commit to user
BAB II LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Mengenai Kedisiplinan Belajar
a. Pengertian Kedisiplinan Konsep disiplin berkaitan dengan tata tertib, aturan, atau norma dalam
kehidupan bersama yang melibatkan orang banyak. Seperti apa yang dikatakan Moeliono dalam Nhowitzer, 2007, Korelasi Perlakuan Guru Bimbingan Dan
Konseling Dan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Samudra
Kulon Kecamatan
Gumelar Kabupaten
Banyumas, http:
nhowitzer.multiply.comjournalitem1, diambil pada tanggal 28 Februari 2011 pukul 19.51. Beliau mengatakan bahwa “Disiplin artinya adalah ketaatan
kepatuhan kepada peraturan tata tertib, aturan, atau norma, dan lain sebagainya.” Kedisiplinan siswa dapat dilihat dari ketaatan kepatuhan siswa
terhadap aturan tata tertib yang berkaitan dengan jam belajar di sekolah, yang meliputi jam masuk sekolah dan keluar sekolah, kepatuhan siswa dalam
berpakaian, kepatuhan siswa dalam mengikuti kegiatan sekolah, dan lain sebagainya. Semua aktifitas siswa yang dilihat kepatuhannya adalah berkaitan
dengan aktifitas pendidikan di sekolah, yang juga dikaitkan dengan kehidupan di lingkungan luar sekolah.
Menurut Melayu SP Hasibuan 1994: 212 bahwa “Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan
norma-norma yang berlaku”. Dapat dikatakan kedisiplinan harus dilakukan secara sadar dan dengan kesadaran tanpa adanya suatu paksaan dan tekanan dari
pihak manapun. Suharsimi Arikunto 1990: 144 mengatakan bahwa “Disiplin adalah
kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada kata hatinya. Kedisiplinan berkaitan erat
commit to user
dengan pengendalian diri seseorang dalam melakukan tindakan secara sadar melalui pembentukan diri dan watak.”
Pengertian disiplin menurut Raka Joni yang dikutip Sulistryo dan Ign. Wagimin 1986: 61 adalah bahwa “Disiplin mencakup setiap macam pengaruh
yang ditunjukan untuk membantu siswa agar ia dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungann dan juga tentang cara menyelesaikan
tuntutan yang mungkin ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya.” Sedangkan menurut Soegeng Prijodarminto 1992; 23 bahwa “Disiplin
adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,keteraturan
dan atau ketertiban.” Hal ini dapat dijelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan berdisiplin apabila perilakunya mencerminkan ketaatan dan kepatuhan pada
peraturan, norma, atau etika yang berlaku. Adanya kedisiplinan ini diharapkan agar siswa dapat melaksanakan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan guna mencapai suatu tujuan. Dapat disimpulkan bahwa pengertian kedisiplinan mengandung unsur-
unsur sebagai berikut: 1 Ketaatan kepatuhan pada peraturan tata tertib.
2 Didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya. 3 Kesadaran tanpa adaya suatu paksaan atau tekanan dari pihak manapun.
4 Membantu menyesuaikan
diri dengan
lingkungannya sekaligus
meyelesaikan tuntutan yang ingin ditujukan oleh siswa. 5 Melaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan untuk mencapai suatu
tujuan. b. Pengertian Belajar
Menurut Muhibbin Syah 2009: 5 “Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
commit to user
kognitif. Perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah dan jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.”
Menurut Slameto 1995 : 2 “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. “
Sedangkan menurut Sardiman AM 2001: 23 menyatakan bahwa “Belajar merupakan upaya perubahan tingkah laku dengan serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk menuju perkembangan pribadi yang seutuhnya yang menyangkut unsur cipta, rasa, karsa dan ranah afektif, kognitif dan psikomotorik”.
Menurut Oemar Hamalik mengatakan bahwa “Belajar merupakan suatu perkembangan dari seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku yang
baru berkat pengalaman dan latihan. Belajar itu perubahan-perubahan yang bersifat psikis.”
