30
4.3.3 Dimensi Kepercayaan
Dimensi kepercayaan adalah inti dari modal sosial yang mengaktifkan sebuah tatanan sosial. Dalam konteks organisasi, hubungan pertukaran sosial bergantung pada
kepercayaan antar pribadi yang dapat mengurangi ketidakpastian dalam suatu hubungan, serta dapat meningkatkan kualitas pertukaran sosial. Tingkat kepercayaan yang tinggi
menunjukkan kualitas yang baik dari hubungan pertukaran. Hal ini tersirat pada kemampuan untuk mengakses informasi, dukungan, serta sumber daya Schaubroeck,
Peng, Hannah, 2013. Kepercayaan dapat dibagi menjadi kepercayaan berbasis kognitif dan kepercayaan
berbasis pengaruh. Kepercayaan berbasis kognitif ini mirip dengan kepercayaan berbasis pengetahuan yang mengacu pada kompetensi, keandalan, dan ketergantungan kepada
rekan. Kepercayaan berbasis pengaruh mengacu pada dimensi emosional yang tertanam dalam keyakinan Schaubroeck, Peng, Hannah, 2013. Kedua dimensi ini memainkan
peran penting dalam mengembangkan hubungan pribadi antar pemimpin dan kelompok pekerja.
Sebuah identitas sosial yang umum dapat memperoleh lebih banyak dukungan dan kepercayaan. Dalam konteks komunikasi bisnis, identitas sosial yang dirasakan mungkin
berasal dari sinkronisasi gaya komunikasi, seperti sikap, suara, dan postur. Oleh karena gaya bahasa dapat berfungsi sebagai informasi deskriptif yang menentukan proses
pengambilan keputusan, perusahaan perlu mempertimbangkan pesan yang disesuaikan untuk menangani risiko bias yang timbul dari pengantar pesan Ludwig, Ruyter, Friedman,
Brüggen, Wetzels, Pfann, 2013. Perkembangan modal sosial meliputi tingkat kepercayaan yang tinggi, yang
menujuk pada reputasi dari suatu organisasi. Dalam konteks jaringan antar organisasi, kepercayaan memerankan peran penting bagi perusahaan untuk memiliih rekan yang dapat
menyediakan sumber daya dan membagikan pengetahuannya. Reputasi menjadi kategori awal bagi perusahaan untuk masuk ke dalam persekutuan dengan mengurangi
ketidakpastian yang ada Milanov Shepherd, 2013. Kepercayaan dapat terjadi secara indenpenden dan dapat disebabkan oleh angan –
angan, preferensi pribadi, atau pendapat pribadi. Hubungan berbasis kepercayaan berlaku ketika anggota menganggap anggota lainnya memiliki resiko yang masih dapat diterima
Oldroyd Morris, 2012. Perkembangan model sosial membutuhkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan yang bergantung pada kontrak sosial yang tidak tertulis.
31
Namun, ada risiko penerimaan dalam proses pengambilan keputusan yang dapat memberikan dampak negatif dari suatu organisasi bisnis, terutama ketika tenaga kerja
menjadi lebih beragam. Tampaknya tenaga kerja menjadi lebih beragam. Meningkatnya tingkat keragaman di
tempat kerja dapat mengurangi keinginan untuk saling berbagi informasi. Perspektif yang beragam ini dapat membawa kecenderungan untuk melihat sesuati sebagai sumber yang
kurang dapat dipercaya. Ini menyiratkan kepada kurangnya perhatian dalam berbagai sudut pandang Pieterse, Van Knippenberg, Van Dierendonck, 2013.
4.4 BERBAGAI RERANGKA TEORITIS KEWIRAUSAHAAN SOSIAL
Terdapat dua rerangka teoritis utama yang mendasari kewirausahaan sosial, yaitu teori kontigensi dan teori berbasis sumber daya. Kedua rerangka teori utama ini disintesiskan
secara singkat di bawah ini.
4.4.1 Rerangka Teori Kontigensi
Teori kontigensi memandang bahwa lingkungan eksternal adalah penentu utama kinerja perusahaan. Sebagai sebuah organisasi, perusahaan menerima hal ini sebagai pengaruh dari
lingkunan bisnis. Secara spesifik, teori ini meletakkan penekanan pada pertanyaan tentang variabel kontigensi yang mana yang akan memberikan pengaruh pada kinerja perusahaan.
Hal ini berbicara mengenai bagaimana perusahaan menyelaraskan kinerja yang mereka harapkan baik dari sisi lingkungan bisnis internal dan eksternal Homburg, Artz,
Wieseke, 2012. Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk tidak hanya mengembangkan sumber daya mereka, tetapi juga meningkatkan kemampuan mereka untuk menangani
turbulensi lingkungan. Teori ini menunjukkan bahwa perusaaan dapat memperoleh pengetahuan melalui
penilaian terhadap lingkungan bisnis mereka dan pengaturan strategi yang sesuai dengan tingkat turbulensi lingkungan Johannesson Palona, 2010. Perusahaan dianggap sebagai
solusi ketika berhadapan dengan lingkungan bisnis, seperti pilihan domain pasar produk untuk mengatasi masalah kewirausahaan, pilihan inovasi untuk mengatasi masalah teknik,
dan mengurangi ketidakpastian dalam mengatasi masalah administrasi Puranam, Alexy, Reitzig, 2014. Hal itu melibatkan integrasi dari seluruh aspek perusahaan dengan