Sebagai ringkasan, kunci teori harapan adalah pemahaman dari tujuan seorang individu dan tautan antara upaya dan kinerja, antara kinerja dan ganjaran serta antara
ganjaran dan tujuan pribadi. Disamping itu, hanya karena kita memahami kebutuhan apakah yang dicari oleh seseorang untuk dipenuhi tidaklah memastikan bahwa
individu itu sendiri mempersepsikan kinerja tinggi sebagai pasti menghantar ke pemenuhan kebutuhan itu.
2.3.3. Teori-teori Lain tentang Kepuasan Kerja
a. Teori ketidaksesuaian nilai Value Discrepancy Theory
Locke 1976 menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang bergantung pada selisih antara keinginan expectation dengan apa yang menurut persepsinya telah
diperoleh melalui pekerjaannya. Dengan demikian orang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan persepsinya atas kenyataan, karena
batas minimum yang diinginkan telah terpenuhi. Jika yang didapatkan lebih besar daripada yang diinginkan, maka disebut discrepancy positif, sebaliknya makin jauh
kenyataan yang dirasakan itu dibawah standar minimum sehingga menjadi discrepancy negatif, maka makin besar pula ketidak puasan seseorang terhadap
pekerjaannya. Studi Wanous dan Lawler menemukan bahwa para pekerja memberikan
tanggapan yang berbeda menurut bagaimana selisih itu didefinisikan. Mereka menyimpulkan bahwa orang memiliki lebih dari satu jenis perasaan terhadap
pekerjaannya dan tidak ada cara terbaik yang tersedia untuk mengukur kepuasan kerja melainkan ditentukan oleh tujuan pengukurannya.
Universitas Sumatera Utara
b. Teori aspek kerja Facet Theory Tujuan utama dari teori ini adalah untuk memprediksi besarnya kepuasan
kerja dari berbagai aspek kerja yang berbeda. Lawler 1973 menggunakan hipotesis ketidaksesuaian dan teori keadilan dari Adams untuk menjelaskan teori ini. Dikatakan
bahwa tingkat kepuasan terhadap suatu aspek kerja ditentukan oleh perbandingan antara harapan dari apa yang seharusnya diterima dari suatu aspek kerja dengan
persepsi terhadap apa yang diterima. Harapan dari apa yang seharusnya diterima ditentukan oleh persepsi dari upaya yang diberikan pada suatu pekerjaan, permintaan
terhadap pekerjaan tersebut serta upaya dan hasil yang diterima pekerja. Bila jumlah yang diterima adalah sama dengan jumlah yang diharapkan maka kepuasan terjadi,
sebaliknya bila tidak sama akan terjadi ketidak puasan.
2.3.4. Faktor - faktor Kepuasan Kerja
Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor itu sendiri dalam peranannya memberikan kepuasan kepada karyawan tergantung pada pribadi masing-
masing karyawan. Berikut adalah pendapat beberapa pakar tentang faktor-faktor yang memberikan kepuasan kerja:
Menurut Hasibuan 1995, faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja antara lain: balas jasa yang adil dan layak, penempatan yang tepat sesuai dengan
keahliannya, berat ringannya pekerjaan, suasana dan lingkungan kerja, peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan, sikap pemimpin dan sifat pekerjaan.
Willan 1990 mengemukakan bahwa untuk mencapai kepuasan kerja maka seseorang membutuhkan kenyamanan yang meliputi: gaji yang sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan hidup mereka, lingkungan pekerjaan yang aman dan tunjangan keuangan bila tidak dapat bekerja. Disamping itu mereka juga membutuhkan penghargaan dan
perhatian atasan atas pekerjaan yang mereka kerjakan dengan baik dan rasa kebersamaan.
Menurut Robbins 1996 sedikitnya ada empat faktor yang berhubungan dengan pencapaian kepuasan kerja yaitu : pekerjaan yang penuh tantangan, sistim
penghargaan yang adil berupa upah dan promosi, kondisi kerja yang mendukung serta sikap orang lain dalam organisasi. Dalam hal pendidikan, makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang, makin besar keinginannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilannya sehingga bila ilmu yang dimilikinya tidak dimanfaatkan secara
optimal akan merasa tidak puas. Handoko 1995 mengatakan semakin tinggi kedudukanpangkat seseorang
dalam organisasi, maka tingkat kepuasannya lebih tinggi. Hal ini karena mereka biasanya mendapat kompensasi yang lebih baik, kondisi kerja yang lebih baik serta
memungkinkan mereka menggunakan kemampuan dengan sepenuhnya. Sarana atau kondisi lingkungan tempat bekerja akan mempengaruhi seseorang dalam bekerja,
lingkungan yang menyenangkan, bersih, nyaman dan ventilasi serta penerangan yang cukup akan mengurangi kelelahan dan mempengaruhi gairah kerja sehingga dapat
meningkatkan kepuasan kerja. Gaji dan tunjangan atau disebut juga sebagai sistim imbalan berhubungan
dengan kepuasan kerja seseorang, organisasi harus mengembangkan sistim imbalan atau pemberian kompensasi ini karena imbalan tidak hanya sebagai pemuas secara
Universitas Sumatera Utara
material, tetapi dikaitkan dengan martabat seseorang. Kompensasi yang diberikan kepada karyawan atas pekerjaan yang dilakukannya harus cukup memadai sesuai
dengan kemampuan organisasi sehingga dapat memungkinkan mereka hidup wajar tanpa menggantungkan pemenuhan kebutuhannya kepada orang lain.
Ada hubungan yang erat antara kepuasan dengan hubungan interpersonal dimana komunikasi yang baik antara atasan dengan bawahan, teman sejawat, dengan
klien dan keluarganya serta dengan dokter akan sangat membantu dalam menyelesaikan masalah atau mendapat informasi tentang sesuatu. Hubungan kerja
yang tidak baik dapat mengakibatkan masalah yang serius sehingga mengakibatkan rasa tidak puas.
Closkey 1974 yang dikutip Siagian 1995 berpendapat bahwa seseorang akan merasa puas bila hasil kerjanya dihargai orang lain. Penghargaan yang diberikan
dapat berupa materi atau non materi seperti ucapan terima kasih, promosi jabatan dan sebagainya. Kesempatan karyawan untuk maju juga merupakan salah satu bentuk
penghargaan yang diberikan atasan, kesempatan untuk berkembang memberikan harapan kepada karyawan untuk dapat maju dan meningkatkan kepuasan kerja karena
merasa dihargai. Dari berbagai pendapat di atas dapat dirangkum faktor–faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : a. Kepuasan Psikologi, merupakan faktor kepuasan yang berhubungan dengan
kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan ketrampilan.
Universitas Sumatera Utara
b. Kepuasan sosial, merupakan faktor kepuasan yang berhubungan dengan interaksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan atasan maupun dengan karyawan yang
berbeda jenis pekerjaannya. c. Kepuasan fisik, merupakan faktor kepuasan yang berhubungan dengan kondisi
fisik lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan meliputi jenis pekerjaan, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan ruangan.
d. Kepuasan finansial, merupakan faktor kepuasan yang berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi sistim dan besarnya gaji, jaminan
sosial, tunjangan, fasilitas yang diberikan, promosi.
2.3.5. Pengukuran Kepuasan Kerja