commit to user 17
3. Pendekatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan proses yang harus dilakukan oleh siswa dengan bimbingan guru agar tujuan pembelajaran tercapai. Maka dari itu,
guru perlu mempertimbangkan dalam memilih pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan. Membahas masalah pendekatan pembelajaran dalam proses
belajar mengajar tidak terlepas dari pengertian pendekatan dalam proses belajar mengajar itu sendiri.
”Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional untuk suatu satuan
instruksional tertentu ” Syaiful Sagala, 2009 : 68. Pendekatan pembelajaran ini
merupakan penjelas untuk mempermudah pengajaran materi bidang studi yang tersusun sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi yang disampaikan,
serta dengan membangun suasana belajar yang menyenangkan. Maka dari itu, pendekatan penting dalam proses balajar mengajar karena dengan adanya
pendekatan yang tepat dalam proses belajar akan dapat meningkatkan hasil belajar.
a. Pendekatan Konstruktivisme Pendekatan
konstruktivisme merupakan salah
satu pendekatan
pembelajaran yang berkarakter mengkontruksi pemahaman siswa itu sendiri dan bukan hanya sekedar mentransfer pemahaman dari guru ke siswa semata. Menurut
Tedjawati 2008 : 5 mengungkapkan bahwa Konstruktivisme merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran
berdasarkan keyakinan bahwa belajar merupakan hasil dari pembentukan konstruksi pengetahuan yang berlangsung dalam otak dengan cara
membangun aturan-aturan dan model-model mental, yang bersifat individual, untuk memahami pengalaman-pengalamannya.
Hal senada seperti yang diungkapkan oleh Von Glasersfeld yang dikutip
Daniel Muijs dan David Reynolds 2008: 96 dalam bukunya, “Konstruktivisme
berakar pada asumsi bahwa pengetahuan, tidak peduli bagaimana pengetahuan itu didefinisikan, terbentuk didalam otak manusia, dan subjek yang berfikir tidak
memiliki alternatif selain mengkontruksikan apa yang diketahuinya berdasarkan pengalamannya sendiri
”. Sedangkan dalam pandangan kontruktivisme, seperti yang diungkapkan oleh Richard I. Arends 2001: 12, “...the constructivist
commit to user 18
perspective holds that knowledge is somewhat personal, and meaning is contructed by the learner through experience
”. Berdasarkan hal tersebut, dalam pandangan kontruktivisme, pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki siswa
harus dikontruksi siswa sendiri melalui pengalaman yang dilakukannya. Hal senada diungkapkan pula oleh Charlotte Hua Liu Robert Mattews 2005
,”The fact that constructivist ... that knowledge is not mechanically acquired, but
actively constructed within the constrain and offerings of the learning environment
...” yaitu bahwa dalam pemahaman kontruktivisme, pengetahuan tidak secara penuh diperlukan, tetapi merupakan aktivitas mengkontruksi
pengetahuan secara terbatas dalam suatu lingkungan belajar. Matson dan Parson yang dikutip oleh Sabar Nurohman 2008: 126
menyebutkan bahwa setidaknya terdapat dua pemahaman dasar atas konstruktivisme,
“First, constructivism is a philosophical view or perspective on how knowledge is aqcuired. Second, individuals construct knowledge to make
sense of their world ”. Pertama, kontruktivisme merupakan suatu pandangan
tentang bagaimana pengetahuan dimiliki seseorang dan kedua, pengetahuan yang dibangun seseorang dalam dirinya dapat merasakan dunianya. Pengetahuan
bukanlah seperangkat kata – kata, konsep, teori, fakta atau kaidah yang hanya
untuk diambil dan diingat, tetapi pengetahuan harus dibangun sedikit demi sedikit yang kemudian dapat dikembangkan secara luas dalam konteks pengaplikasian
ilmu pengetahuan tersebut Atas dasar tersebut, pembelajaran harus dikemas menjadi proses tertentu
sehingga siswa mampu “mengkontruksi” pengetahuannya, bukan sekedar
menerima pengetahuan langsung. Sehingga pengetahuan yang didapat bukan merupakan sesuatu bentuk jadi, melainkan melalui proses yang berkembang terus
menerus. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja kepada siswa, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing
– masing siswa. Dalam proses ini, keaktifan siswa memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar Student
Center. Dengan demikian, seorang guru mestinya berusaha menciptakan suasana belajar yang mampu mengkontruksikan kegiatan belajar yang memungkinkan
siswa untuk dapat mengkontruksi makna atau pemahamannya sendiri.
