Cunong Nunuk Suraja Balada Luka Zaman

141 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • 140 Kesaksian ribuan jerit luka terdekap asa bilangan tujuh mengisyaratkan tak reda hujan jelaga onggokan rongsok bangunan perlindungan manula dan kanak terserak bau anyir darah kering korban seakan aroma birahi tentara yang merayap berkaki rantai besi tank dan sepatu lars penakluk gurun dalam kemik doa senyap ayatMu tersisa harap uluran tangan malaikat yang manapun di kota bernama masih tertera hembus napas merdeka itu cerita lama setengah abad terlewat tanpa peradilan hanya hukuman terbuang keluarga berantakan hutang mestinya dibayar bukan dikemplang seperti pajak anak negeri pada penguasa seperti petani pengolah tanah mengupeti kerajaan sepatu itu berdarah luka sejarah tak ada kai penghapus mampu mengusap anyir aroma sudah lama bulan beredar di porosnya matahari membakar musim demi musim tapi cap penista tak juga terkelupas waktu Bogor, 2015

9. Cunong Nunuk Suraja Balada Luka Zaman

belum lagi abad terlewat sayatan luka berkarat lalu kau bertanya tentang percakapan lama di rindang taman kampus tak telintas gagas beda darah dan kepercayaan bahkan jejak pembantaian berdarah salah kaprah atas sembahan pun purna masih tentang wacana hidup yang kauulur yang tak sanggup kutangkup kegamangan masa silam menenggelamkan wawasan asa tertepiskan waktu menyalibkan janji yang menjeruji nyali menerima diksi suci mazmur­mazmur mawar yang kita hapal berceceran warna ragu lalu perang pecah dan perburuan masa depan menyilang jalan mereka yang tersingkirkan dan terapung di laut lepas tanpa bekal yang cukup kecuali asa yang samar badai dan cuaca buruk juga muatan yang melebihi batas mmbunuh satu­persatu setelah air kencing mereka daur ulang menata planet bukan sekadar menyatukan bilah lego atau mainan mozaik yang kadang bermakna teka­teki berhadiah tetapi ini hidup dan mati mereka diusir dari tanah tumpah darahnya hanya perbedaan pandangan hidup dan tingkat pendidikan juga kelas sosialnya sebagai warga kelas kambing Bogor, 2015 142 143 • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • kebenaran yang digenggam al Kitab di ayat­ayat kunci pembuka rahasia hidup kelak kauanggukkan kepala setuju dan dengan patuh kau rukuk mengimaninya kalimat bodoh jika onggokan korban roket dan ruap berita gambar televisi sekadar ilusi imaji busuk yang dilafaskan kutukan puisi jika luka sejarah bak lampiran laporan penelitian abal­abal kematian kanak dan manula bukan kisah di panggung perayaan eforia kemerdekaan latar kota hancur tak semata back drop podium rapat genjatan senjata aura amis mayat bukan gincu pemulas bibir pemanis warta kuburkan pertanyaan absurd yang ditajukkan di wilayah negara dengan tata kota onggokan reruntuhan beton kemanusiaan menjadi hidangan mewah di resto berbintang lima di kota yang tak lagi terentry di kamus kata­kata peri keadilan hukum hanya menjadi tanda baca di wilayah yang kota dan negara dibumi­hanguskan nafsu naluri primitif perbincangan damai dongeng nina bobo penyihir penjahat istana konon serakah di halaman depan koran menetes rembesan darah kanak dan manula mati langkah di papan catur kebiadaban maha sempurna duka tertancap di dada peristiwa memagar lobang­lobang angin personal Bogor, 2014-2015 Auman Zaman saat tengadah jejak malaikat samar berkabut aroma meremang mendirikan bulu halus di tengkuk abad tertekuk ditetak pedang kelaliman saat merunduk menghindar sambaran pecahan reruntuhan beton bangunan tercekat semangat seakan kiamat mendekat hawa panas neraka membakar gurun gelisah saat serbuan reda sepasang tangan terangkat memohon kedigdayaan lipat­lipat anomali suhu tropis yang melorot pada titik hunjam makin menajamkan aroma perseteruan di padang gurun pertikaian kesejukan meruncingkan gelegak pembunuhan dengan menaburkan ledakan tanpa hati mata kanak membeku biru di cakrawala layar maya sekelompok manusia awas kamera menyembunyikan pendar harap kelu gurun sunyi penghuni kota lumpuh tanpa pasokan air dan cahaya kota hantu berlorong porakan beton bangunan rompal suhu salju membeku­birukan perdamaian kemanusiaan beralih rupa kesatwaan yang luka kelak akan tersingkap masalah petaka manusia sejak keterbacaan membuka jendela wacana dari kapal Nabi Nuh hingga dilumatkan bumi seisinya karena pendurhaka kelak kau kabarkan di pusara nenek moyang • Antologi Puisi Saksi Korban Jalan Remang Kesaksian • 144 145

11. Darmanto Andreas Saksi Mata, 2