Informan Wawancara Pemungutan Pajak Hotel

V.2 Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi-informasi penting yang dibutuhkan dalam penelitian dari narasumber-narasumber yang mengetahui dengan baik atas informasi- informasi tersebut.

V.2.1 Informan Wawancara

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa narasumber yang dapat memberikan informasi yang diperlukan demi mempertegas data sekunder untuk kelengkapan hasil penelitian. Informan kunci key informan pada penelitian ini adalah Bapak Jamen Nainggolan, S.E atau Bapak Drs. Kamintar Sinaga selaku pimpinan Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir. Alasannya Beliau dipilih sebagai informan kunci untuk penelitian ini yaitu selaku pimpinan, Beliau merupakan orang yang mengetahui dan memiliki informasi pokok atas kegiatan-kegiatan yang ada atau dilakukan oleh Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir tersebut. Informan utama dalam penelitian ini adalah Kak Basarya ER. Naibaho, Amd yang menjabat sebagai Kasi Pengolahan Pajak dan Retribusi Plt. Peneliti memilih Beliau sebagai informan utama dengan alasan memiliki keterlibatan langsung dalam pengurusan segala bentuk pajak dan retribusi daerah yang ada di Kabupaten Samosir. Informan tambahan yang diambil untuk penelitian ini yaitu Bapak Ombang Siboro selaku Kepala Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir. Peneliti memilih Beliau sebagai informan tambahan dengan alasan karena hotel merupakan salah satu bentuk dari perkembangan pariwisata, yang berarti pariwisata merupakan akar dari perkembangan hotel. Dan sebagai Kadis Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir, Beliau dianggap dapat memberikan beberapa informasi yang relevan dan dibutuhkan dalam penelitian karya ilmiah ini.

V.2.2 Hasil Wawancara

V.2.2.1 Wajib Pajak Hotel

Wajib Pajak Hotel adalah orang atau pribadi atau badan yang mengusahakan hotel pengusaha hotel. Untuk mengetahui keadaan wajib pajak hotel yang ada di Kabupaten Samosir, peneliti terlebih dahulu mengajukan pertanyaan kepada Bapak Ombang Sirait selaku Kadis Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir. Dan pertanyaan tersebut yaitu “Bagaiman para pengusaha hotel memenuhi wajib pajaknya? Emangnya masih banyak wisatawan yang berwisata ke Samosir ini dan menggunakan fasilitas penginapan disini?” “tentu. Jangan salah kamu, Nak. Wisatawan yang berkunjung ke Samosir ini, baik wisatawan lokal, interlokal, maupun mancanegara pertahunnya tercatat mencapai angka 141.000 jiwa. Dan yang memanfaatkan akomodasi penginapan di sini masih sangat banyak. Baik penginapan yang jenis apapun itu ya. Karena harga penginapan-penginapan di Samosir ini memang relatif tidak terlalu mahal. Dan yang masih menjadi favorit itu hotel. Karena pengunjung kan masih terpatok stereotip atas namabentuk penginapan yang tertanam di mindset orang-orang pada umumnya28 Mei 2014.” Dan untuk mengetahui apa yang diajadikan acuan besaran wajib pajak yang harus dipenuhi para pengusaha hotel, maka eneliti mengajukan pertanyaan kepada Kak Basarya ER. Naibaho, Amd yaitu “ Apa acuan petugas untuk mengetahui besaran pajak hotel yang harus dibayarkan para pengusaha sebagai wajib pajak hotel?” “ Untuk itu, kami terlebih dahulu lakukan evaluasi transaksi yang dilakukan pengunjung mereka berdasarkan pertinggal bill atau kwitansi pembayaran dengan data base yang hotel punya. Lalu mereka bayarkan sesuai besaran persen Pajak Hotel masing-masing. Kan beda-beda tuh berapa persen pajaknya. Sesuai kelas dan jumlah kamar penginapan sebagaimana yang telah ditentukan 14 Juni 2014.” Dari hasil wawancara di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa penginapan- penginapan di Kabupaten Samosir dapat tetap bertahan karena memang keadaan pariwisata di kabupaten ini masih relatif baik, hingga mencapai angka 141.000 pertahunnya. Dan dari jumlah itu banyak yang memanfaatkan hotel sebagai bagian dari kegiatan wisatanya. Sehingga, para pengusaha hotel memenuhi wajib pajak hotelnya yang jumlahnya sesuai ddengan bill atau kwitansi pertinggal dan database yang mereka miliki, yang secara rutin dipungut oleh petugas pemungutan DISPENKA Kabupaten Samosir bidang pendapatan.

