DATA DAN CARA PENGUMPULAN

16 hasil interview dan diskusi lewat telpon ke dalam bentuk script; 4 FGD dilakukan untuk mengkaji dinamika proses pengambilan keputusan antar pelaku kewirausahaan sosial; 5 pendokumentasian FGD juga dilakukan dalam bentuk script. Dari prosedur pengumpulan ini dapat diperoleh dataset untuk dianalisis dalam model Game Theory. Tahapan pertama dalam pengumpulan data tergantung pada tiga interview pilot yang dilakukan terhadap pemimpin komunitas sosial. Kemudian, dilakukan pula interview kepada sejumlah kecil orang yang merupakan sukarelawan dalam kewirausahaan sosial untuk mengkaji proses pengambilan keputusan dalam komunitas. Untuk memastikan bahwa sampel yang diambil mencakup pihak-pihak kunci, penelitian ini mengadopsi pengambilan sample secara ‘bola salju’ snow ball approach. 17 BAB 4 HASIL KAJIAN TEORITIS TENTANG KONSEP KEWIRAUSAHAAN DAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL

4.1 KEWIRAUSAHAAN DALAM TIGA PERSPEKTIF UTAMA

Konsep kewirausahaan menyediakan harapan tidak hanya untuk bisnis berkelas dunia, tetapi juga kepada usaha ekonomi yang baru muncul. Politisi di berbagai negara mencoba menggunakan konsep ini untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja baru. Guru-guru di sekolah menggunakan konsep ini untuk memotivasi muridnya bahwa mereka memiliki kemampuan untuk menjalankan sebuah perusahaan daripada hanya sekedar mencari pekerjaan. Di universitas, kelompok kewirausahaan merupakan klub sosial paling populer bagi para mahasiswa. Konsep kewirausahaan tidak hanya populer di kalangan prakitisi, tetapi juga populer di kalangan akademisi. Namun demikian, masih terdapat banyak sekali perdebatan mengenai konsep kewirausahaan ini. Salah satu pendapat yang paling populer menyatakan bahwa wiraswasta adalah orang yang menjalankan perusahaan mereka sendiri, dengan bekerja sendiri atau dengan membangun sebuah bisnis kecil. Pandangan ini memandang kriteria dari kewirausahaan berdasarkan hanya pada konteks organisasi, bukan dari tipe perilaku atau kinerja Audretsch, 2012. Pada kenyataannya, perusahaan-perusahaan yang mengacu pada pendapat ini berukuran tetap saja kecil selama bertahun-tahun, sehingga tidak bisa masuk dalam kategori kewirausahaan dilihat dari kriteria lamanya perusahaan tersebut didirikan. Di sisi lain, kewirausahaan mengacu pada bagaimana sebuah perusahaan didirikan dengan tantangan bahwa wiraswasta tersebut akan bekerja untuk dirinya sendiri Kroeck, Bullough, Reynold, 2010, sementara orang lain mempertimbangkan untuk menjadi karyawan yang bekerja untuk orang lain Segal, Borgia, Schoenfeld, 2005. Kriteria lain mengacu pada kepemilikan bisnis, termasuk kriteria bisnis keluarga, sementara usia jelas bukan menjadi pertimbangan dalam menjalankan kewirausahaan. Faktanya, wirausaha telah digunakan sebagai proksi untuk ketidakformalan dengan berbagai pertimbangan Webb, Bruton, Tihanyi, Ireland, 2013. Perbedaan antara wiraswasta dan manajer melambangkan dua jenis kutub perilaku yang berbeda dan telah menjadi sesuatu yang umum dalam sejarah di literatur ekonomi Zaratigui Rababe, 2005. Pendapat kedua mengacu pada karya Schumpeter yang menyatakan bahwa wirausaha diasosiasikan dengan inovator. Menurut Schumpeter, wirausaha merupakan 18 pendorong utama inovasi, yang menjadi dasar bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Penggunaan konsep wirausaha Schumpeter untuk menganalisa tindakan dan inovasi seseorang telah mendorong arti kewirausahaan melebihi konteks bisnis dan membuka kemungkinan penelitian di berbagai bidang melalui berbagai cara Betta, Jones, Latham, 2010. Akademisi secara umum menginterpretasikan pendapat Schumpeter ini sebagai fungsi kewirausahaan di luar perusahaan besar yang sedang menguasai pasar dan umumnya ditujukan untuk perusahaan baru dengan skala kecil Audretsch, 2012. Schumpeter berpendapat bahwa kapitalisme mungkin ditakdirkan kepada kehancuran. Sebuah implikasi penting terkait dengan peraturan pemerintah dapat ditarik dari sudut pandang bahwa proses creative destruction adalah fakta penting dari kapitalisme Harvey, Kiessling, Moeller, 2010. Inovasi dan kewirausahaan adalah esensi dari masyarakat kapitalis, sedangkan sejauh mana keterkaitan antara kewirausahaan dan kepemilikan modal masih menjadi perdebatan. Bentuk dari kewirausahaan berhubungan langsung dengan teknologi self-based pada self-care dan self-knowledge. Wirausahawan adalah seseorang yang bersedia mengganti pekerjaannya dan menargetkan kehidupan pribadinya. Bekerja untuk diri sendiri adalah kewirausahaan dan hasil akhirnya adalah perkembangan pribadi yang diproyeksikan menuju pembentukan tatanan pribadi yang baru dengan tujuan untuk keuntungan hidup Betta, Jones, Latham, 2010. Sebagai tambahan, wirausahawan berbeda dengan kapitalis. Wirausahawan mengacu pada kompetensi dalam mengelola bisnis untuk berhadapan dengan risiko yang besar “karena modal mereka tidak cukup besar untuk menanggung kerugiaan yang besar” Marshal, 1961. Sedangkan, kapitalis menekankan pada “more cash than dash” Reisman. Selain itu, Schumpeterian juga mengambarkan perbedaan antara wirausahawan yang inovatif dengan wirausahawan yang replikatif. Pandangan ketiga muncul dari tradisi Austrian, seperti Von Misses, Kirzner, dan Shakle. Pandangan ini merupakan pandangan alternatif terhadap karya Schumpeter. Mereka mengkritisi teori neoklasik dengan model persaingan sempurna, yang mengabaikan peran penting dari kewirausahaan dalam ekonomi. Kirznerian secara spesifik mempertimbangkan bahwa keberhasilan dari sebuah perusahaan terletak pada proses untuk merebut peluang pasar bahkan pada situasi pasar yang tidakpasti. Hal ini disebut dengan proactive market-driven behavior Sundqvist, Kyläheiko, Kuivalainen, Candogan, 2012. Ludwin von Mises 1881-1973 memfokuskan pada fungsi kewirausahaan untuk