Tinjauan Mengenai Bimbingan Orang Tua

commit to user

2. Tinjauan Mengenai Bimbingan Orang Tua

a. Pengertian Orang Tua Sebelum kita membahas mengenai pengertian bimbingan orang tua, terlebih dahulu akan dibahas mengenai pengertian orang tua. Orang Tua menurut Soedomo Hadi 2003: 22 adalah ”Ayah dan ibu yang menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya.” Sedangkan Abu Ahmadi dan Nuruhbiyati 2001: 177 mendefinisikan ”Orang tua adalah pemimpin keluarga, maka orang tua itu bertugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, pembina maupun guru bagi anaknya.” Dalam Undang- Undang Nomor 4 bab III pasal 9 tentang hak anak yang dikutip Soerjono Soekanto 1990: 172 ” Orang tua adalah yang pertama-tama bertanggungjawab atas kesejahteraan anak baik secara rohani, jasmani maupun sosial.” Thamrin Nasution dan Nur Halijah 1989: 1 mengemukakan bahwa ”Orang tua adalah orang yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga atau rumah tangga, yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut ibu-bapak.” Sedangkan pengertian orang tua sendiri, menurut Ngalim Purwanto 1988: 8 adalah sebagai berikut: ”Orang tua adalah pendidik sejati karena kodratnya, maka oleh karena itu kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya hendaklah kasih sayang yang sejati pula yang berarti pendidik atau orang tua hendaknya mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anaknya, dengan mengesampingkan keinginan dan kesenangannya sendiri.” Adanya berbagai rumusan pengertian tersebut, terkandung unsur-unsur dalam orang tua yaitu: 1 Orang tua itu bertugas sebagai pendidik, pemelihara, pengasuh, pembimbing, pembina maupun guru bagi anaknya. 2 Orang yang petama-tama bertanggung jawab atas kesejahteraan anaknya. 3 Orang yang mengutamakan kepentingan anak-anaknya. commit to user Tiap-tiap anggota keluarga berperan terhadap pendidikan anak-anaknya. Menurut Ngalim Purwanto 2002: 82 peranan ibu dalam pendidikan anaknya adalah sebagai berikut: 1 Pengasih dan pemelihara, 2 Tempat mencurahkan isi hati, 3 Pengatur kehidupan dalam rumah tangga, 4 Pembimbing hubungan pribadi, dan 5 Pendidik dalam segi-segi emosional. Sedangkan peranan ayah dalam pendidikan anak menurut Ngalim Purwanto 2002: 83 adalah sebagai berikut: 1 Sumber kekuasaan dalam keluarga, 2 Penghubung intern keluarga dengan masyarakat, 3 Pemberi perasaan aman bagi seluruh anggota keluarga, 4 Bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan 5 Pendidik dari segi rasional. b. Pengertian Bimbingan Orang Tua Menurut Ny. Y. Singgih dan Singgih D. Gunarso 1992:12 mengemukakan pengertian bimbingan sebagai berikut: ”Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar perkembangan yang dimiliki didalam dirinya sendiri dalam mengatasi persoalan-persoalan, sehingga dapat menentukan sendirijalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung pada orang lain.” Kemudian menurut Dewa Ketut Sukardi 1995: 2 berpendapat bahwa ”Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara ters menerus dan sistemats oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadipribadi yang mandiri”. Chrisholm dalam Oemar Hamalik 1990: 193 mengatakan bahwa : ”Bimbingan adalah proses pertolongan individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya didalam kehidupannya”. Sedangkan menurut Prayitno 2001: 193 ”Bimbingan adalah proses pemberian pada individu agar ia dapat mandiri, dengan menggunakan bahan, commit to user berupa interkasi, nasehat, gagasan dan asuhan yang didasarkan atas norma- norma yang berlaku.” Ada pula pendapat Hadari Nawawi 1995: 26 yang menyatakan bahwa ”Bimbingan adalah usaha menolong orang lain siswa untuk mengembangkan pandangannya tentang diri sendiri, orang lain dn masyarakat sekitarnya agar mampu menganalisa masalah-masalah atau kesukaran-kesukaran yang dihadapinya dengan menetapkan keputusan terbaik dalam menyelesaikan masalah atau kesukaran yang dihadapinya itu.” Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian bimbingan mengandung unsur-unsur sebgai berikut: 1 Proses pemberian bantuan yang diberikan secara terus menerus oleh seseorang kepada orang lain. 2 Memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya sehingga dapat menjadi pribadi yang mandiri. 