5.1.3 Dukungan dalam mengelola konflik 1 Pendidikan dan pelatihan
Partisipan mengatakan bahwa pendidikan dan pelatihan yang dimiliki oleh
kepala ruangan dan juga staf keperawatan di ruang perawatan intensif dapat mendukung partisipan dalam mengelola konflik yang terjadi di ruang perawatan
intensif. Pendidikan yang sudah setara antara dokter dan perawat dapat menciptakan kerja sama antara perawat dan dokter.
Pendidikan dari partisipan sebagai kepala ruang perawatan intensif minimal S1 keperawatan dan sudah mengikuti program profesi Ners. Pelatihan
mengenai perawatan di ruang intensif yang baik secara mandiri dan kolaborasi juga sudah banyak diterima oleh partisipan. Pendidikan merupakan salah satu
karakteristik demografi yang penting dipertimbangkan karena dapat
mempengaruhi persepsi seseorang tentang segala sesuatu yang terjadi dilingkungannya Astuty, 2011
Menurut Siagian 2009 bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar keinginan memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya.
Pendidikan merupakan status seseorang terkait pembelajaran formal yang dilakukan
2 Dukungan tim ICU dan atasan
Dukungan yang didapatkan oleh partisipan dalam mengelola konflik yang terjadi di ruang perawatan intensif berasal dari kepercayaaan teman-teman tim
ICU. Rasa kepercayaan yang diberikan oleh tim keperawatan ICU dan penerimaan mereka membuat partisipan merasa terbantu dalam mengelola konflik yang terjadi
Universitas Sumatera Utara
di ruang intensif. Atasan dari partisipan yaitu supervisor dan pimpinan lainnya juga memberikan kepercayaan kepada partisipan dalam mengelola konflik yang
ada di ruangannya. Pengaruh hubungan personal Impersonal impact yaitu derajat dimana
hubungan yang baik antara personal dengan pimpinan maupun bawahan mampu mengekspresikan kepercayaan diri, kemauan, itikat baik, kerjasama sesama
karyawan maupun sub bagian ordinatnya Saparwati, 2012
3 Dukungan keluarga
Partisipan mengatakan bahwa keluarga juga mendukung partisipan dalam mengelola konflik yang ada di ruangan intensif. Pasangan hidup partisipan dapat
mengerti beban kerja partisipan dan pasangan hidup partisipan dapat dijadikan tempat untuk mengungkapkan perasaan partisipan terhadap konflik yang terjadi di
tempat kerja. Image dan wibawa seorang kepala ruangan harus dijaga dihadapan para staf keperawatan. Suami partisipan juga sering memberikan masukan
terhadap konflik yang terjadi di tempat kerja partisipan. Menurut penelitian Asra 2012 prestasi kerja dengan work-family conflict
memiliki hubungan yang negatif. Dimana perawat wanita cenderung memiliki prestsi kerja yang tinggi selama tidak mengalami permasalahan dalam memenuhi
tanggung jawab terhadap keluarga dan memenuhi tuntutan pekerjaan yang sedang mereka.
4 Pengalaman
Pengalaman mengelola konflik di ruangan intensif sudah diperoleh partisipan sejak partisipan sebagai perawat pelaksana di ruang perawatan intensif
Universitas Sumatera Utara
sampai menjadi kepala ruangan di ruangan intensif. Pengalaman ini membuat partisipan sudah biasa dalam menghadapi konflik yang terjadi di ruangan
perawatan intensif. Suatu penelitian kualitatif terhadap 13 manajer keperawatan di Rio
Grande do Sul, Brazil, menyatakan sebelum memegang jabatan sebagai kepala ruangan mereka tidak mengetahui cara memanajemen konflik namun setelah
menjadi kepala ruangan mereka banyak belajar mengelola konflik dari orang- orang disekitar mereka. Para partisipan mengatakan bahwa konflik itu selalu ada
dalam suatu organisasi sehingga mereka hidup dan berinteraksi dengan konflik, sehingga awal munculnya dan faktor-faktor timbulnya konflik perlu dipahami
sebagai seorang manager keperawatan Guerra, 2011.
5 Berdoa
Partisipan mengatakan bahwa berdoa di pagi hari sebelum berangkat bekerja dapat membantu partisipan dalam mengelola konflik di ruangan intensif.
Berdoa dipagi hari membuat partisipan tidak merasa cemas terhadap konflik yang terjadi di ruangan perawatan intensif.
Menurut Kusumawati 2013 SQ Spiritual Quotient yaitu kecerdasan dalam berhubungan dengan Tuhan dimana orang tersebut peka dalam memaknai
kenyataan hidup tentang penderitaan, kesuksesan, masalah-masalah yang dialaminya.
ciri-ciri orang yang memiliki SQ tinggi antara lain: memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu melihat kesatuan dalam keaneka ragaman, mampu
memaknai setiap sisi kehidupan dan mampu mengelola dan bertahan dalam kesulitan dan penderitaan
Universitas Sumatera Utara
5.2 Keterbatasan Penelitian