Konsep Dasar Layanan Konseling Sebaya

19

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Layanan Konseling Sebaya

1. Layanan Konseling Sebaya

Teman sebaya peers adalah peserta didik dengan tingkat kematangan atau usia yang kurang lebih sama. 24 Semantara itu, Tindal dan Gray mendefinisikan teman sebaya sebagai suatu ragam tingkah laku dalam membantu secara interpersonal yang dilakukan indivudu yang non-profesional yang berusaha membantu orang lain. 25 Layanan konseling sebaya atau peer counselingmenurut Hunainah adalah aktivitas memperhatikan dan saling membantu secara interpersonal di antara sesama peserta didik yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, dengan menggunakan keterampilan mendengar aktif, empati dan keterampilan pemecahan masalah problem solving, dalam kedudukan yang setara equal antara teman sebaya tersebut. 26 Lebih lanjut pengertianlayanan konseling sebayamenurut Erhamwilda adalah layanan bantuan konseling yang diberikan oleh teman sebayanya yang telah terlebih dahulu diberikan pelatihan-pelatihan untuk menjadi konselor sebaya sehingga dapat memberikan bantuan baik secara individual 24 Hunainah. Teori Dan Implementasi Model Konseling Sebaya Bandung : Rizqi Press, 2011 h. 83 25 Lalu Abdurrachman Wahid.Layanan konseling sebaya Bagi Remaja Tinjauan Teoritis dalam Mengatasi Problematika Remaja Persepektif Bimbingan dan Konseling. Jurnal al-Tazkiah, Vol.2 No.1, 2013.h. 7 26 Hunainah. Op.Cit. h. 85 20 maupun kelompok kepada teman-temannya yang bermasalah ataupun mengalami berbagai hambatan dalam perkembangan kepribadiannya. 27 Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Erhamwilda, bahwa layanan konseling teman sebaya dilakuan oleh konselor sebaya yang sebelumnya telah mendapatkan pelatihan-pelatihan dasar keterampilan konseling. Hal ini sependapat dengan Mamarchev, bahwa konselor sebaya adalah para professional dan non professional yang terlatih yang diberi tugas mereview informasi dari teman sebaya yang ada dalam sebuah kelompok 28 . Konselor sebaya menjalankan layanannya dibawah pengawasan konselor ahli. Peserta didik yang menjadi konselor sebaya juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah peserta didik yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling. Program layanan konseling sebaya merupakan usaha mempengaruhi memperbaiki tingkah laku yang dimiliki oleh peserta didik, yaitu tingkah laku yang dapat membedakan antara tingkah laku yang pantas dengan tidak pantas, dan menggunakan tingkah laku yang pantas menjadi identitas pribadi yang diharapkan, serta menemukan berbagai cara pemecahkan masalah, dan memberikan pengalaman yang memberikan motivasi mengikuti pelatihan untuk pengembangan diri mereka sebagai orang dewasa yang matang dan bertanggung 27 Erhamwilda. Layanan konseling sebayaAlternatif Kreatif Layanan Bimbingan Konseling Di Sekolah. Yogyakarta : Media Akademi, 2015 h. 43 28 Ibid. h. 83. 21 jawab. Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua. Dibanding pada masa kanak-kanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstrakurikuler dan bermain dengan teman 29 . Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya sangat besar, hal demikian juga dapat memberi pengaruh positif dan pengaruh negatif.

