58 penduduknya.
2.2 Penyebaran Masyarakat Batak-Angkola Ke Kota Medan
Masyarakat Batak-Angkola berasal dari wilayah Tapanuli Bagian Selatan, berada di antara Rao Sumatera Barat dan Pahae Tapanuli Utara, Samudera
Hindia, dan Rokan Hulu Riau, yang kemudian menyebar ke berbagai kota di Indonesia dan Malaysia. Etnik Batak-Angkola berdiam di wilayah yang dialiri dua
sungai besar dan bertemu di Muara Batang Gadis menuju Samudera Hindia. Kedua sungai itu adalah Sungai Batang Gadis dan Gunung Kulabu.
Budaya etnis Batak-Angkola memadukan tradisi dan agama Islam yang biasa disebut dengan istilah Hombar do Adat dohot Ugamo yang artinya segala
aktivitas budaya mereka berlandaskan nilai-nilai keislaman. Sebenarnya migrasi kelompok etnik Batak-Angkola ke Kota Medan sudah
berlangsung lama, tetapi tidak dapat diketahui secara tepat tahun kedatangan mereka ke Medan. Penyebaran kelompok etnik Batak-Angkola berdasarkan data
yang diperoleh dari berbagai literature pada masa awal kemerdekaan sudah terlihat penyebaran berbagai variasi. Seperti yang diungkapkan Bruner dalam
Pelly 1998:13 bahwa setelah kemerdekaan pada tahun 1950 dimana kekuasaan Kesultanan Melayu sudah terkikis habis. Kota Medan telah didiami oleh lebih dari
selusin kelompok etnik perantau yang tidak memiliki suatu kekuatan dominan dan bukan merupakan mayoritas yang unggul.
Migrasi berbagai kelompok etnik ke Kota Medan sangat terkait dengan dibuka dan berkembangnya perkebunan-perkebunan di wilayah Sumatera Timur.
Universitas Sumatera Utara
59 Berkembangnya Kota Medan pada waktu itu sebagai Ibu Kota Keresidenan
Sumatera Timur telah menyebabkan terpilih menjadi salah satu wilayah perkebunan besar yang mengakibatkan dibutuhkannya tenaga kerja untuk
perusahaan perkebunan dan ditinjau dari berbagai aspek termasuk demografis, daya dukung lokal amat tidak memadai.
Didatangkannya orang-orang dari Jawa bukan satu-satunya fenomena yang muncul setelah pembukaan perusahaan perkebunan. Orang yang disebut
Timur asing lainnya juga berdatangan, terutama Cina, Arab, dan India. Sesama pribumi terdapat perkayaan kemajemukan dengan datangnya orang-orang dari
arah selatan seperti Mandailing, Angkola, Minang, dan juga Batak Toba. Gejala ini semakin menambah besarnya minat para migrant untuk datag ke Kota Medan.
Di Kota Medan para migran biasanya tinggal dan hidup berkelompok dengan kelompok etniknya masing-masing. Karena hampir sebagian besar mereka
dating dengan menggunakan jalur keluarga atau kenalan sekampung. Hal ini terlihat dari pola pemukiman penduduk yang ada di Kota Medan yang cenderung
mengelompok berdasarkan etnik. Misalnya kelompok etnik Minangkabau cenderung mendiami kawasan Sukaramai, Karo berdiam di wilayah Padang
Bulan, Batak di kawasan Pasar Merah, dan Mandailing di sekitar kawasan Jalan Serdang.
Umumnya orang-orang di daerah penelitian yang tinggal dalam satu Kelurahan saling mengenal satu sama lain. Pengenalan itu tidak hanya sebatas
nama dan alamat rumah, melainkan jauh lebih dalam sampai pada watak dan sifat pribadi seseorang. Hal ini, karena di samping di antara mereka masih banyak
Universitas Sumatera Utara
60 keluarga dekat, memang orang-orang di desa ini masih memiliki tradisi yang kuat
untuk mengenali orang lain secara lebih mendalam. Jadi, kebiasaan saling menyapa dan sering bercerita antara satu sama lain membuat pengenalan mereka
tidak sebatas aspek formalnya saja. Tradisi yang saling menghubungkan diantara meraka adalah suatu kegiatan
adat istiadat. Tradisi itu dilaksanakan ketika pelaksanaan horja kerja berlangsung. Pada saat horja berlangsung biasanya melibatkan beberapa kesatuan
sosial yang ada di kawasan Kota Medan. Acara-acara adat atau horja juga sebagai wadah memberikan sosialisasi yang bertujuan membentuk suatu pola tindakan
pada seorang anak Angkola. Biasanya kalau di kampung asalnya diselenggarakan suatu pesta perkawinan, maka menjadi kesempatan bagi anak untuk belajar
manortor, markobar menyampaikan kata di depan para kerabatnya yang merupakan sebuah sistem dalihan natolu. Pada saat horja anak-anak mulai belajar
untuk mengerti prosesi adat di Angkola, pertuturan urutan kekeluargaan, adat istiadat, dan bahasa.
2.3 Mata Pencaharian Masyarakat Batak Angkola