11
sosial ini dilakukan oleh Pratono 2009 dengan fokus pada kewirausahaan sosial dalam pemanfaatan limbah sampah di Surabaya. Dengan mengambil studi kasus yang dilakukan
oleh masyarakat kecamatan Kalirungkut, penelitian terdahulu ini mengidentifikasi adanya partisipasi sukarela dari kelompok masyarakat dan perguruan tinggi dalam membantu
pemanfaatan sampah untuk kegunaan lebih lanjut re-use, reduce, re-cycle. Fokus utama adalah pada isu transformasi lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
kerjasamanya dengan pihak perguruan tinggi.
Gambar 2.1 Peta Jalan Penelitian
Dari Penelitian Terdahulu yang Dilakukan Penulis, sampai Penelitian yang Diusulkan Pratono 2009: “Social
Enterpreneurship Approach for Community Based Waste
Management in Surabaya”
Pratono dan Suyanto 2012: “Environmental Social
Enterprises in Indonesia”
Suyanto dan Protono 2013: “Innovation Success in Small
Business Contex: An Empirical Evidence from Indonesia”
Gunawan 2013: “Eco-sustainable campus:
Perancangan Assessment Tool and Implementasinya”
Penelitian yang Diajukan Sekarang: “Kewirausahaan Sosial dan
Transformasi Lingkungan di Jawa Timur: Kajian Ekonomi Sosial”
Future Research Agenda: Penerapan Model Aplikasi yang
diperoleh dari Penelitian kompetitif ini ke berbagai
kabupaten di Jawa Timur
12
Pada pertengahan 2012, penelitian ini dikembangkan lebih lanjut ke dalam cakupan yang lebih luas, pada tingkatan kota Surabaya Pratono dan Suyanto, 2012. Isu yang
diteliti dikembangkan pada tidak hanya keterlibatan kelompok masyarakat, tetapi juga pada isu partnership dan perilaku antar pelaku dalam mendukung kewirausahaan sosial.
Pada penelitian kedua ini, temuan yang diperoleh menunjukan bahwa terdapat perilaku ekonomi rasional antar pelaku kewirausahaan sosial dalam pelestarian lingkungan. Tiga
kelompok pelaku yang diteliti, yaitu organisasi masyarakat, pemerintah, dan pelaku bisnis, melakukan kontribusi pada kewirausahaan sosial berdasarkan kemungkinan manfaat yang
akan mereka peroleh. Untuk melihat konteks kewirausahaan sosial dalam perpektif usaha kecil
menengah, peneliti melakukan kajian terhadap hubungan kewirausahaan sosial dengan orientasi inovasi Suyanto dan Pratono, 2013. Kajian dilakukan dengan menggunakan
analisis faktor dan regresi terhadap data-data interview dan focus group discussion FGD. Berdasarkan temuan pada penelitian 2012 dan 2013 bahwa terdapat strategi
partnership yang dipergunakan oleh masing-masing kelompok pelaku kewirausahaan sosial untuk memaksimumkan manfaat atau payoffs masing-masing. Ditambah dengan
studi yang dilakukan oleh Gunawan 2013 mengenai pentingnya eco-sustainable campus dalam implementasi kepada pihak stakeholder. Ketiga peneliti kemudian mengembangkan
proposal penelitian lebih lanjut yang berusaha menjawab dan mencari model kewirausahaan sosial di Jawa Timur. Karena itu, muncullah proposal penelitian yang
diajukan ini untuk menemukan model baru yang aplikatif bagi Jawa Timur. Penelitian berikutnya yang direncanakan setelah penemuan model alternatif dalam
penelitian yang diajukan ini adalah mengkaji penerapan model aplikatif di berbagai bentuk kewirausahaan sosial di berbagai daerah di Jawa Timur. Rencana penelitian ini baru bisa
dilakukan setelah temuan model aplikatif yang diajukan dalam proposal penelitian ini.
13
3 METODE PENELITIAN
3.1 PENGEMBANGAN PREPOSISI
Pengembangan preposisi dilakukan dalam penelitian ini dikarenakan penggunaan metode kualitatif yang dikombinasikan dengan metode kuantitatif. Dua preposisi
dikembangkan untuk menjawab permasalahan riset yang ada. Preposisi pertama akan dikaji melalui metode penelitian kualitatif dan preposisi kedua dikaji dengan metode
penelitian kuantitatif.
