Green architecture arsitektur hijau mulai tumbuh sejalan dengan kesadaran dari para arsitek akan keterbatasan alam dalam menyuplai material yang mulai menipis.
Alasan lain digunakannya arsitektur hijau adalah untuk memaksimalkan potensi site. Penggunaan material-material yang bisa didaur-ulang juga mendukung konsep
arsitektur hijau, sehingga penggunaan material dapat dihemat.
Green’ dapat diinterpretasikan sebagai Sustainable berkelanjutan, Earthfriendly ramah lingkungan, dan High Performance Building bangunan dengan performa
sangat baik. Ukuran green ditentukan oleh berbagai faktor, dimana terdapat peringkat yang merujuk pada kesadaran untuk menjadi lebih hijau. Di negara-negara maju
terdapat award, pengurangan pajak, insentif yang diberikan pada bangunan-bangunan yang tergolong green. astudioarchitec.com Budi Pradono.
Di saat ini kita dihadapkan pada beberapa persoalan yang bisa menyentuh bidang arsitektur.Banjir, perubahan cuaca yang drastis, jeleknya kualitas udara, dan
lain-lain. Ini adalah persoalan yang harus dipecahkan para arsitek tanpa meninggalkan estetika bangunan.
Jalan keluar dari permasalahan yang umum dialami para perancang bangunan adalah dengan lebih kreatif dan melihat kepentingan lingkungan lebih luas. Secara
sederhana konsep green architecture ini bisa kita terapkan di dalam rancangan sederhana sekalipun, hanya apakah ada goodwill atau tidak untuk penerapannya.
Konsep-konsep sederhana seperti rumah hemat listrik, hemat air, dan sebagainya dapat mulai diterapkan untuk mengantisipasi berkurangnya sumber listrik dan air di
kehidupan sehari-hari.
3.1.3. Pengertian Tema Arsitektur Hijau
Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan di mana mereka
tinggal. Istilah keberlanjutan menjadi sangat populer ketika mantan Perdana Menteri Norwegia GH Bruntland memformulasikan pengertianPembangunan
Berkelanjutan sustaineble development tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan manusia masa kini tanpa mengorbankan potensi generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhanmerekasendiri.
Universitas Sumatera Utara
Keberlanjutan terkait dengan aspek lingkungan alami dan buatan, penggunaan energi, ekonomi, sosial, budaya, dan kelembagaan. Penerapan arsitektur hijau akan
memberi peluang besar terhadap kehidupan manusia secara berkelanjutan. Aplikasui arsitektur hijau akan menciptakan suatu bentuk arsitektur yang berkelanjutan.
Green Architecture atau sering disebut sebagai Arsitektur Hijau adalah arsitektur yang minim mengonsumsi sumber daya alam, ternasuk energi,
air, dan material, serta minim menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Arsitektur hijau adalah suatu pendekatan perencanaan bangunan yang berusaha untuk
meminimalisasi berbagai pengaruh membahayakan pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Tema merupakan pokok pikiran yang akan diangkat dari sebuah uraian. Dalam dunia arsitektur tema merupakan pokok pikiran yang digunakan sebagai solusi
permasalahan didalam proses perancangan, tema akan membatasi dan menyederhanakan berbagai konsep perancangan.
Arsitektur hijau merupakan terjemahan dari bahasa asing Green Architecture. Green itu sendiri berkonotasi mendalam untuk kemaknaan “Alam yang hijau dan
terpelihara” sehingga muncul isu Go Green Cooper; 1997, WTO; 2000. Isu lain yang telah lama mengglobal adalah Back to Nature yang tidak luput menyentuh
perkembangan arsitektur. Kembali ke alam menjalar bukan sajadi negara-negara maju, tetapi juga masuk ke negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Green Architecture adalah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan
menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.
Hal ini telah dilakukan dengan pemanfaatan kondisi lingkungan dengan bukaan yang optimal. Di jaman sekarang jarang ada contoh bangunan yang menggunakan
pendekatan green architecture. Kita mungkin perlu melihat balik kepada aesitektur vernakular yang banyak mendukung pendekatan green architecture. Namun perlu
disadari bahwa mendesain bangunan dengan pendekatan green architecture bukan berarti kembali kepada tradisi tersebut. Hanya sikap terhadap pemilihan material dan
sumbernya saja dari pendekatan arsitektur vernakular yang perlu diakomodasi di masa depan.
Universitas Sumatera Utara
Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan
sistem utilitas yang sangat baik. Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab,
dan diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang. Dalam jangka panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga
dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek yang sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup.
Dalam arsitektur ada banyak jalan sehingga bangunan dapat dikatakan “green” dan merespon terhadap masalah pertumbuhan lingkungan. Penyediaan energi yang tidak
memadai di negara tropis salah satunya penghentian arus listrik secara periodik dan meningkatnya harga tinggi di seluruh dunia merupakan tuntutan akan bangunan yang
sesuai dengan iklim, tanpa penyejuk udara mekanis. Sumber : http:arch07.blogspot.com200911green-architecture.html
Arsitektur hijau, secara sederhana mempunyai pengertian bangunan atau lingkungan binaan yang dapat mengurangi atau dapat melakukan efisiensi sumber daya
material, air dan energi. Dalam pengertian yang lebih luas, adalah bangunan atau lingkungan binaan yang :
- Efisien dalam penggunaan energi, air dan segala sumber daya yang ada. - Mampu menjaga keselamatan, keamanan dan kesehatan penghuninya dalam
mengembangkan produktivitas penghuninya, - Mampu mengurangi sampah, polusi dan kerusakan lingkungan.
Selain itu, beberapa definisi Arsitektur Hijau ada yang menyatakan bahwa besaran volume bangunan koefisien dasar bangunanKDB harus lebih kecil dari
koefisien dasar hijau KDH pada total luas lahan. Perbandingan KDB 50-70 persen dan KDH 30-50 persen yang seimbang diharapkan mampu mewujudkan hunian ideal
dan sehat secara konsisten. Sumber : http:archipeddy.comadvarsihijau.html
Menurut Ir Jimmy Priatman, M Arch, Pimpinan Center for Building Energy Study Universitas Petra saat menyampaikan presentasinya pada forum yang diadakan
oleh BCI Asia, penyedia jasa informasi konstruksi di kawasan Asia, dan Ikatan Arsitek Indonesia IAI mengatakan bahwa : untuk menghadirkan bangunan hijau tidak perlu
mengorbankan kenyamanan dan produktivitas akibat penggunaan materi hemat energi.
Universitas Sumatera Utara
Yang jelas, pemakaian energi menjadi sedikit, suasana lingkungan sehat, dan tetap menguntungkan.
Berbicara mengenai green building tak bisa dipisahkan dari green architecture. Ir Jimmy Priatman, M Arch mengungkapkan, yang dimaksud green building tidak
hanya hemat energi tapi juga hemat air, melestarikan sumber daya alam, dan meningkatkan kualitas udara. Sementara green architecture adalah bagaimana
mengubah empat hal itu menjadi seni yang berkesinambungan. Disinilah peran arsitek bagaimana memadukan elemen-elemen menjadi satu kesatuan yang green. Bagaimana
menjadikan green building yang estetis,. Jadi, arsitek dan engineer bekerja sama untuk mewujudkan green architecture, ujar principal PT Archi-Metric, perusahaan konsultan
arsitektur. Sumber : Source Republika, Jumat 22 Februari 2008.
3.1.4. Prinsip-Prinsip Arsitektur Hijau