Pendapat lain dikatakan oleh Omrod 1995 dalam Abied, 2010, Sikap dan Kebiasaan Belajar Siswa. diambil pada meetabied.wordpress.com
20100320sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa, diambil pada 30 desember 2010 pukul 20:10. Beliau mendeskripsikan adanya dua definisi belajar yang berbeda.
Definisi pertama menyatakan bahwa “ Learning is a relatively permanent change in behavior due to experience”. Belajar merupakan perubahan perilaku
yang relatif permanen karena pengalaman. Sedangkan definisi kedua menyatakan bahwa “Learning is relatively permanent change in mental associations due to
experience”. Belajar merupakan perubahan mental yang relatif permanen karena pengalaman. Definisi pertama memberikan penekanan pada perubahan perilaku,
sedangkan definisi kedua memberikan penekanan pada perubahan mental. Slameto 1995: 7 menjelaskan apa saja ciri-ciri perubahan tingkah laku
dalam pengertian belajar, yaitu : a Perubahan terjadi secara sadar. Individu menyadari atau merasakan telah
terjadi suatu perubahan dalam dirinya. Dan perubahan tingkah laku yang
commit to user
terjadi karena mabuk atau tidak sadar, tidak termasuk perubahan karena belajar. karena orang bersangkutan tidak menyadari perubahan itu.
b Perubahan bersifat kontinu dan funsional. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya yang kadang akan
memperoleh kecakapan-kecakapan yang lain. c Perubahan bersifat positif dan aktif. Perubahan selalu bertambah dan
tertuju untuk memperoleh sesuatu ynag lebih baik dari sebelumnya. Perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha
individu sendiri.
d Perubahan bukan bersifat sementara. Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap permanen dan bukan sementara.
e Perubahan yang bertujuan atau terarah. Tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Dengan begitu perbuatan belajar yang
dilakukan senantiasa terarah pada tingkah laku yang telah ditetapkannya.
f Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku
secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.
Ada beberapa ciri-ciri belajar menurut Umar Tirtaraharja dalam Abied, 2010,
Sikap dan
Kebiasaan Belajar
Siswa, diambil
meetabied.wordpress.com20100320sikap-dan-kebiasaan-belajar-siswa, Diambil pada 30 desember 2010 pukul 20:10. Ciri-cirinya adalah sebagai
berikut: 1. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan
tingkah laku karena proses kematangan. 2. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bukan perubahan
tingkah laku karena perubahan kondisi fisik. 3. Hasil belajar bersifat relative menetap.
Selain yang dikemukakan diatas, dikatakan pula unsurciri-ciri belajar menurut Umar Tirtaraharja dalam Abied, 2010, Sikap dan Kebiasaan Belajar
Siswa, diambil
meetabied.wordpress.com20100320sikap-dan-kebiasaan- belajar-siswa, Diambil pada 30 desember 2010 pukul 20:10. Ciri-cirinya
adalah: 1. Bahwa Belajar merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan
perubahan pada individu yang belajar.
commit to user
2. Bahwa perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan respons terhadap suatu stimulus.
3. Bahwa perubahan itu terjadi secara permanen 4. Bahwa perubahan tersebut terjadi karena proses pertumbuhan atau
kematangan fisik,melainkan karena usaha sadar. Tujuan belajar dapat diartikan sebagai kondisi yang diinginkan setelah
pebelajar individu yang belajar selesai melakukan kegiatan belajar.Dalam pengertian bahwa setelah belajar diharapkan akan terjadi perubahan dalam diri
siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami, dari tidak terampil menjadi terampil dan sebagainya. Demikian pula dalam hal
sikap, belajar Dari uraian di muka, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar
mengandung unsur-unsur sebagai berukut: 1 Suatu kondisi belajar yang tercipta dan terbentuk sebagai pola tingkah
laku belajar. 2 Menurut ketentuan yang ditaati secara sadar.
