Fungsi Resiliensi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiliensi

38 memiliki kompetensi personal, memiliki internal locus of control, self-esteem dan rasa percaya diri yang tinggi, mandiri, sosiabilitas, serta mampu berempati.

4. Fungsi Resiliensi

Rutter mengemukakan ada empat fungsi resliensi, yaitu : a. untuk mengurangi resiko mengalami konsekuensi-konsekuensi negatif setelah adanya kejadian hidup yang menekan; b. mengurangi kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setalah peristiwa hidup yang menekan; c. membantu menjaga harga diri dan rasa mampu diri; d. meningkatkan kesempatan untuk berkembang. 55 Resiliensi bukanlah karakteristik kepribadian atau trait, tetapi lebih sebagai proses dinamis dengan disertainya sejumlah faktor yang membantu mengurangi resiko individu dalam menghadapi tekanan hidup. Sesuai dengan kemampuannya, konselor sebaya diharapkan mampu menjadi sahabat yang baik, yaitu minimal mampu menjadi pendengar aktif bagi teman sebayanya yang membutuhkan perhatian. Pendengar aktif adalah pendengar yang dengan penuh perhatian memperhatikan isi ungkapan hati teman yang sedang curhat, mampu menangkap ungkapan pikiran dan emosi di balik ekspresi verbal maupun non verbal, mampu mengekspresikan pemahaman dan penerimaan secara tulus dan empatik kepada teman sebayanya, serta mampu memantulkan kembali ekspresi emosi dan pikiran konselor sebaya kepada konseli. Jika memungkinkan 55 Riezky Vieramadhani Poetry. Op.Cit. 10 39 konselor sebaya juga dapat membantu pemecahan masalah sederhana. Meskipun dilatihkan dalam pelatihan, kemampuan ini tidak begitu dituntutkan. 56 Untuk pemecahan masalah dimana konselor sebaya merasa kurang kompeten, dia diharapkan merujuk konseli kepada konselor ahli. Tentu saja hal tersebut dilakukan atas persetujuan konseli. Konselor sebaya dapat berperan sebagai agen yang mendorong konseli untuk bersedia secara langsung memperoleh layanan dari konselor ahli. Jika konseli sebaya tetap tidak menghendaki bertemu langsung dengan konselor, konselor sebaya dapat berkonsultasi kepada konselor ahli tentang masalah yang dihadapi konseli tanpa menyebutkan identitas konseli. Melalui interaksi dan komunikasi interpersonal yang terjadi antara konselor teman sebaya dengan konseli teman sebaya, baik melalui interaksi-interaksi spontan tidak terstruktur, maupun melalui interaksi-interaksi terprogram yang dirancang oleh konselor ahli, keterampilan-keterampilan resiliensi dapat ditularkan. Melalui proses modeling misalnya, konseli teman sebaya dapat meniru dan menginternalisasi sikap, keterampilan, dan berbagai strategi tertentu yang tampak dari konselor sebaya pada saat-saat menghadapi masalah atau situasi- situasi adversif. 57 Konselor sebaya juga dapat secara langsung mengajarkan keterampilan-keterampilan resiliensi kepada teman sebaya pada saat mereka curhat tentang suatu masalah. Melalui wahana dan cara-cara yang demikian, resiliensi teman-teman sebaya akan meningkat. 56 Suwarjo. Op.Cit. h. 13 57 Lestariningsih. Op.Cit. h. 17 40 Winfield mengingatkan bahwa resiliensi tidak cukup hanya semata-mata diajarkan, tetapi lebih dipelajari melalui interaksi sosial yang positif. 58 Oleh karena itu semua komponen yang berada di lingkungan remaja hendaknya memberikan pelayanan secara hangat, respek, penuh perhatian dan penerimaan, serta empatik. Dengan cara demikian remaja akan memodeling tingkah laku positif orang-orang yang ada di sekelilingnya, yang pada akhirnya akan meningkatkan resiliensi mereka. Interaksi personal yang positif di antara remaja antar teman sebaya ditambah dengan dukungan positif dari keluarga dan sekolah, serta lingkungan sosialnya diharapkan dapat meningkatkan resiliensi remaja. Resiliensi individu tergambarkan dari tujuh faktor resiliensi yaitu: pengendalian emosi, pengendalian dorongan, optimisme, kemampuan melakukan analisis penyebab, empati, efikasi diri, serta kemampuan membuka diri. Kemampuan resiliensi adalah kemampuan yang lebih bersifat dipelajari, bukan sekedar diturunkan. Diharapkan melalui konseling teman sebaya, resiliensi remaja dapat ditingkatkan.

C. Penelitian Yang Relevan

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK KELAS XII SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

2 24 210

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGURANGIKECANDUAN GAME ONLINE PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016 2017

2 20 152

IMPLEMENTASI LAYANAN INFORMASI UNTUK MENINGKATKAN PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK KELAS IX DI SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

0 3 107

EFEKTIVITAS ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL PESERTA DIDIK KELAS XI SMAN 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

9 43 165

EFEKTIVITAS KONSELING SEBAYA DI SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2016 2017

0 0 205

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK ANALISIS TRANSAKSIONAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK TAHUN AJARAN 2016 2017

0 1 184

EFEKTIVITAS BIMBINGAN BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 98

EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMASI DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XII SMK PGRI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 100

EFEKTIVITAS KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2017/2018 - Raden Intan Repository

0 0 114

EFEKTIVITAS KONSELING SEBAYA DENGAN TEKNIK REWARD DAN PUNISHMENT PADA EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Raden Intan Repository

0 0 115