Wadie Maharief Pesakitan Wanto Tirta Saudaraku Bicaralah Wicahyati Rejeki

103 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • 102 Meja Hijau Di sini, di ruangan ini aku melihat Dewi Keadilan Berdiri memanggul timbangan Ditopang empat pilar penegak hukum Orang­orang penuh saling menunjukkan kebenaran Semua merasa benar…. Di sini, di ruang ini Orang­orang bersidang mencari kebenaran Berbagai alasan dan dalih diucapkan Mesti ada yang salah Mesti ada juga yang benar Tapi seringkali yang salah jadi benar dan yang benar jadi salah Hukum diperjualbelikan Empat pilar goyah tak tertahankan Saksi­saksi ketakutan Korban­korban diancam Orang­orang menjauhi keadilan…. Yogya, 14 Juni 2015

37. Wadie Maharief Pesakitan

Hati nurani robek Ketika ada nenek tua Jadi pesakitan di ruang pengadilan Dituduh mencuri setandan pisang karena kelaparan Diancam hukuman penjara Sebagai pelajaran Hati nurani robek Ketika ada seorang pemuda Jadi pesakitan di ruang pengadilan Dituduh mencuri sandal di masjid Sempat dipukuli agar mengaku Diancam hukuman penjara Sebagai pelajaran Hati nurani robek Ketika ada seorang pejabat Jadi pesakitan di ruang pengadilan Dituduh korupsi uang negara Tentu saja dia diancam hukuman penjara Tapi karena dia juga mengancam Menyebut pejabat lain yang terlibat dan terima suap Maka hukumannya lebih ringan dari pencuri ayam aku bertanya: ini pelajaran apa? Yogya, 17 Juni 2015 105 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • 104 Letakan Tanganmu Di Atas Kitab Suci letakkan tanganmu di atas kitab suci panggilah nurani perbuatan dipertanggung jawabkan jangan simpan dalam hati kalaupun dunia mengutuk atas kesaksianmu tuhan memuji dan meletakkan keberanianmu di atas segalanya tataplah matamu pada keranda kereta jasad penghantar antara bukankan hanya selembar kain putih teman perjalanan menghadapNya tidak takutkah pada kemahabenaran yang menimbang kejujuran dan kebenaran ditunggu di persidangan demi palu keadilan mantap di tegakkan saya bersaksi tidak ada tuhan selain tuhan dan saya bersaksi kebenaran untuk keadilan berpeganglah pada tali kebenaran kitab suci adalah segala­galanya penuntun langkah menuju teraju illahi 17062015

38. Wanto Tirta Saudaraku Bicaralah

Saudaraku lihatlah bening embun pagi bergantungan di dedaunan suci ada nurani menuntun sampaikanlah kebenaran walau itu pahit bicaralah atas nama tuhanmu 25062015 • Antologi Puisi Saksi Korban 107 106 Jalan Remang Kesaksian •

39. Wicahyati Rejeki

Saksi Bisu menatap lokomotif hitam seperti kegelapan yang menakutkan bergulung melibas ketergesaan ia rasakan derak memanjang dalam kebekuan malam beribu mil dalam detik­detik pengap perjalanan dari entah menuju entah derak itu sampai ke urat nadi tapi entah siapa yang digugu ia terpisah dengan kebenaran yang ada di ujung kebuntuan melambai tak tergapai jadi bukti sejarah “siapa yang butuh kebenaran jika semua merasa benar?” Bukan Tak Mampu bukan tak mampu bersuara lantaran mulut sariawan bukan malu tak berani membuka kata kata­kata itu telah tersumpal rupiah di giring hardikan pagar senjata diisolasi politik mulut gagu mata nanar berkunang­kunang jantung berdebar di depan mata berdiri sepatu lars dengan pistol di pinggang 20062015 108 Jalan Remang Kesaksian • Jejak Puisi Saksi Korban Ruang Pengadilan ketika langkah menjejak di ruang terang jubah hitam telah dikenakan tuturnya mungkin tak akan kau kenal deretan bangku masih juga itu orang­orang yang ingin tahu berpasang mata menatap calon pesakitan didudukkan berapa masa akan dihabiskan menuju sebuah keputusan yang berteman atau melawan deret hitung waktu dan debar jantung kelu menyusuri tiktak menuju meja hitam itu lalu hentakan palu memecah terjagamu : hidup bagai sebuah perjudian • Antologi Puisi Saksi Korban 111

1. Agus Ania