PENGEMBANGAN PREPOSISI Kewirausahaan Sosial dan Transformasi Lingkungan di Jawa Timur: Kajian Ekonomi Sosial - Ubaya Repository

14 masyarakat menggunakan sumberdaya secara bijaksana, sebagai contoh dengan melakukan daur ulang dan menggunakan transportasi umum, masyarakat secara keseluruhan mengarah ke kewirausahaan sosial yang berkelanjutan McKenzie-Mohr, Lee, Schulz, dan Kotler, 2011. Dengan adanya perjanjian terhadap payoffs, para pelaku merasa nyaman dan percaya dengan partner strategis-nya Graebner, 2009.

3.2 DESAIN PENELITIAN

Untuk mengkaji fenomena kewirausahaan sosial yang kompleks, peneliti sebuah model studi kasus untuk penerapan model teoritis yang holistik dengan kejadian nyata. Penelitian seperti ini memerlukan kombinasi yang baik antara pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Hasil kesepakatan masing-masing pelaku dapat dikaji secara efektif menggunakan kedua pendekatan tersebut. Pendekatan kualitatif membantu peneliti untuk memahami pelaku dan kontek sosial dan budaya di lingkungan pelaku. Pendekatan ini memungkinkan interaksi yang baik antar peneliti dengan pihak yang diwawancarai, baik melalui dialog interaktif dan percakapan dinamis untuk menghasilkan pemahaman yang sama Branthwaite dan Patterson, 2011. Penelitian ini mengkombinasikan interview, perekaman dengan audio dan video, penulisan script hasil interview, focus group discussion FGD, dan triangulasi untuk mengkaji fenomena kewirausahaan sosial yang kompleks. FGD mengakomodasi ide-ide kelompok dan mereduksi ide-ide individu yang mungkin muncul dalam wawancara. Penulisan script hasil wawancana mengurangi self-serving bias dikarenakan adanya pengawasan etik Glagowska et al., 2011. Sementara, triangulasi memastikan hasil penelitian tidak bias ke arah pendapat individu saja. Setelah dilakukannya pengumpulan data dengan pendekatan kualitatif, analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji posisi pelaku dalam kewirausahaan sosial dengan menggunakan game theory. Bagian selanjutnya akan menjelaskan lebih mendetail model ini.

3.3 MODEL GAME THEORY

Model Game Theory dapat diaplikasikan untuk kajian kewirausahaan sosial. Kelebihan model ini adalah dapat mengakomodasi adanya koordinasi antar pelaku dan memungkinkan kesepakatan payoffs antar pelaku. 15 Dalam Game Theory, kesepakatan antar pelaku dilukiskan dalam sebuah kotak permainan dengan nilai payoffs untuk masing-masing pelaku. Sebagai contoh, kewirausahaan sosial terjadi karena interaksi dua pelaku: kelompok masyarakat dan pelaku bisnis. Nilai payoffs untuk masing-masing pelaku diperlihatkan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1: Contoh Tabel Payoff Game Theory Masyarakat Lokal Berinvestasi Tidak Pelaku Bisnis Berinvestasi 200; 50 -2; 0 Tidak 0; -1 -1; -1 Tabel 3.1 memperlihatkan empat kemungkinan alternatif yang mungkin terjadi dalam strategi partnership antar masyarakat lokal dan pelaku bisnis. Kemungkinan pertama adalah apabila pelaku bisnis memutuskan untuk berinvestasi dalam kewirausahaan sosial dan masyarakat lokal juga memutuskan untuk berinvestasi. Payoff yang diterima oleh pelaku bisnis adalah sebesar Rp 200 milyar dan payoff untuk masyarakat lokal adalah sebesar Rp 50 milyar. Kemungkinan kedua, pelaku bisnis berinvestasi tetapi masyarakat lokal tidak. Sehingga payoff untuk pelaku bisnis sebesar –Rp 2 juta, yang berarti biaya bagi pelaku bisnis, dan payoff untuk masyarakat lokal adalah nol. Kemungkinan ketiga adalah pelaku bisnis tidak berinvestasi tetapi masyarakat lokal berinvestasi. Payoff yang muncul adalah pelaku bisnis tidak mendapatkan apa-apa nol, sedangkan masyarakat lokal rugi sebesar Rp 1 juta. Kemungkinan keempat terjadi apabila keduanya tidak melakukan investasi, sehingga terjadi biaya sebesar Rp 1 juta. Dari keempat alternatif ini, the best solution untuk kedua belah pihak adalah berinvestasi. Alternatif pertama ini dinamakan Nash Equilibrium, sesuai dengan nama penemunya: John Nash. The best solution ini dapat tercapai apabila kedua belah pihak melakukan kesepakatan untuk bekerjasama dan saling percaya.

3.4 DATA DAN CARA PENGUMPULAN

Model studi kasus yang dipergunakan dalam penelitian ini melibatkan 3 komunitas. Pengumpulan data untuk kedua studi kasus dilakukan dengan kombinasi pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif melalui prosedur berikut: 1 semi-structured interview untuk komunitas sosial dan rekanannya; 2 diskusi secara langsung dengan komunitas sosial dan rekanannya melalui pembicaran telpon; 3 pendokumentasian data