3 Menciptakan ketertiban dan keteraturan dalam belajar, dan 4 Kondisi itu memiliki tujuan untuk menjadi yang lebih baik.
c. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Pembentukan Kedisiplinan Belajar Pembentukan kedisiplinan belajar dilakukan melalui suatu proses yang
sangat panjang yaitu dimulai sejak dini di dalam lingkungan keluarga dan dilanjutkan di lingkungan sekolah. Pembiasaan kedisiplinan di dalam lingkungan
keluarga maupun lingkungan sekolah ini mempunyai kaitan yang sangat erat dengan kehidupan siswa di masa yang akan datang.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat yang mengemukakan tentang faktor- faktor yang berperan dalam kedisiplinan belajar yaitu:
a Elizabeth B. Hurlock 2006 : 84 menyatakan bahwa : ”Bila disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai
dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus mempunyai empat unsur pokok. Adapun cara mendisiplinkan yang
commit to user
digunakan yaitu: 1 peraturan sebagai pedoman perilaku, 2 konsistensi dalam peraturan tersebut dan dalam cara yang digunakan untuk
mengajarkan dan memaksanya, 3 hukuman untuk pelanggaran peraturan, 4 penghargaan untuk perilaku yang baik sejalan dengan peraturan yang
berlaku”.
b T.O Ihromi 1999 : 53 menyatakan bahwa ” penting pula diketahui bahwa penanaman nilai nilai dalam proses sosialisasi perlu diperhatikan empat aspek
yang terkait agar tujuan pendidikan tercapai yaitu: 1 peraturan, 2 sanksi berupa hukuman, 3 penghargaan, 4 konsistensi”.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa faktor-faktor yang berperan penting dalam pembentukan kedisiplinan
belajar siswa adalah: 1 Mengikuti dan mentaati peraturan
Peraturan merupakan suatu pola yang ditetapkan untuk mengatur tingkah laku siswa agar sesuai dengan yang diharapkan. Pelaksanaan
peraturan dapat memberikan dorongan dan kebiasaan untuk hidup lebih tertib dan teratur. Apabila kita mampu mengikuti dan mentaati peraturan sekolah
dengan baik, maka kedisiplinan dapat dilaksanakan dengan mudah. Sebaliknya, apabila kita melanggar peraturan-peraturan tersebut maka akan
dikenakan sanksi yang biasanya diwujudkan dalam bentuk sistem kredit point. Besar kecilnya kredit tersebut berbeda-beda tergantung dari kesalahan siswa.
2 Kesadaran diri Kesadaran diri merupakan suatu pemahaman yang telah diserap oleh
seseorang akan pentingnya kedisiplinan, sehingga dalam kesadaran diri mengandung kerelaan untuk mematuhi dan melaksanakan semua peraturan
dan norma yang berlaku serta akan melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab. Kesadaran diri yang dimiliki seseorang akan menjadi motif
atau dorongan yang sangat kuat bagi terwujudnya kedisiplinan belajar, sehingga hal ini dapat menciptakan anak dalam mencapai kemandirian secara
lebih baik.
commit to user
3 Alat pendidikan Alat pendidikan ini sangat bermanfaat untuk mempengaruhi, mengubah,
membina, dan membentuk perilaku siswa yang sesuai dengan nilai-nilai yang telah ditentukan. Siti Meiahati yang dikutip oleh Soedomo Hadi 2003 : 89
berpendapat bahwa ” alat pendidikan adalah hal yang tidak saja memuat kondisi-kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan mendidik,
tetapi alat pendidikan itu telah mewujudkan diri sebagai perbuatan atau situasi yang dicita-citakan dengan tegas, untuk mencapai tujuan pendidikan”.