Preposisi 1: model kewirausahaan sosial berjalan ketika terjadi kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah.
Institusi sosial di berbagai sektor mencerminkan konflik kepentingan yang bersumber dari perilaku rent-seeking Dejardin, 2011. Sehingga terjadi adanya kegagalan
pasar dan kegagalan pemerintah Jaffe dan Koditschek, 2001; Klomp and Haan, 2013. Strategi partnership memungkinkan untuk diterapkan sebagai salah satu strategi
keberlangsungan kewirausahaan sosial dari adanya kegagalan pemerintah Broadbent dan Laughlin, 2003. Peraturan pemerintah no. 182008 berkaitan dengan manajemen limbah
menjadi salah satu contoh aturan legal untuk memaksa pihak-pihak terkait untuk mendukung kebijakan manajemen limbah nasional. Namun dalam kenyataannya, masih
banyak kota yang bermasalah dengan tempat pembuangan akhir TPA dikarenakan terbatasnya ketersediaan tanah dan buruknya sistem pembuangan Meidiana dan Gamse,
2010.
Preposisi 2: Kemungkinan pengadopsian prinsip kewirausahaan sosial berkaitan dengan payoff yang dihadapi masing-masing partner strategic.
Kemungkinan untuk menjalankan proses kewirausahaan sosial tergantung pada pihak-pihak yang ber-partner. Korsgaard 2011 memperlihatkan bahwa proses
kewirausahaan sosial ditentukan terutama oleh transformasi dan mobilisasi. Karakteristik pelaku, baik individu maupun kelompok, dan pengetahuan yang cukup tentang tujuan
sosial juga memainkan peran yang penting dalam kewirausahaan sosial Lundqvist dan Middleton, 2010. Kesepakatan kerjasama antar pelaku kewirausahaan sosial dapat terjadi
apabila masing-masing pelaku dapat melakukan penawaran binding agreement terhadap kemungkinan hasil yang diperoleh masing-masing pihak payoffs. Ketika individu dalam
14
masyarakat menggunakan sumberdaya secara bijaksana, sebagai contoh dengan melakukan daur ulang dan menggunakan transportasi umum, masyarakat secara keseluruhan mengarah
ke kewirausahaan sosial yang berkelanjutan McKenzie-Mohr, Lee, Schulz, dan Kotler, 2011. Dengan adanya perjanjian terhadap payoffs, para pelaku merasa nyaman dan
percaya dengan partner strategis-nya Graebner, 2009.
3.2 DESAIN PENELITIAN
Untuk mengkaji fenomena kewirausahaan sosial yang kompleks, peneliti sebuah model studi kasus untuk penerapan model teoritis yang holistik dengan kejadian nyata.
Penelitian seperti ini memerlukan kombinasi yang baik antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Hasil kesepakatan masing-masing pelaku dapat dikaji secara efektif
menggunakan kedua pendekatan tersebut. Pendekatan kualitatif membantu peneliti untuk memahami pelaku dan kontek sosial
dan budaya di lingkungan pelaku. Pendekatan ini memungkinkan interaksi yang baik antar peneliti dengan pihak yang diwawancarai, baik melalui dialog interaktif dan percakapan
dinamis untuk menghasilkan pemahaman yang sama Branthwaite dan Patterson, 2011. Penelitian ini mengkombinasikan interview, perekaman dengan audio dan video,
penulisan script hasil interview, focus group discussion FGD, dan triangulasi untuk mengkaji fenomena kewirausahaan sosial yang kompleks. FGD mengakomodasi ide-ide
kelompok dan mereduksi ide-ide individu yang mungkin muncul dalam wawancara. Penulisan script hasil wawancana mengurangi self-serving bias dikarenakan adanya
pengawasan etik Glagowska et al., 2011. Sementara, triangulasi memastikan hasil penelitian tidak bias ke arah pendapat individu saja.
Setelah dilakukannya pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji posisi pelaku dalam kewirausahaan sosial dengan
menggunakan game theory. Bagian selanjutnya akan menjelaskan lebih mendetail model ini.
3.3 MODEL GAME THEORY
Model Game Theory dapat diaplikasikan untuk kajian kewirausahaan sosial. Kelebihan model ini adalah dapat mengakomodasi adanya koordinasi antar pelaku dan
memungkinkan kesepakatan payoffs antar pelaku.