2. Urgensi Layanan konseling sebaya

Keluarga merupakan salah satu konteks sosial yang penting bagi perkembangan individu. Meskipun demikian perkembangan anak juga sangat dipengaruhi oleh apa yang terjadi dalam konteks sosial yang lain seperti relasi dengan teman sebaya. Laursen menandaskan bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa-masa remaja. 30 Salah satu fungsi terpenting dari kelompok teman sebaya adalah untuk memberikan sumber informasi tentang dunia di luar keluarga. Melalui kelompok teman sebaya individu menerima umpan balik dari teman-teman mereka tentang kemampuan mereka. Remaja menilai apa-apa yang mereka lakukan, apakah dia lebih baik dari pada teman-temannya, sama, ataukah lebih buruk dari apa yang remaja lain kerjakan. Hal demikian akan sulit dilakukan dalam keluarga karena saudara-saudara kandung biasanya lebih tua atau lebih muda bukan sebaya. 29 Ibid. h. 85. 30 Neni Noviza. Konseling Teman Sebaya Peer Counseling Suatu Inovasi Layanan Bimbingan Konseling Di Perguruan Tinggi. h. 85 22 Seiring dengan semakin meningkatnya dorongan dan kebutuhan remaja untuk berinteraksi dengan teman, baik sejenis maupun lawan jenis maka relasi teman sebaya menjadi hal yang sangat penting. Seperti yang dinyatakan Laursen bahwa teman sebaya merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan pada masa remaja. 31 Cowie dan Wallace juga mengemukakan bahwa dukunganteman sebaya banyak mambantu atau memberikan keuntungan kepada anak-anak yang memiliki problem sosial dan problem keluarga dapat membantu memperbaiki iklim sekolah, serta memberikan pelatihan keterampilan sosial. 32 Budaya sebaya yang positif memberikan kesempatan kepada remaja untuk menguji keefektifan komunikasi, tingkah laku, persepsi dan nilai-nilai yang mereka miliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk membangun budaya sebaya yang positif adalah dengan mengembangkan layanan konseling sebaya dalam komunitas remaja. Beberapa alasan menggunakan layanan konseling sebaya di sekolah dikemukakan Varenhorst, yaitu: 1 konselor tidak cukup punya waktu untuk melayani semua konseli; 2 guru menganggap bahwa konselor menangani masalah yang sangat luas; 3 peserta didik menganggap konselor tidak mengenal dirinya dan konselor tidak tidak punya waktu; 4 peserta didik merasa tidak mudah terbuka membicarakan masalah dalam situasi 31 Hunainah. Op.Cit. h. 85 32 Lalu Abdurrachman Wahid. Op. Cit. h. 9 23 formal; 5 peserta didik merasa lebih leluasa dalam mengungkapkan permasalahan kepada teman sebaya. 33 Penerapan layanan konseling sebaya dianggap perlu karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebagian besar remaja lebih suka bercerita tentang masalah-masalah yang mereka hadapi dengan teman sebayanya dibandingkan dengan guru pembimbing, guru mata pelajaran, wali kelas, maupun orang tua. Konseling teman sebaya secara kuat menempatkan keterampilan- keterampilan komunikasi untuk memfasilitasi eksplorasi diri dan pembuatan keputusan. “Konselor” sebaya bukanlah konselor profesional atau ahli terapi. “Konselor” sebaya adalah para peserta didik remaja yang memberikan bantuan kepada siswa lain di bawah bimbingan konselor ahli. Dalam layanan konseling sebaya, peran dan kehadiran konselor ahli tetap diperlukan. Pada hakekatnya peer counseling adalah counseling through peers. Dalam model konseling teman sebaya, terdapat hubungan Triadik antara Konselor ahli, “konselor” sebaya dan konseli. Hubungan triadik tersebut dapat digambarkan melalui gambar berikut: 33 Hunainah, Op.Cit. h. 90 Konselor ahli Konseli sebaya Konselor sebaya 24 Gambar 1 Interaksi Triadik antara Konselor Ahli, Konselor Teman Sebaya, DenganKonseli Teman Sebaya Suwarjo. Keterangan : Interaksi antara konselor ahli dengan konseli melalui “konselor”teman sebaya. Interaksi langsung antara konselor ahli dengan konseli atas rujukan “konselor” teman sebaya. 34 Konselor” sebaya terlatih yang direkrut dari jaringan kerja sosial memungkinkan terjadinya sejumlah kontak yang spontan dan informal. Kontak- kontak yang demikian memiliki multiplying impact pada berbagai aspek dari remaja lainnya. Kontak-kontak tersebut juga dapat memperbaiki atau meningkatkan iklim sosial dan dapat menjadi jembatan penghubung antara konselor profesional dengan para siswa remaja yang tidak sempat atau tidak bersedia berjumpa dengan konselor.