V.2.2.2 Proses Sosialisasi Pajak Hotel di Kabupaten Samosir

Sosialisasi merupakan suatu bentuk kegiatan untuk memperkenalkan dan menyadarkan mengenai tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi kepada para wajib pajak, di mana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel pengusaha hotel. Untuk mengetahui bagaiman proses sosialisasi yang diberikan tentang ajak hotel di Kabupaten Samosir, maka peneliti melakukan wawancara kepada Kadis Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir yaitu Bapak Ombang Siboro, pada Rabu, 28 Mei 2014 sekitar pukul 14.00 WIB, dimana peneliti mengajukan pertanyaan,” Pung, Bagaimana proses sosialisasi pajak hotel di Samosir ini? Apakah Dinas Pariwisata ada mengambil peran?” Dan beliau menjawab: “ Tentu saja kami berperan. Kalau saya sih bilang pemungutan pajak hotel di sini, khususnya mengenai prosesnya belum efektif karena kurangnya SDM yang kompeten dalam bidang ini. Buktinya, proses sosialisasinya pajak dan retribusi ini saja masih kami yang melakukan, bukan DISPENKA.” Dan pada Jumat, 30 Mei 2014 sekitar pukul 11.00 WIB peneliti juga mengajukan pertanyaan serupa kepada Bapak Drs. Kamintar Sinaga selaku Sekretaris Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir menggantikan Pak Kadis DISPENKA karena pada waktu tersebut Beliau sedang melakukan tugas di luar. Dan beliau menjawab: “ DISPENKA urusan fiskus melakukan sosialisasi tentang pajak hotel ini bersama dengan Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya. Kan tidak ada salahnya untuk melakukan tugas kita bekerja sama dengan pihak-pihak yang dapat membantu, dan untuk masalah pajak dan retribusi kebetulan Dinas Pariwisata cocok kan jangkauannya ini bagian mereka. Biar lebih mudah dan cepat. Kalau masalah waktunya, biasanya kami sama-sama diskusikan.” Pertanyaan yang sama kepada Kak Basarya ER. Naibaho, Amd pada Sabtu, 14 Juni 2014, dan Beliau menjawab: “ proses sosialisasi memang kami bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Asset, dan Budaya, karena mereka kan lebih tau perkembangan area-area pariwisata yang yang menjadi bagian besar dari si subyek wajib pajak dan restribusi daerah itu. Jadi biasanya dalam periode waktu tertentu yang telah mereka rancang untuk meninjau semua area wisata, sekalian mereka mensosialisasikannya ke sana langsung.” Dari wawancara tentang sosialisasi pajak hotel yang telah dilakukan dengan ketiga narasumber, maka peneliti dapat menyimpulkan sosialisasi tentang wajib pajak hotel dilakukan oleh petugas fiskus DISPENKA Kabupaten Samosir dengan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir dengan periode yang telah kedua dinas tersebut tetapkan bersama.

