•
Antologi Puisi Saksi Korban
21 20
Jalan Remang Kesaksian
•
10. Daladi Ahmad
Kutitipkan
kutitipkan mulutku pada mulutmu untuk bicara tentang cemas dan ketakutan
yang menjelma hantu sepanjang waktu tapi kau bicara dengan moncong senapan
membidik dadaku kutitipkan megahnya keadilan
pada kehormatan lencana di pundakmu agar dapat kunikmati hak jiwa merdeka
untuk turut bicara tentang yang kulihat dan kudengar
agar dapat dengan jelas terbaca hitam putihnya wajah keadilan
tapi kau sering menukarnya dengan setumpukan kertas merah
Magelang, 2015
Cerita Kayu Jati Dan Biji Coklat Nenek Tua Yang Membungkuk Mohon Ampunan Pada Tembok Hukum Buta
Menimbang Teraju Miring Menusuk Pedang Tumpul Ke Langit
prolog anggap saja ini panggung sandiwara
ada pemain, pesorak juga penjaja warta dua nenek tua menunggu waktu jeda
tak mudah bicara wilayah hukum dan kuasa jika sudah mau yang punya harga
apapun terbeli dengan meremas dan menginjak tertuduh gagu bahasa bisu suasana
tersalib pada bentak hardik petugas kota bukti tersodor dan kenyataan tersaput kabut
kebenaran hanya milik pengeras suara aliran sungai anomali ke atas
ternyata gaya gravitasi kuasa matilah nurani
dua nenek tersungkur terjerat terali besi satu kena biji coklat yang membusuk
yang lain terseret potongan kayu jati duadua tak pernah membaca petisi
cukup dihakimi sebagai pencuri kelas teri epilog
wajah negeri terbasikan kotoran ideologi Bogor, 2015
22 23
•
Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian
•
Bisik Seorang Saksi
tuan, bisakah kau tak memelototiku
dan kau jauhkan laras senapan dari pinggangku agar aku dapat leluasa bicara?
Magelang, 2015
Kesaksian Beku
akulah bibir yang tercekat akulah mulut yang terbungkam
kebenaran yang dibutakan keadilan yang dibenamkan
di rawarawa hitam terkubur lumpur waktu
Magelang, 2015
•
Antologi Puisi Saksi Korban
25 24
Jalan Remang Kesaksian
•
11. Darmanto Andreas
Saksi Mata 7
di ruang tak bertepi itu aku melihat munier, udin, thukul
dan ratusan jejak kekasih
ya, kekasih yang menunggu yang menunggu entah apa
aku membaca sembarang dinding
tak lagi tertulis puisi hati tapi mereka masih menunggu
2015
Rumah Perlindungan
sebegitu mewahkah sebuah kesebenaran hingga musti kutebus dengan pengasingan
yang kau sebut sebagai rumah perlindungan sedang aku masih tetap tak dapat menyembunyikan
cemas dan takut yang terus mengintai setiap gerak dan hadap wajahku
dengan bedak tebal topeng wajah dan kutukar pula namaku nama kucing piaraaanku
barangkali tak siapa pun lagi mengenaliku tapi bagaimanakah aku harus setiap waktu
mengelabui diri sendiri sedang pikiran dan hati
tak terbiasa berpurapura dan mengadaada di tempat yang kau sebut rumah perlindungan ini
betapa segala begitu aneh dan asing sembunyi dan terjauhkan dari orangorang tercinta
terasa benar lebih dari sekadar siksa Magelang, 2015
26 27
•
Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian
•
Saksi Mata, 1
matamu melihat hingga ceruk
matahari melengking dan menghantam
jalanan dan matamu melihat
kawan kenapa mulutmu
terkunci? 2015
Saksi Mata, 3
malaikat tidak terbang hai ini. ia hinggap di ranting
daun pohon entah di ujung kebun. bahkan tak ingin mendengar
keluh runtuhmu. kau bersitatap dan diamdiam berdebat.
dengar ledakan dan lenting peluru memecah ujung waktu. sempat
melintas dua pelupuk matamu. dia sesungguhnya lemah.
berserah pada takdir namun kenapa ribuan merpati
juga tidak terbang hari ini? ada yang mengendap di kepalaku.
termangu dan ragu. pinjam sayap elang di atas bukit sana. pinjam. dan kejutkan
semua makluk bersayap itu. hingga batu yang tak bersayap jua terbang.
2015
29
•
Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian
•
28
Pledoi
Jika murka adalah inspirasi dari kata
Maka indahkanlah atau biarkan ia menjadi nyanyian jiwa
Dan baitbait sederhana doa Mengambang bagai awan berarak
sementara keutuhan indra juga pengharapan tinggal sebagai kosong
dunia adalah tempat tinggal dan ladang perjuangan yang ingin memperbaiki dunia,
harus berlatih bersama nafsu. Yang menakutkan bukan syirik sepeninggal nurani,
tapi perlombaan mengejar dusta, dan kemenangan yang dicapai hanyalah kekalahan.
Karena itu, kenalilah penyebab musibah,
nikmati prosesnya, dan bersabar pada akibatnya.
kebodohan adalah buku yang dipinjamkan dan tahu tak akan dikembalikan.
dan lebih bodoh lagi adalah buku yang tak terbaca.
12. Daru Maheldaswara Mengaji Pada Nurani