik dengan berbagai disiplin dilakukan melalui pertemuan
secara regular
e. Karakteristik perawat ICU
Karakteristik perawat yang bekerja di lingkungan keperawatan intensif meliputi:
1. Mengelola pasien mengacu pada standar keperawatan intensif dengan konsisten 2. Menghormati sesama sejawat dan tim lainnya
3. Mengintegrasikan kemampuan ilmiah dan keterampilan khusus serta diikuti oleh nilai etik dan legal dalam memberikan asuhan keperawatan
4. Berespon secara terus-menerus dengan perubahan lingkungan 5. Menerapkan ketrampilan komunikasi secara efektif
6. Mendemonstrasikan kemampuan ketrampilan klinis yang tinggi 7. Menginterpretasikan analisa situasi yang komplek
8. Mengembangkan pendidikan kesehatan untuk pasien dan keluarga 9. Berpikir kritis
10. Mampu menghadapi tantangan Challenging
Universitas Sumatera Utara
11. Mengembangkan pengetahuan dan penelitian 12. Berfikir ke depan Visionary
13. Inovatif
f. Penetapan jumlah tenaga
Penetapan jumlah dan kualifikasi tenaga keperawatan di unit perawatan intensif direkomendasikan formulasi ketenagaan sebagai berikut:
A x B x C x D x E F x G
Keterangan: A = Jumlah shift perhari
B = Jumlah tempat tidur C = Jumlah hari di unit yang dipakai dalam satu minggu
D = Jumlah pasien yang menginap E = Tenaga tambahan untuk libur, sakit dalam biasanya 20-25
F = Jumlah pasien yang dibantu oleh perawat rasio pasien: perawat G = Jumlah hari dari setiap perawat yang bekerja dalam satu minggu. Rasio
perawat pasien tergantung kompleksitas kondisi pasien 1 : 1, 1: 2, 1 : 3 atau 2 : 1 Sumber : Management of intensive care, Guidelines for better Use of Resources,
2000 dalam Depkes RI 2006
g. Kompetensi Perawat Intensif
Untuk dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kompleksitas pasien di ICU maka dibutuhkan perawat yang memiliki kompetensi klinis ICU.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Kompetensi Perawat ICU
KOMPETENSI DASAR MINIMAL KOMPETENSI KHUSUSLANJUT
1. Memahami konsep keperawatan intensif 2. Memahami issue etik dan hokum pada
perawatan intensif 3. Mempergunakan ketrampilan komunikasi
yang efektif untuk mencapai asuhan yang optimal
4. Melakukan pengkajian dan menganalisa data yang didapat khususnya mengenai : henti
nafas dan jantung, status hemodinamik pasien dan status kesadaran pasien
5. Mempertahankan bersihan jalan nafas pada pasien yang terpasang Endo Tracheal Tube
6. Mempertahankan potensi jalan nafas dengan menggunakan ETT
7. Melakukan fisioterapi dada 8. Memberikan terapi inhalasi
9. Mengukur saturasi oksigen dengan berbagai metode
10. Memberikan terapi oksigen dengan
berbagai metode 11. Melakukan monitoring hemodinamik non
invasive 12. Memberikan BLS Basic life support dan
ALS advanced life support 13. Melakukan perekaman Elektro Kardiogram
14. Melakukan interprestasi hasil rekaman EKG:
a. Gangguan system konduksi b. Gangguan irama
c. Pasien dengan gangguan miocard iskemik, injury dan infark
15. Melakukan pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan analisa gas darah AGD
16. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan AGD
17. Melakukan pengambilan terhadap hasil analisa untuk pemeriksaan elektrolit
18. Mengetahui koreksi terhadap hasil analisa gas darah yang tidak normal
19. Melakukan interpretasi hasil foto thorax 20. Melakukan persiapan pemasangan Water
Seal Drainage WSD 21. Mempersiapkan pemberian terapi melalui
syringe pum dan infuse pump 22. Melakukan pengelolaan pasien dengan
nutrisi parenteral 23. Melakukan pengelolaan pasien dengan
terapi cairan intra vena 24.Melakukan pengelolaan pasien dengan
sindroma koroner akut 25.Melakukan penanggulangan infeksi
nosokomial 1. Seluruh kompetensi dasar no 1 sd 23
2. Mengelola pasien yang menggunakan ventilasi mekanik
3. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri 4. Mempersiapkan pemasangan kateter vena
sentral 5. Mempersiapkan pemasangan kateter arteri
pulmonal 6. Melakukan pengukuran curah jantung
7. Melakukan pengukuran tekanan vena sentral 8. Melakukan persiapan pemasangan intra
Aortic Baloon Pump IABP 9. Melakukan pengelolaan asuhan keperawatan
pasien yang terpasang IABP 10.Melakukan persiapan pemasangan alat
hemodialisis, hemofitrasi ContinousArterial Venous Hemofiltration
11.Melakukan pengelolaan pengukuran tekanan intracranial