V.2.2.3 Pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten Samosir

Pemungutan pajak hotel merupakan suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak atau retribusi, penentuan besarnya pajak atau retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak atau retribusi kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetorannya Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 11 tahun 2011 pasal 1 butir 30. Sosialisasi dan proses pemungutan pajak hotel merupakan hal yang harus berjalan bersama-sama sebenarnya. Karena pemungutan bisa dikatakan aplikasi dari sebagaimana yang telah diwacanakan dalam sosialisasi. Atau dengan kata lain, sosialisasi berisi teori, dan pemungutan merupakan praktiknya. Untuk mengetahui bagaimana pemungutan pajak hotel yang dilakukan di Kabupaten Samosir, maka pertanyaan yang diajukan peneliti kepada para narasumber, yaitu ,” Bagaimana proses pembayaran pajak hotel yang dilakukan di sini? Disetor atau dipungut? Ada sanksi tidak buat yang tidak memenuhi wajib pajaknya” Maka untuk pertanyaan itu Bapak Ombang Siboro Kadis Pariwisata, Seni, dan Budaya Kabupaten Samosir mengatakan: “…karena keterbatasan SDM tadipun malah kadang petugas sosialisasi diberi tugas tambahan untuk memungut Pajak-pajak hotel itu. Bagaimanalah, kami kan tidak kompeten di bidang pemungutan, jadi kami lakukan yang sebisa kami ajalah ya kan. Dan pasti dengan hasilnya yang tidak mencapai maksimal. Kalau sanksinya ada, dalam bentuk denda dia itu. Tapi, belum ada penegakan hukum terhadap para wajib pajak yang ingkar sama kewajibannya investmen28 Mei 2014. Untuk menanggapi pertanyaan yang sama, Bapak Drs. Kamintar Sinaga mengatakan: “ Pemungutan pajak hotel itu merupakan bagiannya bidang pendapatan dI sini. Biasanya mereka mengutipnya pertiga bulan, jadi kurang lebih 3 atau 4 kali setahun biar tidak berat si pengusaha hotel memberikannya. Dan untuk yang tidak memenuhi kewajibannya dalam jangka waktunya, kami buat denda 2 dari wajib pajaknya30 Mei 2014.” Sementara itu, Kak Basarya ER. Naibaho, Amd selaku Plt. Kasi Pajak dan Retribusi daerah Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir pada 14 Juni 2014 menyampaikan bahwa: “ Pajak Hotel itu target DISPENKA bidang pendapatan dik. Jadi pemungutan segala sesuatu yang berbau pajak daerah semua kami yang lakukan, mereka memungut bagian retribusi daerahnya saja. Jangka waktu pemungutannya berbeda-beda dik, tergantung daerahnya. Ada yang dipungut perbulan, ada yang pertriwulan. Dan sanksi untuk yang tidak memenuhi pajaknya adalah berupa denda sebesar 2.” Dari wawancara di atas, untuk pemungutan pajak hotel di Kabupaten Samosir, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa pemungutan pajak hotel merupakan tugas dan tanggung jawab dari para pegawai DISPENKA di bidang pendapatan. Yang dilakukan secara rutin dan bertahap perbulan atau pertriwulan tergantung daerah letak hotelnya. Dan bagi wajib pajak hotel yang tidak memenuhi kewajibannya dikenakan denda 2 dari jumlah wajib pajaknya.

V.2.2.4 Efektivitas Pemungutan Pajak Hotel di Kabupaten Samosir

Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan sebelumnya. Jadi, sesuatu dapat dikatakan efektif apabila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai. Dan adapun pencapaian tujuan, ketepatan waktu, hasil, dan manfaat merupakan unsur-unsur penting dalam efektivitas. Maka untuk mengetahui apakah pemungutan pajak hotel di Kabupaten Samosir sudah efektif ataukah belum, maka peneliti mengajukan pertanyaan yang sama kepada ketiga narasumber, yaitu “ Menurut anda, pemungutan pajak hotel sebagaimana yang telah ditetapkan sebagai suatu kewajiban di Samosir ini sudah dapat dikatakan efektif aau belum?” Dan atas pertanyaan tersebut Bapak Ombang Siboro pada Rabu, 28 Mei 2014 sekitar pukul 14.30 WIB menyampaikan bahwa: “ … menurut saya sih belum bisa dikatakan efektif, apalagi dilihat dari pelaksanaanya. Selain disebabkan hal-hal yang sebagaimana yang sudah saya bilang tadi sebenarnya masih banyak, mau sampai 30 poin kalau mau saya ceritakan. Namun masalah utamanya tadi yaitu, penegakan hukum terhadap para pengusaha hotel yang tidak memenuhi wajib pajaknya, keterbatasan SDM yang kompeten untuk melaksanakan sosialisasi dan pemungutannya, kejujuran pihak hotel atas evaluasi bill dan kwitansi serta data base sebagai bukti acuan besaran pajak yang dibayarkan, dan mindset para pengusaha hotel yang rendah atas kesadaran wajib pajaknya. Banyak kan masalahnya.” Sementara itu, Bapak Drs. Kamintar Sinaga pada Jumat, 30 Mei 2014 mengatakan bahwa: “ Sudah bisa dibilang efektiflah. Karena bisa adik lihat sendiri nanti di laporan keuangan kami kalau pendapatan yang Samosir peroleh dari pajak hotel selalu cukup memuaskan. Apalagi nanti kalau program visit Samosir jadi terealisasikan, pasti akan lebih memuaskan lagi angkanya.” Dan di waktu yang lain, yaitu pada 14 Juni 2014, Kak Basarya ER. Naibaho, Amd menyampaikan pendapatnya yaitu: “ kalau kakak bilang sih sudah efektif ya dik. Karena kan hotel di sini banyak, jadi lumayan untuk menambah penghasilan daerah. Dan juga perolehan pajak hotel setiap tahunnya angkanya cukup baik dan relatif stabil. Itu kan berarti para wajib pajaknya memenuhi kewajibannya setiap tahunnya.” Berdaasarkan wawancara di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan pemungutan pajak hotel di Kabupaten Samosir jika dilihat dari segi angka pendapatan yang mencapai jumlah ± Rp 250.000.000,00 pertahunnya dan realtif stabil sudah bisa dikatakan efektif. Namun, untuk pelaksanaannya belum cukup. Masih ada beberapa hambatan yang ditemukan untuk memenuhi jumlah wajib pajak sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Samosir Nomor 11 tahun 2011 tentang pajak daerah. Adapun beberapa hambatan tersebut antara lain: penegakan hukum sebagai sanksi pengabaian wajib pajak, keterbatasan SDM sebagai seksi penagihan pajak, pengawasan terhadap sistem penyetoran oleh pengusaha hotel, dan kesadaran wajib pajak oleh para pengusaha hotel.

