5.2 Keterbatasan Penelitian
Ruang ICU memiliki pasien yang kritis sehingga kepala ruangan memiliki beban kerja yang lebih tinggi dari pada unit perawatan lainnya sehingga partisipan
harus benar-benar mempunyai waktu untuk diwawancarai mengingat waktu wawancara antara 60-90 menit. Selain itu kepala ruangan juga sering mengikuti
rapat mendadak yang dilakukan oleh pihak rumah sakit sehingga sering waktu wawancara tidak sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati, peneliti
harus menunggu selesai rapat atau bahkan dibuat kontrak waktu dilain hari. Peneliti sudah menawarkan waktu dan tempat wawancara dilakukan di
luar jam kerja dan tempat yang nyaman untuk melakukan wawancara, namun dengan alasan sibuk dan setelah jam kerja partisipan masih banyak pekerjaan
lain di rumah maka partisipan meminta agar wawancara dilakukan di rumah sakit saja. Tempat yang digunakan untuk wawancara dengan partisipan sudah
diupayakan mengutamakan privasi partisipan, yaitu di ruang kepala ruangan dan ada juga yang dilakukan di ruang pertemuan instalasi perawatan intensif, namun
masih terjadi gangguan pada saat wawancara ada staf perawat yang menanyakan mengenai suatu tindakan terhadap pasien atau ada telpon dari dokter yang harus
dijawab oleh partisipan. Keterbatasan peneliti lainnya adalah jurnal-jurnal penelitian kualitatif
terkait mengelola konflik di ruang perawatan intensif masih jarang ditemukan. Hal ini menyebabkan kurang mendalamnya pembahasan pada penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Implikasi Keperawatan
Penelitian ini dapat menambah pemahaman kepala ruangan dalam mengelola konflik di ruang perawatan intensif, sehingga dapat menimbulkan
keinginan pada kepala ruangan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai strategi mengelola konflik di ruang perawatan intensif karena dari hasil penelitian
sebelumnya dinyatakan bahwa ruang perawatan intensif adalah seperti lahan yang subur untuk timbulnya suatu konflik sehingga sebagai seorang manajer lini
pertama, kepala ruangan harus dapat mengelola konflik yang terjadi di ruangan yang dia pimpin agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan.
Penelitian ini juga berguna bagi administrator keperawatan rumah sakit agar dapat terus memberi dukungan bagi kepala ruangan dalam mengelola
ruangannya dan memfasilitasi kebutuhan ruangan untuk meminimalisasi terjadinya konflik di ruang perawatan intensif. Administrator keperawatan juga
dapat mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang telah diambil terkait dengan ruang perawatan intensif.
Implikasi lainnya adalah perlu dilakukan pelatihan mengenai manajemen konflik bagi kepala ruangan dan juga staf keperawatan agar dapat mengelola
konflik dalam melakukan tugas sehari-hari.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui proses content analysis dan sesuai dengan pembahasan pada bab sebelumnya, sehingga peneliti
dapat menarik kesimpulan penelitian dan memberikan saran kepada berbagai pihak khususnya kepada kepala ruangan perawatan intensif rumah sakit umum
pemerintah di kota Medan sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam mengetahui peran dalam mengelola konflik, hambatan dalam mengelola konflik
dan dukungan dalam mengelola konflik
6.1 Kesimpulan
Penelitian ini menemukan 3 tema pengalaman kepala ruangan dalam mengelola konflik di ruang perawatan intensif rumah sakit umum pemerintah di
kota Medan yaitu: tema peran dalam mengelola konflik dengan 2 kategori Negosiator dan mediator, hambatan dalam mengelola konflik dengan 5 kategori
Peraturan yang tidak mempunyai batasan yang jelas, masalah komunikasi, kurangnya fasilitas sarana dan prasarana, kurangnya tenaga keperawatan dan
prilaku yang berkaitan dengan konflik dan dukungan dalam mengelola konflik dengan 5 kategori Pendidikan dan pelatihan, dukungan tim ICU dan atasan,
dukungan keluarga, pengalaman dan berdoa, masing-masing kategori mempunyai beberapa sub kategori yang menjadi pendukung.
Universitas Sumatera Utara