Budhi Wiryawan Lagu Para Petani Tebu

• Antologi Puisi Saksi Korban 133 132 Jalan Remang Kesaksian •

7. Budhi Wiryawan Lagu Para Petani Tebu

Kamu petani ya ? “ Kami petani bapak, kami menggarap tanah mimpi bapak menjadi dunia main­mainan kami mengajari pada anak kami berpikir lurus sebab jika berubah jadi lengkung kami bisa ditempeleng “ ribuan petani tebu di jawa di abad dua puluh pernah tak bisa menikmati kebun tebunya ia menggarap sawahnya dengan seutas tali plastik sebab tali itu bisa menjeratnya jika perintah dari para tuan yang wajahnya seperti monster memelototinya sepanjang waktu hingga musim rembang tiba era tebu rakyat yang tak pernah menjadikannya nira yang manis sebuah kisah pilu yang menyejarah sekali lagi siapa yang sudi menjadi saksi bagi ketidakmerdekaan mereka mengayunkan cangkul ? 2015 tak cukup tubuh yang terkubur sebab semangat tak menjadi bubur : kisah kehidupan Mar telah usai, usianya telah diceburkan di kotak limbah. Tak ada saksi, karena semua telah dikebiri. Dirinya telah menjadi korban dari sebuah kezoliman zaman, namun semangatnya masih terus melaju. Menginspirasi sebuah gerakan agar saksi tak lagi bisa dikebiri, agar korban tak lagi menjadi korban. Tegal, juni 2015 134 135 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • Tuan Dan Nona Di Tanah Luka aku melihat bunga mekar di taman aku melihat luka mencederai ruang hampa ribuan anak­anak tanpa nama menjadi saksi atas kematian jaman memberlakukan : upah dan nyawa seperti selembar kertas yang bisa saja disobek­sobek di mulut matahari Mereka di sana menjemur luka mereka di sana mengais fatwa mereka di sana menghibur derita untuk perlakuan yang tak pernah bisa diterima siapa suruh datang di negeri hantu siapa suruh menjadi pewaris budak kuasa Hentikan saat ini beri mereka upakarti sebagai pahlawan daulat negeri CC, 01062015 Meja Berwarna Hijau Sebatang kayu, sebutir kakao menjadi kata sandang, di pundak luka tak lagi buah yang menyegarkan apa yang dirasakan soal kenikmatan jika air liur berubah menjadi magma sulit, mengurai kemerdekaan yang tidak merepotkan ? di meja yang berwarna hijau yang tak lagi sejuk orang­orang kecil ini kalah oleh untaian pasal tak bisa dibedakan lagi, ini sungai, telaga kebenaran atau keadilan siapa akan datang di malam pukang menjulurkan selimut hangatnya agar orang­orang ini dijauhkan dari dingin rasa , yang terlihat adalah ornamen seonggok batu, kaku “bahwa kami sekadar menjalankan undang­undang”’ undang­undang yang mana ? hayo yang mana ? jika hati dan kemanusiaan sudah modar di sini CC, 01062015 • Antologi Puisi Saksi Korban 137 136 Jalan Remang Kesaksian •

8. Choen Supriyatmi Padamu Aku Bicara