commit to user 19
Belajar merupakan proses aktif pelajar mengkontruksi pengalaman yang dialami siswa secara mandiri. Sehingga dapat dipahami bahwa pendekatan
konstruktivisme adalah proses pembentukan konsep ilmu pengetahuan yang melibatkan keaktifan siswa dengan kemampuan kognitif yang telah terbentuk
sebelumnya dengan membentuk dan mengkontruksi sendiri pengetahuannya dalam situasi dan pengalaman yang baru.
b. Strategi Pembelajaran Konstruktivisme Tugas seorang guru adalah membantu siswa agar mampu mengkontruksi
pengetahuannya sesuai dengan kondisi yang ada. Oleh karena itu, strategi seorang guru perlu disesuaikan dengan kondisi siswa dan lingkungannya. Pengembangan
strategi mengajar konstruktivisme sangat beragam dan bersifat subjektif. Akan tetapi, pada prinsipnya memiliki beberapa elemen yang sama. Elemen
– elemen tersebut dapat disarikan dari Daniel Muijs dan David Reynolds 2008: 99-104
sebagai berikut: 1 Mengkaitkan ide-ide dengan pengetahuan sebelumnya
Kegiatan ini dapat dilakukan pada awal sebuah topik atau materi baru, tetapi tidak hanya dibatasi pada bagian pelajaran itu saja. Tujuannya adalah guru
dapat mengetahui seberapa besar siswa mengetahui tentang topik tersebut sebelum pembelajaran dimulai.
2 Kegiatan ekplorasi dan penyelesaian masalah Kegiatan
ini merupakan
kunci pembelajaran
konstruktivis yang
memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pemikiran dan pemahamannya. Menurut De Jager yang dikutip Daniel Muijs dan David
Reynolds 2008 : 102, “Kedua kegiatan ini memungkinkan siswa untuk
mengambangkan pemikiran dan pemaknaan meanning-making mereka, dengan mengembangkan kombinasi-kombinasi ide baru dan dengan
memikirkan tentang hasil-hasil hipotetik dari berbagai situasi dan kejadian yang dibayangkan
”. Menurut sifat pembelajaran konstruktivisme, maka harus mendorong
ekperimentasi, eksplorasi dan kecairan dalam kegiatan pembelajaran. Daniel Muijs David Reynolds 2008:105-106 menjelaskan, secara garis besar
commit to user 20
pembelajaran konstruktivisme terdiri atas empat langkah pembelajaran, yang dapat disarikan sebagai berikut:
1 Fase Start Pada fase ini guru memulai dengan mengukur pengetahuan siswa sebelumnya
dan menetapkan sebagai kegiatan. Fase ini juga dikatakan sebagai proses apersepsi, dapat dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal,
mengungkapkan pertanyaan pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat.
2 Fase Eksplorasi Pada fase ini, kegiatan lebih bersifat ekploratif, melibatkan situasi dan bahan-
bahan riil, dan memberikan kesempatan untuk bekerja kelompok. Kegiatan ini melibatkan siswa untuk mengungkapkan dugaan sementara terhadap
konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang
dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung. 3 Fase Refleksi
Pada fase ini, siswa diminta untuk mengingat kembali kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya kemudian menganalisis serta mendiskusikan apa yang
telah mereka dikerjakan, baik dengan kelompok-kelompok sendiri atau dengan guru. Pada fase ini, guru berperan sebagai fasilitator dalam
menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan
alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab. Melalui komentar dan pertanyaan yang diungkapkan baik oleh guru maupun siswa,
dapat dirancang untuk mengkaitkan masalah-masalah tersebut dengan konsep kunci yang akan dieksplorasi.
4 Fase Aplikasi dan Diskusi Pada fase ini, guru meminta seluruh kelas untuk mendiskusikan temuan dan
berusaha untuk menarik kesimpulan dari poin-poin kunci yang telah ditemukan. Guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial,
commit to user 21
dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas yang diberikan.
Langkah pembelajaran konstruktivisme diatas merupakan pokok yang ada dalam setiap pembelajaran konstruktivisme. Akan tetapi, tidak menutup
kemungkinan masih dapat dilakukan suatu eksplorasi yang lebih mendalam untuk menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran yang akan berlangsung.
4. Metode Mengajar