Dukungan dalam mengelola konflik

4.3.3 Dukungan dalam mengelola konflik

Dukungan dalam mengelola konflik dapat dilihat dari 5 kategori yaitu: 1 Pendidikan dan pelatihan 2 Dukungan tim ICU dan atasan 3 Dukungan keluarga 4 Pengalaman 5 Berdoa 1 Pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan yang dimiliki oleh kepala ruangan dan juga staf keperawatan di ruang perawatan intensif dapat mendukung partisipan dalam mengelola konflik yang terjadi di ruang perawatan intensif. Pendidikan yang sudah setara antara dokter dan perawat dapat menciptakan kerja sama antara perawat dan dokter. Pernyataan tersebut sesuai dengan dua kutipan percakapan partisipan berikut: “karena kalau sudah s1 kitakan kita sudah termasuk sarjana keperawatan ya.. ilmu kita gitu pun bertambah kita sejajar dengan dokter ya.. biarpun berbeda profesi ya, tapi kita tidak dibilang lagi sebagai pembantu sudah mitra jadi kita bisa bekerja sama dengan dokter.. jadi kita di fungsi kita, dokter di fungsi dokter tapi bekerja sama” [P5, L341-345] “Ya pendidikan sudah jelas, kalau pendidiakan itu perlu juga, tapi ga selamanya kalau pendidikan itu harus dominan terhadap konfliknya tapi ya penting, pendidikan itu penting, kalau secara teori orang yang sudah S1, S2 lebih pintar dari S1kan begitu., penting juga pendidikan..” [P1, L250-253] Pemberian pelatihan diutamakan kepada perawat-perawat baru yang ada di ruangan intensif agar dapat melakukan tindakan keperawatan intensif secara mandiri, namun akibat dari perkembangan pengetahuan dan tehnologi pelatihan juga diharapkan diberikan kepada perawat yang senior. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan percakapan dua partisipan berikut: Universitas Sumatera Utara “maunya dibuat pelatihan keperawatan ICU maunya dibuat pelatihan ICU setahun sekali jangan yang muda aja yang tua ikutkan juga karena ilmukan berkembang ga sama ilmu yang dulu dengan yang sekarang, maunya sama yang tua dulu.” [P9, L641-643]. “lebih baguslah bu namanya kita pelayanannya namanya ilmu itukan semakin hari semakin berkembang, misalnya pelatihan 2 tahun yang lalu kan ga sama dengan sekarang ini, apalagi ilmukan semakin berkembang semakin banyak lagi belum tau, lebih mambantu lagi” [P8, L412-415] 2 Dukungan tim ICU dan atasan Dukungan yang didapatkan oleh partisipan dalam mengelola konflik yang terjadi di ruang perawatan intensif berasal dari kepercayaaan teman-teman tim ICU. Rasa kepercayaan yang diberikan oleh tim keperawatan ICU dan penerimaan mereka membuat partisipan merasa terbantu dalam mengelola konflik yang terjadi di ruang intensif. Pernyataan ini sesuai dengan pernyataan kutipan percakapan partisipan berikut: “kalau hal yang membantu dalam manajemen konflik selama ini semua dukungan dari teman-teman semuanya sangat itu yang perlu.. kepercayaan teman-teman dulu yang perlu.. internal kita ini, kita sama kita bisa menerima itu sudah sangat membantu” [P4, L322-325] “kebetulan kalau di CVCU kalau ada masalah mereka selalu ngomong sama saya misalnya masalah dinas pas masalah dinas langsung diomongkan kalau ada masalah tadi kami ada masalah dengan perawat anu.. trus kita dengarkan gimana awal munculnya itu..” [P12, L233-236] Dukungan dari atasan baik dari middle manager maupun top manager juga sangat membantu partisipan dalam mengelola konflik di ruang perawatan intensif. Bimbingan dari supervisor keperawatan intensif selalu ada apabila ada konflik Universitas Sumatera Utara yang tidak bisa diatasi. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan percakapan tiga partisipan berikut: “saya salutnya dengan pimpinan kita dia tidak menyalahkan kita, dia mencari solusi masalahnya dimana?” [P4, L186-188] “kalau supervisor kita juga kasih dukungan artinya dikasihnya kewenangan untuk mengatur ruangan kalau ada sesuatu.. diakan langsung ngomong ke kita, jadi apa program kita.. bagaimana apanya.. biasanya dia langsung percayakan sama kita”[P12, L333-335] “kalau ada masalah di ruangan kami, ada suatu masalah, ibu leni ini langsung datang kesitu, kak seperti ini seharusnya seperti ini seharusnya..” [P9, L258-259] 3 Dukungan keluarga Partisipan mengatakan bahwa keluarga juga mendukung partisipan dalam mengelola konflik yang ada di ruangan intensif. Pasangan hidup partisipan dapat mengerti beban kerja partisipan dan pasangan hidup partisipan dapat dijadikan tempat untuk mengungkapkan perasaan partisipan terhadap konflik yang terjadi di tempat kerja. Image dan wibawa seorang kepala ruangan harus dijaga dihadapan para staf keperawatan. Suami partisipan juga sering memberikan masukan terhadap konflik yang terjadi di tempat kerja partisipan. