Otto Sukatno CR. Pilantroi Saksi 1 1 Raedu Basha Hikayat Jamal Yang Pernah

68 69 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian •

23. Otto Sukatno CR. Pilantroi Saksi 1 1

“jika kuungkap semua, yang aku dengar, kuketahui, pahami dan rasakan kasihan engkau yang hanya akan mengkairkanku” ali Bin abi Tholib adakalanya, diam tak bercerita, bungkam seribu bahasa terhadap fakta, kejahatan dan bencana bahkan terhadap keyakinan, iman dan kebenaran seperti batu tenggelam di dasar kali, sembunyi di perut bumi jika keberanian hanya menenggelamkan nekat tanpa pertimbangan hanya menusuk mencampakhancurkan adakalanya, diam tak berkata­kata, memendam perih luka di dada lemas, lunas dan berdarah­darah ditanggungnya, dalam kesepian, kesendirian dan hanya mendesah, mengadu pada yang empunNya jiwa ketika keselamatan alasan utama, kebaikan dan kehormatan jadi pertaruhan adakalanya bisu, tuli, buta dan mati rasa menjadi pilihan pertaruhan, jika reseh celoteh dianggap pengkhiatanan nilai­nilai kesetiakawanan, persahabatan dan harga diri adakalanya, menjadi saksi dianggap cela dosa maka apalah yang kita bisa, selain diam dalam kepasrahan dan ketawakalan 2015. Di Pengadilan Tak berani bernyanyi lagu para petinggi maut dan mati menghampiri hidup disangga duri Padahal kamu mengerti dan memiliki bukti­bukti rasa takut melingkari pagi hari dikirimi peti mati kamu pilih mengelabui demi nama petinggi memeluk duka sendiri Siapa bisa melindungi agar yang kamu mengerti di dengar para yuri dan keadilan mendekati Yogya, Juni 2015 • Antologi Puisi Saksi Korban 71 70 Jalan Remang Kesaksian •

24. Raedu Basha Hikayat Jamal Yang Pernah

Menyaksikan Seorang Penyantet 1 sebuah kisah dari desa Bilapora seorang santri bernama Jamal mengaku pernah melihat penyantet katanya, penyantet merapalkan mantra­ mantra dari Ilmu Timur dan memasang paku­paku dibungkus kain kafan untuk menyihir seorang kiai pengasuh pondok pesantren di mana Jamal nyantri penyantet melesakkan bungkus kafan beserta telur dan tahi ayam lesak ke langit malam seribu setan berpesta menabuh kehasutan yang dibenam di antara kobar isi penyantet dan lekasan santet ke langit esok hari, kiai itu terkapar ditusuk paku­paku di perutnya ibu nyai dan para santri heran tak kuasa melihat pengasuh mereka gelepar bercucuran darah tak berdaya Ganding Pustaka, 2015 Persaksian engkau mungkin menyadari, apa yang kau tuliskan adalah penyesalan, tetapi engkau tidak pernah memperkirakan, gerak­ diam yang kau niatkan, laku­langkah yang kau ayunkan, akan menginjak seribu kemungkinan meski dengan segala cara engkau mencoba membungkam mulut­mulut persaksian menyuarakan fakta dan kejahatan, tetapi daun, air dan batu, pada waktunya senantiasa akan mengabarkan kebenaran 2015. 72 73 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • Tugu Di Bukit Hak Azasi : kepada saksi yang gusar bersaksi katakanlah meski pedih dari bibirmu juga ludah yang mendidih ucaplah walau tak ada satu bait tercecap kalimat kebenaran kan menancap tegak di bumi tugu di bukit hak azasi meski luka menderamu dan tusukan jarum menusuk dada sakit tahan tahan tahan ucapkan perihal pesakitan perang ini adalah pembelaan bagi kebenaran peganglah erat gagang pedang berdiri sebagai pejuang inilah yang harus kau bela, fakta pantang pantang pantang ucapkanlah persaksianmu dengan lantang aku dan segenap kami berjejer di belakang punggungmu mencoba memberi tahan bagi gemetar lidah kejujuranmu untuk mengucap persaksian Ganding Pustaka, 2015 Hikayat Jamal Yang Pernah Menyaksikan Seorang Penyantet 2 Jamal mengaku kepada masyarakat bahwa penyantet itu melakukan ritual gelap tetapi penyantet mengancam Jamal malam nanti, kecamnya, paku­paku akan menusuk tubuh Jamal lalu penyantet mengadu kepada Polisi “saya tidak menyantet, nama baik saya dicemarkan” Jamal gemetar, dan masyarakat menganggap Jamal pembual polisi membela penyantet hukum dunia mendakwahnya pencemar nama baik tak ada orang­orang mempercayai Jamal hakim pun menganggapnya sebagai pembual “kau masih kanak, tahu apa tentang santet santet itu tidak ada Dunia ini adalah logika” kepada siapakah Jamal meminta perlindungan benar, matanya menyaksikan penyantet bersekutu dengan neraka tetapi hukum tak pernah melihat paku­paku itu dibungkus kafan beserta telur tahi ayam dan penyantet itu merapal nama kiainya kiai yang sudah wafat dihujam santet maka, sudah saatnya, orang­orang seperti Jamal tak lagi dianggap pembual dan pelaku kelaliman mesti dihukum dengan setimpal kini ada di antara kita, barisan pelindung saksi dan korban usah lagi ada kebenaran yang dipendam oleh ketakukan sekian. Ganding Pustaka, 2015 • Antologi Puisi Saksi Korban 75 74 Jalan Remang Kesaksian •

25. Selsa