12.Melakukan pengelolaan pasien yangterpasang kateter invasive Arteri line,
cup line, kateter Swan Ganz 13. Melakukan pengelolaan pasien yang
menggunakan terapi trombolitik 14. Melakukan pengukuran PETCO2
Konsentrasi CO2 pada akhir ekspirasi
Universitas Sumatera Utara
2.4. Konsep Rumah Sakit 2.4.1 Pengertian Rumah Sakit
Menurut Undang-undang RI Nomor 44 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakanpelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
2.4.2 Asas dan Tujuan
Rumah Sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak
dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Pengaturan penyelenggaraan Rumah Sakit bertujuan: a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan;
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit;
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit; dan d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit, dan Rumah Sakit.
Universitas Sumatera Utara
Tugas Rumah Sakit
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan
memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan;
2.4.3. Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit Jenis Rumah Sakit
Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan,rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
a. Rumah Sakit Umum: memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit
b. Rumah Sakit Khusus : memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya. Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi rumah
sakit publik dan rumah sakit privat.
Universitas Sumatera Utara
a. Rumah sakit publik : dapat dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah dan badan hukum yang bersifat nirlaba diselenggarakan berdasarkan pengelolaan
Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai ketentuan perundang-undangan.
b. Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.
Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit umum terdiri atas :
a. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-spesialistik luas.
b. Kelas B mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan sub-spesialistik terbatas.
c. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik sekurang-kurangnya spesialistik 4 dasar lengkap.
d. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar.
2.5. Konsep Studi Fenomenologi 2.5.1. Pengertian Fenomenologi
Fenomenologi adalah metode penelitian kualitatif dimana peneliti mencoba untuk menemukan dan mengeksplorasi pengalaman hidup manusia.
Fenomenologi berakar dari philosofi tradisional yang dikembangkan oleh Husserl dan Heidegger Mereka memandang fenomena subjektif dengan keyakinan bahwa
kebenaran tentang realita didasarkan pada pengalaman hidup manusia yang penuh
Universitas Sumatera Utara
makna dan dialami secara sadar. Fenomenologi telah menjadi bidang yang tidak terpisahkan dari penelitian keperawatan karena banyak digunakan untuk
mempelajari fenomena penting dalam dunia keperawatan Husserl, 1965; Merleau
Ponty, 1956 dalam Chamberlain, 2009: Edward Welch, 2011 .
Pengalaman manusia dipelajari oleh peneliti untuk mengetahui dan memahami makna dari pengalaman tersebut melalui berbagai cara. Peneliti
berusaha mengeksplorasi pengalaman informan melalui pengumpulan data dan peneliti berusaha masuk kedalam dunia informan, dengan demikian peneliti dapat
merasakan pengalaman informan dengan cara yang sama Edward Welch, 2011.
2.5.2. Metoda dan Alat Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara mendalam indepth interview, observasi, focus groups discusion, dan partisipation
observation dan diaries Polit Hungler, 1999 sedangkan alat pengumpulan data utama adalah peneliti sendiri, dan alat bantu lainnya seperti panduan
wawancara, panduan observasi, catatan lapangan, dan alat perekam suara atau gambar Polit Beck, 2008 ; Denzin Lincoln, 2009
2.5.3 Klasifikasi Fenomenologi
Menurut Polit Beck 2008, fenomenologi terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
a. Fenomenologi deskriptif
Jenis penelitian ini difokuskan pada deskripsi pengalaman yang dialami oleh manusia. Husserl dalam Denzin dan Lincoln, 2009 berpendapat bahwa
hubungan antara persepsi dan objek-objeknya tidaklah pasif dan kesadaran manusia secara aktif mengandung objek-objek pengalaman.