3. Fungsi dan Manfaat Layanan konseling sebaya

Fungsi suatu layanan dapat diketahui dengan melihat kegunaan, manfaat, atupun keuntungan yang dapat diberikan oleh layanan tersebut. Suatu pelayanan dapat dikatakan tidak berfungsi apabila ia tidak memperlihatkan kegunaan ataupun memberikan manfaat atau atau keuntungan tertentu. Fungsi layanan konseling sebaya ditinjau dari kegunaan dan manfaat, ataupun keuntungan- keuntungan apa yang diperoleh melalui pelayanan secara umum dapat dikelmpokkan menjadi dua yakni fungsi bagi konselor, dan fungsi bagi konseli. 34 Suwarjo. Op.Cit. h. 9 25 a. Fungsi konselor sebaya menurut Lalu Abdurrachman Wahid adalah: 1 remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang lain menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dialaminya; 2 remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang lain untuk berkembang menjadi suatu pribadi yang sehat dan efektif; 3 remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang lain supaya mampu melakukan perubahan-perubahan positif dalam hidupnya; 4 remaja dengan keterampilan konseling, akan membantu remaja yang lain supaya mampu mengambil keputusan-keputusan tertentu untuk memperbaiki kualitas hidupnya; 5 layanan konseling sebaya akan memudahkan remaja untuk mengoptimalisasikan kemampuan refleksi diri dan menyelami aspek- aspek psiko-sosial yang sangat bermanfaat untuk memahami kehidupan pribadinya sendiri dan kehidupan pribadi yang akan dibantunya. 35 b. Manfaat layanan konseling sebayabagi peserta didik: 1 remaja memiliki kemampuan melakukan pendekatan dan membina percakapan dengan baik serta bermanfaat dengan orang lain; 2 remaja memiliki kemampuan mendengar, memahami dan merespon 3m, termasuk komunikasi nonverbal cara memandang, cara tersenyum, dan melakukan dorongan minimal; 3 remaja memiliki kemampuan mengamati dan menilai tingkah laku orang lain dalam rangka menentukan apakah tingkah laku itu bermasalah atau normal; 4 remaja memiliki kemampuan untuk berbicara dengan orang lain tentang masalah dan perasaan pribadi; 5 remaja memiliki kemampuan untuk menggunakan keputusan yang dibuat dalamkonseling mengahadapi permasalahan-permasalahan pribadi, permasalahan kesehatan, permasalahan sekolah, dan permasalahan perencanaan hubungan dengan teman sebaya; 6 remaja memiliki kemampuan untuk mengembangkan tindakan alternatif sewaktu menghadapi masalah; 7 remaja memiliki kemampuan menerapkan keterampila interpersonal yang menarik untuk mengusahakan terjadi pertemuan pertama dengan peserta didik yang meminta pertolongan; 8 remaja memiliki kemampuan untuk mengembangkan keterampilan observasi atau pengamatan agar dapat membedakan tingkah laku abnormal dengan normal; terutama mengidentifikasi masalah dalam 35 Lalu Abdurachman Wahid. Op.Cit. h. 13 26 menggunakan minuman keras, masalah terisolasi, dan masalah kecemasan; 9 remaja memiliki kemampuan mengalih tangankan konseli ke konselor ahli untuk menolongnya memecahkan masalahnya jika dalam layanan konseling sebaya tidak dapat terselesaikan; 10 remaja memiliki kemampuan mendemontrasikan kemampuan bertingkah laku yang beretika; 11 remaja memiliki kemampuan mendemontrasikan pelaksanaan strategi konseling. 36

4. Tujuan Layanan konseling sebaya

Setelah mengetahui pengertian dan manfaat dari layanan konseling sebaya, maka selanjutnya yang diketahui adalah tujuan dari layanan konseling sebaya. Prayitno menjelaskantujuan dari setiap layanan bimbingan dan konseling merupakan penjabaran dari tujuan umum yang dikaitakan secara langsung dengan permasalahanyang dialamai oleh individu yang bersangkutan, sesuai dengan kompleksitas permasalahannya itu 37 . Untuk mengetahui tujuan layanan konseling sebaya, terlebih dahulu harus merujuk pada tujuan umum dari bimbingan dan konseli. Tujuan umum bimbingan dan konseling yang di kemukakakn oleh Colleman, yakni memberikan dukungan, memberikan wawasan, pandangan, pemahaman, keterampilan, dan alterantif baru, serta mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh konseli. 38 Dalam prakteknya, layanan konseling sebaya hendaknya dapat memberikan pemahaman yang utuh tentang perilaku dan risikonya terhadap kesehatan fisik maupun psikis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 36 Ibid. h. 14 37 Prayitno dan Erman Amti. Op.Cit. h. 113. 38 Ibid. h. 112 27 Menurut Hunainah, secara umum tujuan layanan konseling sebaya dikelompokan menjadi dua, yaitu: 1 Tujuan bagi konselor sebaya a. membekali calon konselor sebaya agar mampu menggunakan keterampiln mendengar aktif, melakukan empat dan keterampilan memecahkan masalah yang dihadapi teman sesama remaja; b. mengembangkan kemampuan saling memperhatikan dan saling berbagi pengalaman dalam mengatasi masalah; c. mengembangkan sikap-sikap positif yang diperlakukan dalam membantu teman sebaya menghadapi masalah. 2 Tujuan bagi remaja sebagai konseli a. membantu remaja memahami masalah yang sedang dihadapi; b. membantu remaja membangun afeksi positif dalam menghadapi masalah yang dihadapi; c. membantu remaja berlatih membiasakan bertindak secara konstruktif dalam menghadapi masalah. 39