4 Hukuman Hukuman bagi seorang siswa merupakan salah satu faktor dalam
pembentukan kedisiplinan belajar dan dianggap positif karena hukuman ini merupakan salah satu upaya menyadarkan, mengoreksi dan meluruskan
perbuatan yang salah, sehingga seseorang akan kembali pada perilaku yang diharapkan. Selain itu, hukuman ini sangat penting artinya karena dapat
memberikan dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Hal senada juga diungkapkan oleh Kartini
Kartono 1985 : 23 yang mengatakan bahwa ”hukuman kadang-kadang perlu untuk mendidik anak dan menyalurkan tingkah laku anak”. Jadi hukuman
dalam hal ini bersifat positif. 5 Penghargaan atau hadiah
Dalam hal ini hadiah atau penghargaan tidak harus dalam bentuk benda atau materi, akan tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman, atau
menepuk-nepuk bahu anak. Biasanya, sebuah hadiah atau penghargaan akan diberikan setelah anak melakukan suatu tindakan atau tingkah laku yang benar
dan terpuji. Adanya pemberian hadiah ini mempunyai peranan yang sangat penting yaitu untuk memberikan motivasi kepada anak agar ia dapat
mengulangi tingkah laku yang benar dikemudian hari. Hal senada juga diungkapkan oleh Kartini Kartono
1985 : 31 yang mengatakan bahwa
commit to user
”ganjaran akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah lakunya”.
6 Konsistensi Hal ini merupakan derajat kesamaan atau kestabilan akan aturan-aturan,
sehingga anak-anak tidak akan bingung tentang hal-hal yang seharusnya dilakukan. Konsistensi sangat tepat apabila diterapkan dalam aturan-aturan,
hukuman, maupun sanksi. Apabila kita tidak konsisten di dalam menerapkan peraturan, hukuman, maupun sanksi, maka nilai dari hukuman dan aturan
tersebut akan hilang. Konsistensi dianggap sebagai faktor yang paling penting karena segala sesuatu yang dilakukan secara berulang-ulang dengan konsisten
akan menjadi pedoman atau aturan seperti penggunaan waktu, menerapkan hukuman, dan memberi hadiah atau penghargaan.
Kedisiplinan belajar tidak hanya diterapkan di sekolah, tetapi harus diterapkan dirumah, karena waktu belajar anak lebih banyak belajar di
lingkungan keluarga atau di rumah. Sehingga dapat dikatakan lingkungan keluargalah yang memberikan suasana untuk terciptanya kedisiplinan belajar
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Elida Prayitno 1989: 156 yang menyatakan bahwa:
”Orang itu dapat menciptakan situasi fisik maupun psikologis yang menyokong minat dan kegairahan anaknya dalam belajar. Penyediaan
kesempatan yang dibutuhkan anak dalam belajar di rumah maupun di luar rumah sangat menunjang kesuksesan anak dalam belajar. Membina hubungan
akrab dengan anak dan memberikan perhatian yang tinggi peting dan patut diperhatikan oleh orang tua, jika ingin anaknya berhasil dalam belajar.”
Dari pendapat di atas, disimpulkan bahwa orang tua sebagai penanggung jawab dalam keluarga harus mampu menciptakan suasana keakraban diantara
anggota keluarga di rumah dan juga harus memberikan perhatian yang cukup terhadap kegiatan belajar anak. Misalnya dengan membantu anak dalam
belajar, menaati anak dalam menaati jadwal kegiatan belajar, memberikan sarana belajar yang dibutuhkan oleh anak dan sebagainya. Dengan adanya
commit to user
perhatian yang diberikan oleh orang tua kepada anak, diharapkan anak akan lebih termotivasi dalam belajarnya, sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan
belajar sekaligus dapat meningkatkan prestasi belajarnya. Menurut Slameto 1995: 76 bahwa untuk meningkatkan cara belajar
yang efektif siswa perlu memperhatikan beberapa hal, yakni: 1 Kondisi internal merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri siswa
tersebut. Misalnya kesehatan atau ketentraman hati. Hal ini menurut Maslow ada 7 jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi,
yaitu: a Kebutuhan
fisiologis, yang
merupakan kebutuhan
jasmani manusia,misalnya makan, minum tidur dan sebagainya. Jika kebutuhan
fisiologisnya tidak
terganggu sehingga
tidak mengakibatkan
terganggunya kondisi dan konsentrasi belajar. b Kebutuhan keamanan dan keselamatan, dimana siswa dapat efektif jika
siswa dapat menjaga keseimbaangan emosinya secara baik sehingga perasaan aman dapat tercapai dan dapat memusatkan konsentrasi,
dalam hal ini belajar.
c Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, dimana cara belajar yang efektif akan tercapai apabila seseorang dapat melakukan kerjasama
dengan teman-temannya sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan ketajaman dalam berpikir.
d Kebutuhan akan pengakuan, penghargaan dan kedudukan, yang mana setiap siswa perlu optimis, percaya akan kemampuan diri dan yakin
bahwa ia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. e Kebutuhan aktualisasi diri, yang mana belajar yang efektif dapat
diciptakan untuk memenuhi keinginan yang dicita-citakan. Oleh karena itu, siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik akan dapat
membantu tercapainya cita-cita yang diinginkan. f Kebutuhan untuk mengetahui dan dimengerti, yang mana kebutuhan ini
berfungsi untuk
memuaskan rasa
ingin tahu,
mendapatkan pengetahuan, informasi dan untuk mengerti sesuatu.
g Kebutuhan estetik, dimana kebutuhan ini merupakan suatu kebutuhan yang
dimanifestasikan sebagai
kebutuhan akan
keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu kebutuhan.
2 Kondisi Eksternal Kondisi eksternal merupakan suatu keadaan yang ada di luar diri
menusia seperti kebersihan rumah, penerangan dan keadaan lingkungan fisik yang lain. Kita dapat menciptakan kediplinan belajar apabila terdapat
lingkungan fisik yang baik dan teratur. Karena dengan dukungan keadaan
commit to user
sekitar yang baik, maka konsentrasi, kemauan dan semangat dalam belajar akan selalu terjaga, sehingga anak akan merasa nyaman dalam belajar.
3 Strategi Belajar Dengan strategi yang tepat, dapat tercapai suatu keadaan dimana
kedisiplinan belajar dapat terlaksana dengan baik. Strategi ini digunakan untuk mengatur waktu yang seefisien mungkin untuk mencapai hasil atau
prestasi yang maksimal. Pelaksanaan cara belajar agar dapat membantu siswa dapat dilakukan dengan pengaturan waktu belajar yang baik seperti:
a Belajar tepat waktunya dan tidak membiasakan diri menunda untuk belajar sampai seluruh pelajaran berakhir.
b Belajar untuk mengatur waktu dengan tepat. c Adanya waktu luang untuk rekreasi agar pikiran menjadi tenang.
d Tidak menggunakan waktu tidur untuk belajar karena dapat menggangu kesehatan.
Dengan strategi yang tepat, maka belajar akan terasa menyenangkan dan tidak membosankan. Apabila anak selalu belajar tanpa
perasaan senang, anak akan merasa jenuh dan bosan sehingga semangat untuk belajar akan dengan mudah hilang. Anak akan menjadi berpkiran
bahwa belajar adalah hal yang membosankan dan tidak menyenangkan. Dengan strategi belajar yang tepat, anak diharapkan dapat mencapai suatu
hasil belajar yang maksimal.
d. Fungsi Kedisiplinan EB Hurlock 1993: 97 menyebutkan fungsi disiplin dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu: 1 Fungsi yang bermanfaat.
Fungsi yang bermanfaat ini meliputi : b untuk mengajar anak yaitu bahwa perilaku tertentu selalu diikuti
hukuman, namun yang lain akan diikuti dengan pujian, c untuk mengajarkan anak tentang suatu tingkatan penyesuaian yang
wajar, tanpa menuntut konformitas yang berlebihan, d untuk membantu anak mengembangkan hati nuraninya.
2 Fungsi yang tidak bermanfaat Fungsi yang tidak bermanfaat ini meliputi :
a untuk membuat takut anak, b sebagai pelapisan agresi orang yang mendisiplin.
commit to user
2. Tinjauan Mengenai Bimbingan Orang Tua