3 Agar orang yang dibimbing mampu memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. c. Pengertian Intensitas Bimbingan Orang Tua Sebelumnya pengertian intensitas menurut Daryanto 1998: 264 adalah ”Keadaan tingkatan atau ukuran intensnya.” Singgih D. Gunarsa 1990:60 mengatakan bahwa ”Intensitas adalah kekuatannya, misalnya intensitas rangsang berarti kekuatan rangsang.” Kemudian Krech, Crutchfield dan Ballachey 1962: 18 mengatakan bahwa: ”How an individual conceives the world is dependent, first of all, upon the nature of the Physical and social enviroment in which he is immersed ... . An the world images of different member of the same family- Park Avenue or Tenessee mountain- will differ because of subtle diferrences in the nature of their social environtment: different members of the same family will receive varying treatment from their associates depending upon their age, sex, position in the family, etc ”. Bagaimana individu menggambarkan dunia adalah tergantung, pertama atas pembawaan dari fisikdan lingkungan sosial yang diselaminya ... . Dan commit to user dunia membayangkan perbedaan anggota dari keluarga yang sama-Park Avenue atau Tenessee mountain- akan berbeda, karena perbedaan yang tidak diketahui dalam pembawaannya pada lingkungan sosial. Perbedaan anggota dari keluarga yang sama akan menerima perlakuan yang menyimpang dari gabungannya di atas umurnya, jenis kelamin, posisi dalam keluarga, dll. Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa yang membedakan seseorang dalam mempersepsikan sesuatu diantaranya umurnya, jenis kelamin, posisi dalam keluarga, dan lain-lain. Krech et. al 1962: 41 juga mengatakan tentang hal yang mempengaruhi timbulnya persepsi, yang didalam terdapat intensitas. Ia mengatakan bahwa: ”The familiar figure-on-background experiment of perseption laboratory illustrates one stimulus factor affecting cognitive selectivity. A single red dot, among many black dot, will stand out in perception. A Negro in a crowd of white poeple is high visible. Other stimulus factors determining selection include: frequency-the slogan most frequency repeated in morelikely to came the attention of the individual than the infrequently mentioned one; intensity-a shout more attention-demanding than the normal speeking voice; movement and change-number- the more object there are, the greater the selectivity.” Percobaan bentuk belakang yang dikenal dari laboraturium perespsi mengilustrasikan satu faktor stimulus cenderung kepada pemilihan kognitif. Satu titik merah diantar beberapa titik hitam, akam lebih kelihatan oleh persepsi. Satu orang Negro dalam kerumunan orang kulit Putih akan lebih terluhat. Faktor stimulus lain menentukan pilihan termasuk: Frekuensi-kebanyakan sebutan frekuensi yaitu pengulangan yang lebih mengundang perhatian individu daripada jarang atau hanya disebutkan sekali; Intensitas-berteriakan kan lebih mengundag perhatian daripada yang hanya berbicara dengan suara normal; angka yang bergerak dan berubah - disana ada lebih banyak objek yang lebih besar pemilihannya. Kemudian Krech et. al 1962: 410 juga menerangka mengenai teori keseimbangan yang berhubungan dengan sistem kognitif yang mempengaruhi persepsi, bahwa:”Balance theory asserts that unbalanced cognitive system tend to shift toward a state of balance. This shift may occur in various ways. Thus, in the above example, the individual may come to approve free speech only for poeple who espous domocratic principles, or he may come to extend free speech to the man who preaches againts civil liberties.” commit to user Teori keseimbangan menyatakan bahwa ketidakseimbangan sistem kognitif memelihara untauk mengubah keadan keseimbangan. Perubahan ini bisa terjadi dalam berbagai jalan. Demikian, individu bisa membenarkan pembicaraan dengan bebas hanya untuk agar orang menyatukan prinsip demokratis atau dia bisa melanjutka pembicaraan yang bebas untuk seseorang yang membaca kutbah yang bertentangan dengan kemerdekan sipil. Krech et. al 1962: 45-46 juga menjelaskan lebih lanjut mengenai sistem kognitif yag salah satunya mempengaruhi persepsi seseorang melalui intensitas. Ia mengatakan bahwa: ”The degree and manner in which changes in wants and information produce changes in cognitive depend upon the multiplexity, interconnectedness, ang consonance of the preexisting cognitive system. The relation between vulnerability to cognitive changes and the dimensions of multiplexity and interconnectedness are complex and little understood. Cognitive system of high multiplexity are more immune to radical change than those of low multiplexity. No such generalrelation can be stated for interconnectedness. But