5. Karakteristik konselor sebaya

Dalam hal pemilihan calon konselor sebaya, Tindall dan Gray menyatakan bahwa keefektifan program layanan konseling sebaya tergantung pada proses pemilihan calon konselor sebaya. Dalam proses pemilihan calon konselor sebaya harus memperhatikan kriteria khusus diantaranya :1 kualitas kondisi humanistik seperti karakteristik hangat; 2 memiliki minat pada kegiatan layanan bantuan; 3 dapat diterima orang lain; 4 toleran terhadap perbedaan system nilai; dan5 energik. 40 Selain Tindall dan Gray, Suwarjo juga memandang bahwa calon konselor sebaya memiliki kriteria berikut : secara sukarela bersedia membantu orang lain, 39 Hunainah. Bimbingan Teknis Implementasi Model Layanan konseling sebaya. Rizki Pres: Serang. 2012 h. 8 40 Hunainah. Teori dan implementasi layanan konseling sebaya. Op.Cit. h. 103 28 memiliki emosi yang stabil, dan memiliki prestasi belajar yang cukup baik atau minimal rerata, serta mampu menjaga rahasia, merupakan kriteria lain yang perlu dijadikan dasar pemilihan calon konselor sebaya. 41 Selain karakteristik, Lalu Abdurrachman Wahid mengatakan bahwa syarat menjadi konselor sebaya adalah sebagai berikut: 1 berpengalaman sebagai pendidik sebaya tidak mutlak; 2 memiliki minat, kemauan, dan perhatian untuk membantu klien; 3 terbuka untuk pendapat orang lain; 4 menghargai dan menghormati klien; 5 peka terhadap perasaan orang dan mampu berempati; 6 dapat dipercaya dan mampu memegang rahasia; 7 pendidikan minimal setingkat SLTA lebih diutamakan. 42 Setelah pemilihan calon konselor sebaya berdasarkan syarat dan karakteristik tersebut,peserta didik calon konselor sebaya akan mendapatkan pelatihan dasar, untuk memiliki keterampilan-keterampilan pokok. Agar terciptanya layanan konseling sebaya yang baik, para konselor sebaya non profesional harus memiliki keterampilan-keterampilan pokok. Ivey menjelaskan, keterampilan-keterampilan pokok tersebut ialah: a. attending yaitu perilaku yang secara langsung berhubungan dengan respek, yang ditunjukan ketika konselor memberikan perhatian penuh pada konseli, melalui komunikasi verbal maupun non verbal, sebagai komitmen untuk fokus pada konseli. Konselor menjadi pendengar aktif yang akan berpengaruh pada efektivitas bantuan. Termasuk pada komunikasi verbal dan non verbal adalah Empati; b. merangkum, yaitu menyimpulkan berbagai pernyataan konseli menjadi satu pernyataan. Ini berpengaruh pada kesadaran untuk mencari solusi masalah; 41 Suwarjo. Op.Cit. h. 12 42 Lalu Abdurachman Wahid. Op.Cit. h. 14 29 c. bertanya, yaitu proses mencari apa yang ada di balik diskusi, dan seringkali berkaitan dengan kenyataan yang dihadapi konseli. Pertanyaan yang efektif dari konselor adalah yang tepat, bersifat mendalam untuk mengidentifikasi, untuk memperjelas masalah, dan untuk mempertimbangkan alternatif; d. keaslian adalah mengkomunikasikan secara jujur perasaan sebagai cara meningkatkan hubungan dengan dua atau lebih individu; e. asertif, termasuk kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran dan perasaan secara jujur, yang ditunjukkan dengan cara berterus terang, dan respek pada orang lain; f. konfrontasi adalah komunikasi yang ditandai dengan ketidak sesuaianketidak cocokan perilaku seseorang dengan yang lain; g. pemecahan masalah adalah proses perubahan seseorang dari fase mengeksplorasi satu masalah, memahami sebab-sebab masalah, dan mengevaluasi tingkah laku yang mempengaruhi penyelesaian masalah itu. 43 Dalam pelatihan konselor sebaya, para professional dalam hal ini guru pembimbing bertanggung jawab untuk memberikan pelatihan kepada para peserta didik dengan baik, penjelasan tentang standar etik, dan suport atau dukungan pada orang yang dilatih dan dapat berkontribusi pada tersedianya tenaga yang potensial. Dalam penelitian ini, layanan layanan konseling sebaya diharapkan dapat meningkatkan resiliensi peserta didik di sekolah SMA 12 Bandar Lampung.

B. Resiliensi 1. Definisi Resiliensi

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XII SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

2 24 210

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGURANGIKECANDUAN GAME ONLINE PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016 2017

2 20 152

IMPLEMENTASI LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS IX DI SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

0 3 107

EFEKTIVITAS ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

9 43 165

EFEKTIVITAS KONSELING SEBAYA DI SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

0 0 205

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2016 2017

0 1 184

EFEKTIVITAS BIMBINGAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 98

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XII SMK PGRI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 100

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 114

EFEKTIVITAS KONSELING SEBAYA DENGAN TEKNIK REWARD DAN PUNISHMENT PADA EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Raden Intan Repository

0 0 115