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan percakapan dua partisipan berikut: “kadang udah enek kepala ini pas di rumah.. mau juga saya curhat sama suami, gini-ginikankan, gini aja, ada juga masukan, ga mungkin saya nanya sama staf saya saya punya masalah.. ga mungkinlah.. kita menjaga image kita, wibawa kita juga,. [P3, L291-294] Profesi pasangan hidup partisipan yang juga seorang perawat dan bahkan ada yang sebagai kepala ruangan di ruangan lain di rumah sakit yang sama Universitas Sumatera Utara membuat pasangan hidup partisipan tersebut dapat memberi ide-ide kepada partisipan dalam mengelola konflik di ruangan intensif. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan percakapan dua partisipan berikut ini: “kalau itu keluarga ga pernah protes, hanya bertanya kenapa lama pulang?.. ya udah kita kasih tau ada tugas yang harus diselesaikan dan harus selesai hari ini, nah.. itu keluarga menerima karena kebetulan suami juga seorang perawat” [P11, L263-266] kebetulan suamikan masih satu profesi jadi ngerti, kalau kita terlambat pulang atau lebih lama disini ya ngerti.. anak-anak juga kalau dibilang kerja biasanya ngerti.. [P12, L320-322] “seringlah..bapakkan juga sebagi kepala ruangan juga, pendidikannya juga sama jadi memang sering kadang ada ide- ide juga dari dia,.[P12, L325-326] 4 Pengalaman Pengalaman mengelola konflik di ruangan intensif sudah diperoleh partisipan sejak partisipan sebagai perawt pelaksana sampai menjadi kepala ruangan di ruangan intensif. Pengalaman ini membuat partisipan sudah biasa dalam menghadapi konflik yang terjadi di ruangan perawatan intensif. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan percakapan beberapa partisipan berikut: “ mudah-mudahan saya sudah bekerja di intensif care udah 24 tahun karena umur saya udah 58 sebentar lagi udah 60 karena pendidikan ini..jadi sampai sekarang bukan saya membersihkan diri, pengalaman saya ga pernah masuk media jadi meskipun ada konflik bisa diselesaikan dengan pendekatan dengan komunikasi..” [P6, L336-339] “kalau perasaan saya biasa saja..ga pernah eceknya oo ini masalah lagi masalah lagi ga sih karena mungkin sudah sering mengahadapi masalah itu sendiri” [P7, L269-270] Universitas Sumatera Utara “kadang itu jadi pengalaman oo..kalau begini masalahnya.. kita harus begini.. kita selain pengalaman kita lebih tau sifat adek-adek kita itu seperti apa ..” [P12, L495-496] 5 Berdoa Partisipan mengatakan bahwa berdoa di pagi hari sebelum berangkat bekerja dapat membantu partisipan dalam mengelola konflik di ruangan intensif. Berdoa dipagi hari membuat partisipan tidak merasa cemas terhadap konflik yang terjadi di ruangan perawatan intensif. Pernyataan tersebut sesuai dengan kutipan percakapan beberapa partisipan berikut: “ga.. karna kita itu selalu berdoa tiap pagi-pagi, ada masalah tiap pagi kita mengadakan pertemuan apa masalah kita pecahkan..kita berdoa ga ada rasa cemas selama ini..” [P8, L283-285] “iya.. tim.. saya juga disamping itu harus selalu pre kompren dan post kompren dan pre kompren itu kami sama-sama berdoa dan post kompren itu kita juga berdoa, tidak bisa saya kumpulkan saya berdoa sendiri minta berkat supaya kuatkan saya supaya dan juga seperti itu karena sama seperti ini kita bilang tadi ini konflik kadang-kadang tapi dengan cara seperti itu khususnya saya sebagai kepala ruangan seperti itu saya lakukan” [P6, L268-273] “kalau yang membantu saya saya banyak berdoa, rajin baca ada buku renungan pagi”[P9, L246-247] Secara keseluruhan, matrik dukungan dalam mengelola konflik dapat dilihat pada tabel berikut ini: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang makna dari hasil penelitian yang akan dilakukan pengulasan terhadap hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan implikasi keperawatan. Wawancara mendalam yang telah dilakukan kepada dua belas partisipan, yaitu kepala ruangan perawatan intensif di RSUP H. Adam Malik Medan dan kepala ruangan perawatan intensif RSUD Dr. Pirngadi Medan. Hasil dari wawancara mendalam ini telah memberikan deskriptif tentang pengalaman kepala ruangan dalam mengelola konflik di rumah sakit umum pemerintah di kota Medan.

5.1 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 3 tema yang menggambarkan pengalaman kepala ruangan dalam mengelola konflik di ruangan perawatan intensif di rumah sakit umum pemerintah di kota medan yaitu 1 Peran dalam mengelola konflik, 2 Hambatan dalam mengelola konflik, 3 Dukungan dalam mengelola konflik Masing-masing tema tersebut terdiri dari beberapa kategori. Peran dalam mengelola konflik mempunyai 2 kategori, hambatan dalam mengelola konflik mempunyai 5 kategori, dukungan dalam mengelola konflik terdiri dari 5 kategori Berdasarkan tema yang ditemukan, dapat dibahas satu persatu seperti di bawah ini: Universitas Sumatera Utara