in matter how much the cognitive change, the direction of change seems to be such as to approach a more consonant structure. This is true even in those intences where a major system of beliefs seems to be immune to contradictory facts. Balance theory is an approach to the study of cognitive consonance which is especially concerned with the individual’s affective cognition of poeple an social objects. Balance theory assumes that the cognitive proces persistently strives toward balance or consonance. However, balance is often acheived. This is especially true when cognitive balance would lead to an unpleasant state affairs for the individual.” Derajat dan kebiasaan yang mengubah keinginan dan informasi yang menghasilkan perubahan kognitif tergantung atas keberagaman, saling keterkaitan dan keharmonisan dari sistem kognitif yang lebih dulu ada. Hubungan amtara sifat yang cepat tersinggung dari perubahan kognitif dan dimensi keberagaman dan saling keterkaitan itu kompleks dan sedikit dimengerti. Sistem kognitif dari keberagaman yang tinggi lebih kebal dari perubahan radikal dibanding keberagaman yang rendah. Tidak demikian relasi umum dapat menjadi pemberitahuan saling keterkaitan. Tapi tidak ada perubahan kognitif, kelangsungan perubahan rupanya menjadi bagian yang hampir mendekati struktur harmoni yang lebih. Hal itu sekarang benar pada desakan dimana sistem utama dari kepercayaan terlihat menjadi kebal dari faktor yang disangkal. Teori keseimbangan adalah pendekatan belajar keharmonisan kognitif yang mana itu lebih dikenai dengan kecenderungan kognisi individu dari orang- orang dan objek sosial. Teori keseimbangan mengasumsikan bahwa proses commit to user kognitif yang berusaha keras dengan keseimbangan atau keharmonisan. Tetapi keseimbanagn sering tidak dihargai. Terutama kebenaran ketika keseimbanagn kognitif mengantarkan pada keadaan tidak nyaman urusan individu. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 1 Intensitas merupakan sebuah tingkatan dimana tingkatan itu tergantung pada persepsi tiap individu yang berbeda. 2 Intensitas dapat akan lebih terasa terlihat bila dilakukan secara berulang- ulang dalam frekuensi tertentu dan dapat menjadi sebuah kebiasaan. 3 Intensitas termasuk dalam teori keseimbangan yang berkaitan dengan sistem kognitif yang tergantung atas keberagaman, saling keterkaitan dan keharmonisan dari sistem kognitif yang lebih ada. Sehingga dapat disimpulkan mengenai pengertian intensitas bimbingan orang tua yaitu dalam unsur-unsur di bawah ini: 1 Ukuran atau sering tidaknya pemberian bantuan atau pertolongan dari orang tua sebagai orang yang bertanggung jawab dalam keluarga. 2 Bimbingan itu dilakukan secara terus menerus dan sistematis kepada anaknya, 3 Tujuannya untuk memberikan bimbingan dalam memecahkan masalah- masalah yang dihadapi anak. d. Fungsi dan Peranan bimbingan Orang Tua Erman Amti dan Marjohan 1992: 9 mengemukakan beberapa fungsi bimbingan, yaitu: 1 Fungsi Pemahaman Yang pertama dan paling awal yang harus dilakukan pembimbing dalam hal ini orang tua adalah mengetahui bagaimana individu yang dibimbing itu. Hal itu berarti berusaha mengungkapkan dan memahami apa masalah dan kesulitan yang dihadapinya anak, apa dan bagaiman kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahannya. 2 Fungsi Pencegahan Bimbingan harus memiliki fungsi pencegahan yaitu penciptaan suatu suasana agar pada diri anak tidak timbul berbagai masalah yang dapat menghambat proses perkembangannya. commit to user 3 Fungsi Pemecahan Pemberian Bantuan Walaupun berbagai upaya telah dilakukan dengan sebaik-baiknya tetapi masih terjadi masalh pada diri anak, maka dalam hal ini perlu upaya pemberian bantuan pemecahan masalah. Hal ini agar masalah yang dialami anak itu, yang dapat berupa sikap dan kebiasaan yang buruk atau tidak dapat menyesuaikan diri secara baik dengan lingkungan. 4 Fungsi Pengembangan Bimbingan tidak sekedar mengatasi kesulitan yang dialami anak tetapi juga berusaha agar anak dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya. Peranan bimbingan menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa 1992: 20 adalah sebagai berikut; 1 Berperan sebagai pencegah, yang membantu anak menemukan cara- cara mengatasi persoalan yang mungkin akan menjurus ke penyimpangan perkembangan mental atautekanan jiwa atau kelainan ataupun ganguan juwa. 2 Berperan memelihara anak sebagai pribadi yang sudah mencapai perkembangan, baik keseimbangan emosi maupun keserasian kepribadian yang kuat. 3 Berperan dalam membantupembentukan penyesuaian diri, yakni dengan jalan membantu anak menghadapi, memahami dan memecahkan masalah untuk hasil yang optimal, baik dalam jenjang karir mauoun dalam hubungan sosial. 