Teguh Ranusastra Asmara Sum Kuning

207 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • 206

32. Teguh Ranusastra Asmara Sum Kuning

Masih terbaca kisahmu yang sendu Perempuan berkulit kuning, penjual telur yang terobok­obok keperawanannya oleh empat anak penggede menyeret tubuhmu jadi pelampiasan seks Sumariyem namamu, tapi lebih moncer dengan Sum Kuning digilir dalam jok mobil dan dituntaskan di Klaten Kau tak sadar dicekoki minuman keras digilir brandal­brandal dalam menuntaskan hasrat birahinya tak beradab Kau lantas mengadu, tapi polisi menuduhmu penyebar berita bohong dan kau mendekam di jeruji tahanan jadi pesakitan berkepanjangan Tubuhmu yang mulus ditelanjangi dan jadi tontonan dengan alasan mencari tanda gambar gerwani. Dan Trimo, penjual bakso dituduh memperkosamu. “Saya disuruh mengaku dengan ancaman­ ancaman polisi,” kata Trimo di persidangan yang selalu sesak pengunjung dan jalan Trikora jadi lautan orang berdesak menyaksikan. Hakim dan jaksa berdebat Soetiyono Darsosentono pengacara handal membebaskanmu. Sum Kuning, namamu telah menyerbu kursi keprisidenan dan mencopot jendral polisi yang ikut membelenggu kisahmu yang tak tuntas 45 Tahun silam, brandal anak penggede tak bisa diketemukan Hanya di tangan Frans Rorompandey, sutradara ilm kisahmu diangkat ke layar lebar jadi Perawan Desa Ribuan penonton jadi terbelalak dan iba Tapi orang­orang Yogya tak bisa menontonnya karena ilm itu dilarang diputar di gedung bioskop “Jika diputar, ilm ini akan kami sita,” ujar seorang penggede dari Penerangan di hadapan para wartawan suatu sore Dan semua pada melongo dan kecewa Yogya 2015 208 209 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • Luweng Glatikan rimbun daun itu menutupi lobang besar menganga di tanah kapur bukit gunung kidul, pernah jadi magnit pembicaraan orang­orang desa di luweng glatikan, tegalsari, semanu menyimpan rahasia yang sulit dipecahkan untuk dibicarakan pada malam hari di tahun 1965 ­1970 deru truk menembus dingin malam mengangkut mayat­mayat tak dikenal tapi mereka orang­orang pe­ka­i yang diburu dan ditembaki tak usah dikubur tapi dibuang dalam luweng glatikan dan hilang ditelan air sungai bawah tanah tempat yang selalu dibayangi mitos munculnya suara­suara gaib dan tangis pada hari­hari keramat dan orang­orang desa selalu menyingkir tak ingin membuka lembaran lawas yang senantiasa mengungkap perih meski orang­orang desa tahu, prajurit berbaju hijau membawa mayat untuk dibuang ke luweng glatikan mereka memilih diam untuk keselamatan Yogya 2015 Karena Berita Buat : Udin darahmu masih membekas di depan pintu bau amis campur potongan berita yang mengoyak peristiwa, tak bisa diraba tapi fakta bisa terbaca dan menggetarkan sudut­sudut ruangan kantor kabupaten kau jadi tumbal kesewenangan, ketika baris­baris berita mengaduk­aduk keserakahan orang nomor satu negeri rumpun bambu kematian tak pernah dirancang dan disiapkan pada tengah malam, jiwamu terkoyak dan bethesda ujung mautmu. Yogya 2015 211 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • 210

33. Umi Azzurasantika Suaramu Kunci