•
Antologi Puisi Saksi Korban
155 154
Jalan Remang Kesaksian
•
Biograi Hidup
hidup seperti rel kereta satu selatan satu utara barat atau selatan saja pilihannya hanya dua
kebenaran dan kemungkaran akan menjelma lingkaran atau juga labirin semata penuh rahasia dan tipuan mata
maka perlu sebuah rumah untuk berpulang segala resah menyudahi segala gundah dan menimbun gundah
dan rumah itu dan tuhan itu atap kokoh dinding batu tak akan tertembus peluru apalagi cumalah pemburu
adalah hukum yang terjamin tak bedakan kaya miskin hapuskan ancaman hilangkan ketakutan
agar semua bisa bicara semua resah terbang mengudara tangan saling ulur dada saling hibur
Pustaka Senja, 2015.
15. Evi Idawati Catatan Seorang Ibu
Melintasi waktu berjalan Menyusuri sungaisungai kepedihan
Melewati bocahbocah yang terkapar Karena lapar
Ibuibu yang cemas di tenda pengungsian Dan mayat para lelaki
Digotong satu persatu Diiringi tangis dan jeritanku
Karena aku adalah istri dari lelaki yang terbunuh Karena aku adalah ibu dari anakanak yang bapaknya terbunuh
Dengan darahku Kubasuh tubuh anakanakku yang terluka
Kulumuri mereka dengan napasku agar senantiasa hidup
Di tengah kekacauan dan kebencian Di antara ketakutan, ancaman dan kelaparan
Kutemukan anakanakku tertidur Di atas tungku yang membara
Entah kapan aku bisa menyiramnya agar sesuatu yang lebih berarti ada
Bagiku dan untuk anakanakku yang terluka
Jogja 2000
157
•
Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian
•
156
16. Fitri Merawati Di Medan Laga Ini
Di medan laga ini, kau tak akan pernah tahu pasti di mana kau sesungguhnya
berdiri apakah di depan atau di belakang
apakah di atas atau di bawah Dan apakah di kanan atau di kiri
Di medan laga ini, kau akan melihat busur dan anak panah
yang mewujudkan mimpi tuannya serupa gendawa sang Bisma, Karna pula arjuna.
Di medan laga ini, Meski darah deras mengalir dan menganak sungai,
Meski jerit kehilangan melengking Meski kehormatan dipertaruhkan
Semua hanya demi satu kata, “menang”. 2015
Sabda Pandita Ratu, Tan Kena Wola Wali
Perang macam apa yang terjadi di keraton ini? Berebut apa pula mereka dari tanah kerajaan yang telah
terlampau miskin? Pertahanan seperti apa lagi yang hendak dilakukan sementara
pusakapusaka telah kehilangan wibawa? Duh Gusti...
ada yang janggal dari titah raja atas tahta yang diwariskannya “Sabda pandita ratu, tan kena wola wali”, menunjukkan
robohnya tiangtiang penyangga diri. Serupa Dasarata yang lupa akan janjinya pada Dewi Kerkeyi,
dengan bersedih hati menyerahkan ayodya pada Bharata, dan memilih mati dalam penyesalannya.
2013
159
•
Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian
•
158
17. Hamdy Salad Sebab Kematian
Sepasang burung membuat sarang di pohon asam kehidupan
seekor elang datang menerjang melukar nyawa dicakar kakinya
Kala itu bukan burung bukan binatang apa kita masih menari dan berdendang
Sebab kematian bukan hanya takdir yang memilih, ketenangan atau kebiadaban
maka biarkan pelita itu tetap menyala di sisi karangan bunga dan batu nisan
meski penjagal telah berdiri di atas meja menutup kedua mata dengan kain kafan
seolah neraca dalam genggaman tangan
Kala duka menjadi tuna pada pasal dan ayat apa kita masih sembunyi tanpa hati tersayat
sebab sunyi masih saja mengaji mengucap syahadat dalam setiap diri
[2015]
Sebelum Peristiwa
Telah kusaksikan segulung duri yang nancap di jantung hati
dan akupun tahu siapa membuang mawar lalu membawa tangkainya ke rumah duka
sebelum peristiwa itu terjadi Bukan jerit dan tangisan
menjadi barang bukti para saksi dan korban
Demi kalam dan lautan tinta lidah sang hamba mesti memilih
menatah kata semesta dalam lembaran kertas putih, mengulang waktu dan ingatan
yang berdetak di pergelangan tangan walau negeri menjelma arang dan bara api
: keadilan tak pernah gosong dan mati Hanya bangsa mengaduh
nganga luka bagai kubangan peta terbuka sekujur tubuh
[2015]
161
•
Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian
•
160
18. Iqbal Saputra Luka Kembara