V.3 Analisis Hail Penelitian

Seluruh data yang telah diperoleh peneliti, baik berupa data sekunder maupun hasil wawancara dianalisis peneliti sesuai dengan kemampuan nalar peneliti untuk mendapatkan kesimpulan sebagai hasil dari penelitian ini.

V.3.1 Pemungutan Pajak Hotel

Pajak Hotel di Kabupaten Samosir ditanggungjawabi oleh Dinas Pendapatan, Asset, dan Daerah Kabupaten Samosir bidang pendapatan. Pemungutan pajak Hotel itu sendiri dilakukan perbulan atau triwulan berdasarkan dengan daerahnya. Sebelumnya, untuk mendorong keberhasilan program pemungutan pajak hotel, secara rutin pula dilakukan sosialisasi wajib pajak hotel oleh petugas fiskus DISPENKA Kabupaten Samosir bersama dengan Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya setempat. Besaran wajib pajak hotel yang harus dibayarkan oleh para pengusaha hotel sebesar 5 atau 10 berdasarkan kriteria hotel yang telah ditetapkan ari jumlah transaksi yang dibayarkan oleh objek pajak hotel orang pribadi atau badan yan menggunakan fasilitas hotel. Setiap transaksi dicatat dan diberi pertinggal dalam kwitansi atau bill pembayaran dan dicatat daalam data base hotel, dan akan menjadi acuan wajib pajak hotel yang akan dipungut oleh petugas dari Dinas Pendapatan, Keuangan, dan Asset Daerah Kabupaten Samosir secara rutin. Berdasarkan laporan keuangan DISPENKA Kabupaten Samosir tahun 2009-2013 daan yang telah peneliti olah pada tabel 5.1 hingga 5.6 dan diagram 5.1, setiap tahunnya diperoleh rata-rata Rp 244.364.230,25 dari pajak hotel. Itu merupakan angka yang tidak buruk bagi sebuah kabupaten yang belum lama memandirikan daerahnya melalui pemekaran. Namun, ada beberapa hal yang menghambat pencapaian pemungutan pajak hotel dapat dilaksanakan secara maksimal, yaitu: 1. Penegakan hukum terhadap pengusaha hotel yang melalaikan kewajiban pajak hotelnya, 2. Keterbatasan SDM yang kompeten untuk menyukseskan pelaksanaan penagihan pajak hotel, 3. Pengawasan terhadap sistem penyetoran dan manajerial transaksi yang belum berbasis data yang akurat, 4. Mindset pengusaha hotel yang masih rendah atas kewajibannya sebagai wajib pajak.

V.3.2 Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir