53
penelitian: Kami melakukan penelitian dan berkontriusi terhadap teori mengenai kewirausahaan sosial dan pengaplikasian praktikal yang ditujukan untuk menghadapi
tantangan global yang kritis dan juga mengembangkan serta mendukung jaringan akademisi dan praktisi untuk menyebarkan pengetahuan tersebut secara global. Oleh
karena itu, Skoll Centre berusaha untuk memfasilitasi pertemuan komunitas innovator global: kami berusaha menghubungkan wirausahawan sosial dengan para pemimpin serta
pemain kunci dalam bisnis, pemerintahan, dan para dermawan untuk meningkatkan dampak sosial.
4.7 KONSEP KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI JAWA TIMUR
Definisi kewirausahaan sosial telah dimunculkan oleh berbagai ahli, seperti yang diperlihatkan pada Bagian 4.5. Meskipun belum ada konsensus terkait definisi
kewirausahaan sosial, terdapat beberapa kata kunci yang bisa dipergunakan dalam definisi kewirausahaan sosial. Kata-kata kunci tersebut antara lain: kerjasama, komunitas, kegiatan
sosial, penyatuan kepentingan, dan partisipasi. Chen et al. 2009 lebih menyoroti sisi pembangunan komunitas melalui kegiatan
sosial, sementara Zahra et al. 2009 juga menonjolkan permasalahan sosial tetapi lebih berfokus pada model bisnis untuk penyelesaian permasalahan sosial tersebut. Hockerts
2010 menggarisbawahi perlunya partisipasi tiga pelaku, yaitu pelaku pasar, pemberi hibahamal, dan inovasi. Nicholls 2006 juga menyatakan pentingnya inovasi dan
hibahamal tetapi menambahkan perlunya manajemen nir-laba dalam membantu penyelesaian kewirausahaan komersial. Begitu pula, Borzaga et al. 2010 menunjukan
pentingnya organisasi nir-laba dalam konteks barang setengah publik. Inisiatif kewirausahaan sosial di Jawa Timur akan ditampilkan pada Bab 5 tentang
enam studi kasus penting. Dari keenam inisitatif tersebut, dapat disintesiskan konsep kewirausahaan sosial di Jawa Timur. Dengan mengacu pada tiga perspektif utama tentang
kewirausahaan sosial, yang akan didiskusikan pada Bab 5, dapat ditarik kesimpulan bahwa inisiatif kewirausahaan sosial di Jawa Timur mengikuti ketiga perspektif tersebut.
Perspektif pertama yang berasal dari Eropa memperlihatkan bahwa kewirausahaan sosial merupakan transformasi dari koperasi. Perspektif kewirausahaan Eropa ini terdapat pula di
Jawa Timur, pada inisiatif koperasi simpan pinjam dan koperasi usaha. Perspektif kedua yang berasal dari Amerika Serikat menunjukan bahwa kewirausahaan sosial muncul dari
organisasi non-profit dengan tujuan membantu masyarakat dalam aspek tertentu. Perpektif
54
kedua ini juga terdapat di Jawa Timur dalam bentuk lembaga swadaya masyarakat LSM. Perspektif ketiga yaitu perspektif Asia merupakan perspektif terdekat dengan perspektif di
Jawa Timur, yaitu mengangkat kewirausahaan sosial dari kelompok masyarakat yang berusaha menyelesaikan permasalahan ekonomi rumah tangga atau masalah kemiskinan.
Konsep kewirausahaan sosial yang paling tepat untuk Jawa Timur adalah konsep inovatif pembedayaan masyarakat untuk keluar dari permasalahan ekonomi dan
kemiskinan yang dihadapi. Dalam konsep ini, perlu ada tiga unsur utama penting seperti yang disebutkan oleh Nicholls 2006, yaitu gerakan sosial, kegiatan amal, dan inovasi
bisnis. Pada studi kasus – studi kasus yang akan didiskusikan pada Bab 5, konsep kewirausahaan sosial di Indonesia sebagian besar dimulai dari gerakan sosial sekelompok
masyarakat untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan dengan inovasi bisnis yang diterapkan pada organisasi non-profit. Meskipun perspektif
Eropa tercermin dalam kegiatan masyarakat berupa inisiatif koperasi, perspektif terbaik yang cocok bagi Jawa Timur adalah perspektif Asia yang dijalankan di Bangladesh. Secara
singkat, konsep kewirausahaan sosial Jawa Timur lebih mengarah kepada perbaikan kondisi ekonomi masyarakat melalui inovasi bisnis dengan tujuan meningkatkan taraf
hidup masyarakat.