Menurut Beck 1994, fenomenologist dalam proses analisa data pada fenomenologi deskriptif adalah Collaizi 1998, Giorgi 1985, dan Van Kaam
1959. Perbedaan antara ketiga fenomenologist tersebut yaitu : Collaizi menganjurkan kembali kepada partisipan untuk memvalidasi hasil yang sudah
diperoleh peneliti dari informan, Giorgi berpendapat bahwa memvalidasi hasil hanya mengandalkan peneliti saja, tidak perlu kembali kepada informan untuk
memvalidasi hasil temuan, sedangkan menurut Van Kaam bahwa kesepakatan hasil analisis data diperoleh dengan menggunakan bantuan dari ahlinya.
b. Fenomenologi interpretif-hermeneutik
Fenomenologi interpretif-hermeneutik dikembangkan oleh Heidegger pada tahun 1962. Inti dari fenomenologi ini adalah pemahaman dan penafsiran, bukan
sekedar deskripsi dari pengalaman manusia tetapi menemukan pemahaman dengan cara masuk kedalam dunia partisipan Sosha, 2012. Menurut Beck
1994, fenomenologist dalam proses analisa data pada fenomenologi interpretif- hermeneutik adalah Van Manen 1990.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4. Keabsahan Data
Keabsahan data penelitian kualitatif dilakukan melalui empat kriteria yaitu credibility, transferability, dependability, dan confirmability Streubert
Carpenter, 1994 ; Polit Beck, 2008.
Tabel 2.5 Keabsahan Penelitian Kualitatif No
Strategi Dep
Conf Trans Cred
Data 1.
Perpanjangan pengamatan
X 2.
Ketelitian dalam melakukan observasi
X 3.
Catatan lapangan yang menyeluruh
X X
4.
Hasil rekaman
X 5.
Triangulasi Data Metoda
X 6.
Saturasi Data
X X
7.
Membercheck
X X
Analisa Data
1.
Transkrip wawancara
X 2.
Triangulasi Peneliti,teori dan analisa
X X
3.
Diskusi dengan teman sejawat
X X
4.
Analisis Kasus negatif
X X
5.
Penilaian auditor
X X
Keterangan: Dep: Dependability, Conf: Confirmability, Trans: Transferability Cred:
Credibility, Auth: Authenticity
Sumber : Polit Beck, 2008
a. Credibility
Menjamin credibility merupakan salah satu yang paling penting dilakukan. Credibility dilakukan untuk mengetahui apakah proses dan hasil penelitian
kredibel, dapat dipercaya dan diterima. Kredibilitas suatu penelitian dapat dicapai
Universitas Sumatera Utara
ketika peneliti dapat mengembangkan dan menginterpretasikan pengalaman informan yang sedang ditelitinya, dalam hal ini kesadaran peneliti merupakan
suatu hal yang esensial. Kredibilitas dapat dicapai dengan prolonged engagement, catatan lapangan yang komprehensif, hasil rekaman dan transkrip, triangulasi data
dan member checking.
b. Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal yang berarti sejauhmana penelitian ini dapat dilakukan pada situasi dan di tempat yang berbeda. Seorang
peneliti harus dapat menyediakan deskripsi data yang baik pada laporan penelitiannya sehingga orang lain dapat mengaplikasikannya ke dalam konteks
yang berbeda. Transferability diperoleh dengan catatan lapangan yang menyeluruh dan saturasi data.
c. Dependability
Keabsahan data pada dependability harus menunjukkan bahwa jika penelitian ini diulang dengan konteks, metode dan peserta yang sama maka akan
diperoleh hasil yang sama, oleh karena itu dependability sangat bergantung pada credibility. Hal ini berarti proses dari penelitian tersebut dapat diaudit.
Auditability menjadi kriteria kepadatan data ketika menghadapi konsistensi data.
d. Confirmability
Confirmability merupakan salah satu kriteria yang menunjukkan interpretasi telah didapat pada saat penelitian. Confirmability dipertahankan ketika
credibility, transferability, dan dependability tercapai. Confirmability juga dapat diartikan objektivitas, dimana ada persamaan tentang akurasi data, relevansi atau
Universitas Sumatera Utara
makna yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, hal ini dapat dilakukan dengan cara audit trial. Dalam penelitian audit trial dilakukan oleh pembimbing.