4 Berperan memperbaiki atau meyembuhkan bila terjadi penyimpangan atau kesulitan yang sudah berakar, membantu mencari akar dari peyimpangan kenakalan,gangguannya supaya dapat disembuhkan dan tercapai taraf kehidupan normal. Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan mengenai fungsi dan peranan bimbungan orang tua yang pada dasarnya meliputi: 2. fungsi pencegahan, 3. fungsi pemahaman, 4. fungsi pemecahan masalah dan, 5. fungsi pengembangan, dimana hal itu membantu anak mengatasi segala permasalahan yang dihadapinya, termasuk masalah belajar, untuk berkehidupan yang berkembang secara normal. commit to user e. Tujuan Bimbingan Orang Tua Agar kegiatan bimbingan dapat terarah dan tepat sasaran serta mencapai hasil yang diinginkan, maka terlebih dahulu harus diketahui tujuan dari bimbingan tersebut. Menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa 1992: 14 mengemukakan bahwa tujuan dari pada bimbingan adalah memberi bantuan kepada anak didik supaya mencapai: 1 Kebahagiaan hidup pribadi 2 Kehidupan yang efektif dan produktif 3 Kesanggupan hidup bersama dengan orang lain 4 Keserasian antara cita-cita anak didik dengan kemampuan yang dimilikinya. Aunur Rahim Faqih 2001: 36 juga mengatakan bahwa tujuan bimbingan meliputi: 1 Tujuan Umum Membantu individu mewujudkan dirinya menadi manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. 2 Tujuan Khusus a Membantu individu agar tidak menghadapi masalah b Membantu individu mengatasi masalh yang sedsng dihadapinya c Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau menjadi baik, sehingga tidak menjadi sumber masalah bagi dirinya dan orang lain. Oemar Hamalik 1992; 195 juga mengatakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses yang bertujuan sebagai berikut: 1 Agar individu bertanggung jawab menilai kemampuan sendiri dan menggunakan pengetahuan mereka secara efektif bagi dirinya sendiri. 2 Agar individu menjalani hidupnya sekarang secara efektif dan menyiapkan dasar kehidupan masa depan sendiri. 3 Agar semua potensi individu berkembang secara optimal meliputi semua aspekpribadinya sebagai individu yang potensial. 4 Agar individu dapat belajar dengan efektif dan efisien. commit to user Menurut Suheri dan Edi Purwanto 1996: 48 menyatakan secara khusus bimbingan bertujuan agar individu ang dibimbing dapat: 1 Memahami dirinya dengan baik. 2 Memahami lingkungan dengan baik. 3 Memberi pilihan keputusan dengan bijaksana. 4 Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di luar sekolah. M. Imron Pohan 1986: 56 mengatakan bahwa bimbingan orang tua, terutama dalam kegiatan belajar, bertujuan untuk : 1 Tercapainya tujuan belajar penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap. Bimbingan orang tua akan membantu mengatasi kesulitan-kesulitan belajar, yang disebabkan karena: kemampuan belajar kurang memadai, suasana rumah tidak kondusif, tidak adanya minat belajar dan lain-lain. Dengan kesabaran dan keuletan orang tua dalam membimbing kesulitan-kesulitan belajar dan dapat mengatasinya, maka tujuan belajar yang berupa penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap dapat tercapai dengan baik. 2 Agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang mendukung proses belajar. Dengan bimbingan dari orang tua diharapkan anak mampu memahami kesulitan belajarnya yang disebabkan keadaan lingkungan dan pada akhirnya dapat menyesuaiakan diri dengan keadaan lingkungan tersebut. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan bimbingan adalah : 1 Membantu individu dalam memahami diri dan lingkungannya. 2 Membantu individu agar mencapai kehidupan yang efektif, produktif dan kebahagiaan hidup pribadi serta mampu bertanggung jawab. 3 Memberi individu dalam mengembangkan potensi dan cita-cita sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 4 Membantu individu dalam menentukan pilihan keputusan dengan bijaksana. 