42 memiliki efikasi diri sangat tinggi. Sedangkan pada saat posttest hanya
terdapat 2 orang peserta didik 6,25 memiliki efikasi diri tinggi untuk menolak perilaku berisiko dan 21 orang peserta didik 91,3 memiliki
efikasi diri sangat tinggi untuk menolak perilaku berisiko. Sesudah perlakuan kriteria efikasi diri sedang sudah tidak ada dan berubah menjadi efikasi diri
tinggi. Selain itu, terdapat peningkatan efikasi diri siswa yang diberi layanan konseling sebaya dengan kriteria sangat tinggi sebesar 26,08 .
3. Dan penelitian oleh suwarjo dengan judul “Layanan konseling sebaya Peer Counseling Untuk Mengembangkan Resiliensi Rema
ja”. Dalam penelitian iniSuwarjo memaparkan bahwa kemampuan resiliensi adalah kemampuan
yang lebih bersifat dipelajari, bukan sekedar diturunkan. Melalui konseling teman sebaya, resiliensi remaja dapat ditingkatkan.
D. Kerangka berfikir
Layanan konseling sebaya adalah proses pemberian bantuan dari konselor sebaya kepada konseli yang yang mempunyai resiliensi rendah.
Sehingga peserta didik yang memperoleh layanan akan mendapatkan berbagai macam informasi tentang bagaimana cara menghadapi dan menyelesaikan
masalah yang ada dalam diri peserta didik. Sementara resiliensi adalah kapasitas individu untuk menghadapi dan mengatasi serta merespon secara positif kondisi-
kondisi tidak menyenangkan itu untuk memperkuat diri. Dengan demikian layanan konseling sebaya memberikan beberapa upaya atau cara untuk
43 meningkatkan resiliensi peserta didik. Hal ini menunjukan bahwa layanan
konseling sebaya mampu memberikan perubahan terhadap resiliensi yang rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Lestariningsih dengan judul “Upaya meningkatkan resiliensi melalu pelaksanaan pelatihan Peer Counseling
pada siswa”. Menurut Lestariningsih secara kuantitatif pelaksanaan layanan konseling sebaya secara efektif dapat
meningkatkan resiliensi pada peserta didik. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat melalui gambar berikut ini:
44
Output
Resiliensi 10 peserta didik kelas XII SMA Negeri 12 Bandar Lampung dapat ditingkatkan melalui layanan konseling sebaya yang ditandai dengan: mampu
mengontrol emosi; tetap tenang dibawah tekanan; mampu berfikir jernih dan akurat; dapat mengontrol dan mengendalikan emosi; memiliki keyakinan bahwa segala
permasalahan pasti ada jalan keluar; mampu menganalisis masalah dengan baik; Kemampuan memahami dan merasakan perasaan orang lain; Mempunyai keyakinan
untuk bangkit dari keterpurukan; Kekuatan individu mengatasi masalah; mempunyai keberanian mengatasi segala kekuatan yang mengancam.
Gambar 2
Kerangka Berfikir Penelitian
Input permasalahan
Terdapat 10 Peserta didik yang mempunyai resiliensi rendah di kelas XII SMA Negeri 12 Bandar Lampung tahun 20162017 ditandai dengan: membutuhkan
keterangan tentang kecerdasan emosi; kurang mampu mengendalikan diri, berpikir dan bersikap positif; sering gagal dan patah semangat; kurangnya kemampuan
dalam penyelesaikan konflik; merasa sukar menyesuaikan diri dengan orang lain; takut bertanyamenjawab dikelas; merasa tidak memiliki bakat apapun.
Proses Pemberian Layanan Konseling Sebaya
Pelatihan konselor sebaya : 1. Ketrampilan Attending
2. Ketrampilan merangkum 3. Ketrampilan bertanya
4. Keaslian 5. Ketrampilan asertif
6. Ketrampilan konfrontasi 7. Ketrampilan pemecahan
masalah Langkah-langkah
konseling sebaya: 1. Assesmen
kebutuhan layanan konseling sebaya
2. Pemilihan konselor sebaya
3. Layanan konseling sebaya
Pemilihan konselor sebaya berdasarkan sampel:
1. Konselor Bmm dipilih oleh Ad 2. Konselor Dnp dipilih oleh Ikw dan Sgy
3. Konselor Dn dipilih oleh Fr 4. Konselor Mr dipilih oleh Ap
5. Konselor Nmd dipilih oleh Al dan Ds 6. Konselor Sa dipilih oleh Anj
7. Konselor Ss dipilih oleh Swz 8. Konselor Asr dipilih oleh Msh
45
E. Hipotesis