2.6 Landasan Teori
Model yang paling komprehensif yang digunakan dalam manajemen konflik kepala ruangan di ruang perawatan intensif adalah dengan
mengaplikasikan Model Adaptasi Roy. Menurut Roy Andrews 1999 dalam Tomey, 2006 . Adaptasi mengacu kepada proses dan hasil akhir dimana pikiran
dan perasaan manusia sebagai individu atau kelompok secara sadar memilih dan menciptakan integrasi antara manusia dan lingkungannya. Keperawatan secara
luas didefenisikan sebagai profesi kesehatan yang berpusat pada proses kehidupan dan menekankan promosi kesehatan bagi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat sebagai suatu kesatuan. Roy secara khusus mengartikan keperawatan berdasarkan modelnya sebagai suatu ilmu dan praktek yang mengembangkan
kemampuan beradaptasi dan meningkatkan perubahan pada manusia dan lingkungan.
Manusia secara terus menerus mendapat pengalaman dari lingkungannya, sehingga pada akhirnya sebuah respon terbentuk dan terjadi adaptasi. Respon
adaptasi dapat adaptif dan tidak efektif. Respon adaptif meningkatkan integritas dan menolong manusia untuk mencapai tujuan-tujuan dari adaptasi yaitu
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi, keahlian dan perubahan sedangkan respon yang tidak efektif gagal mencapai tujuan adaptif Fitzpatrick Whall,
1989
Universitas Sumatera Utara
Keperawatan mempunyai tujuan yang unik yaitu membantu usaha adaptasi manusia dengan mengatur atau mengelola lingkungannya. Pengelolaan
lingkungan dilakukan sampai mencapai derajat yang optimal dari kesehatan manusia.
Manusia merupakan suatu sistem yang terbuka yang menerima masukan atau stimulus baik dari dirinya sendiri maupun dari lingkungan. Derajat adaptasi
ditentukan dengan menggabungkan efek dari stimulus fokal, kontekstual dan residual. Adaptasi terjadi ketika manusia berespon positif terhadap perubahan
lingkungan. Respon yang adaptif meningkatkan integritas dari manusia yang membawa kepada kesehatan sedangkan respon yang tidak efektif terhadap
stimulus membawa gangguan integritas manusia. Dalam Model Adaptasi Roy ada 2 subsistem yang saling berhubungan.
Pertama, fungsional atau subsistem proses-proses control yang terdiri dari regulator dan kognator. Kedua, subsistem efektor yang terdiri dari 4 mode adaptif
yaitu:1 Kebutuhan psikologis, 2 Konsep diri, 3 Fungsi Peran dan 4 interdependensi
Roy memandang regulator dan kognator sebagai koping. Koping subsistem regulator dengan tipe adaptif psikologi adalah respon koping secara
otomatis melalui saraf, kimia dan endokrin. Koping subsistem kognator melalui konsep diri, interdependensi dan fungsi peran. Subsistem kognator diperoleh
melalui proses persepsi informasi, belajar, penilaian, dan emosi. Persepsi adalah interpretasi dari stimulus dan persepsi bertautan ke regulator dengan kognator
Universitas Sumatera Utara
sebagai masukan. Persepsi adalah suatu proses dari kognator, responnya diikuti persepsi yang menjadi feedback bagi kognator dan regulator
Gambar 2.3 Manusia Sebagai Sistem Adaptif Tomey, 2006
Keempat mode adaptif dari kedua subsistem dalam model Roy menyediakan bentuk atau manifestasi-manifestasi dari aktivitas kognator dan
regulator. Respon terhadap stimulus yang datang dapat dilihat melalui 4 model adaptasi.
1.Model Fungsi Fisiologi
Model fisiologis berhubungan dengan fisik dan proses kimia yang harus dipenuhi dalam menjalankan fungsi dan aktivitas dari manusia. Ada 5 kebutuhan
yang diidentifikasi dalam model fisik fisiologi yang berkaitan pada kebutuhan dasar dari integritas fisiologi yaitu: 1 Oksigen, 2 Nutsisi, 3 Eleminasi 4
Aktivitas dan istirahat, dan 5 Perlindungan
Universitas Sumatera Utara
2. Konsep diri- identitas grup