5 Membantu individu dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. commit to user f. Bimbingan Orang Tua Terhadap Remaja Siswa Abdullah Nasbih Ulwan 1990: 195 mengemukakan bahwa pokok-pokok bimbingan orang tua meliputi: 1 Menjaga atau pengawasan dalam pergaulan Orang tua harus jeli dalam mengawasi pergaulan anak di luar rumah. Orang tua mempunyai kewajiban mengawasi tingkah laku anak-anaknya, kemudian mengarahkan agar dapat memiliki sarana yang tepat dan sesuai dengan perkembangan mora dan pertumbuhan fisiknya dimana agar hasrat dan keinginannya serta kebutuhan anak sesuai dengan pertumbuhan danperkembangan mereka tanpa mengorbankan nilai-nilai moral. 2 Bimbingan Keagamaan Orang tua hendaknya memberikan bimbingan mengenai agama sejak dini sehingga anak mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. 3 Bimbingan Intelektual Orang tua harus dapat mengarahkan kepada anak tentang ilmu yang lebih penting dan bermanfaat bagi masa depannya. Kemudian menurut Ny. Y. Singgih D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa 1992: 34-38 mengemukakan bahwa sesuai dengan masalah yang akan dihadapi seorang anak remaja, maka macam bimbingan dapat dibagi dalam: 1 Bimbingan pengajaran dan belajar, dengan tujuan memecahkan persoalan berhubungan dengan masalah belajar anak sekolah di sekolah dan di luar sekolah. Dengan bimbingan belajar diharapkan anak didik melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan-kemampuan yang ada ladanya. 2 Bimbingan pendidikan, bertujuan untuk membnatu murid dalam menghadapidan memecahkan masalah dalam bidang pendidikan. 3 Bimbingan sosial, bertujuan membantu anak dalam mengatasikesulitan- kesulitan dalam kehidupan sosialnya sehingga ia mampu mengadakan hubungan-hubungan sosial dengan baik. commit to user 4 Bimbingan maalah pribadi, bertujuan membantu anak dalam mengatasi masalah pribadi, sebagai akibat kurang kemampuan anak untuk mengadakan penyesuaian diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik pribadi, sosial, seks dan lain-lainnya. 5 Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang, yang bertujuan membantu anak dalam mengisi waktu senggang, juga dilakukan secara individual, karena setiap anak mempeunyai bakat dan cirri kelemahan dan kekuatan yang berbeda-beda. 6 Bimbingan pekerjaan, bertujuan memberikan penerangan mengenai pekerjaan dan tugas-tugas apakah yang tercakup dalam pekerjaan tersebut. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas bimbingan orang tua terhadap remaja sangatlah penting untuk membentu remaja dalam mengatasi setiap masalah ynag muncul seiring dengan proses perkembangannya, agar tumbuh menjadi manusia dewasa. Adapaun dalam hal ini bimbingan orang tua yang dimaksud meliputi bimbingan menggunakan waktu senggang dan pengawasan dalam pergaulan, agar terbentuk kepribadiannya yang baik dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.

3. Tinjauan tentang Pemanfaatan Sumber Belajar

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS PERHATIAN ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 MEDAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

5 15 29

KONSENTRASI BELAJAR DAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP KECENDERUNGAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 DELANGGU KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 3 8

PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR TERHADAP PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 MANYARAN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/201

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 MANYARAN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 9

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN PENGARUH INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN KELENGKAPAN SARANA BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP N 1 MANYARAN WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 6

HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI MAKAMHAJI 03 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 12

PENDAHULUAN HUBUNGAN INTENSITAS BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI MAKAMHAJI 03 KARTASURA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 8

PENGARUH PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR, BIMBINGAN ORANG TUA PIHAK IBU DAN AYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014.

0 0 1

Hubungan Intensitas Bimbingan Orang Tua dan Pemanfaatan Sumber Belajar dengan Kedisplinan Belajar Siswa di 5 SMA Negeri Kabupaten Karanganyar.

0 0 1

PENGARUH PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR, BIMBINGAN ORANG TUA PIHAK IBU DAN AYAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013 2014 | Rokhayati | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 4260 9535

0 0 12