Bentuk Upacara Adat Jenis Upacara yang Menggunakan Lage Hambian

79 juga warga sekampung. Dalam adat nagodang ini, setiap pihak mendapatkan tugas dalam pesta nagodang dimana raja-raja telah menentukan terlebih dahulu dalam sidang adat raja-raja. Adat nagodang juga menunjukkan besarnya upacara dengan dipotongnya kerbau sebagai binatang yang besar. Dalam adat nagodang, raja-raja turut mengambil bagian dalam menentukan dan menetapkan bagaimana supaya upacara adat tersebut dapat berjalan dengan baik sesuasi dengan harapan. Upacara adat nagodang hanya diadakan oleh keturunan raja-raja dan sudah mendapat gelar. Dan selama proses persiapan perkawinan ini, raja-raja akan membicarakan hal terbaik demi berjalannya adat dengan baik pula. Sehingga ada proses-proses upacara nagodang yang perlu dipersiapkan.

3.4.1 Bentuk Upacara Adat

Bentuk upacara adat yang menggunakan lage hambian dalam pelaksanaannya adalah : 1. Upacara Adat Perkawinan Upacara adat perkawinan yang meliputi upacara adat perkawinan marlojong, diparbuat dan marhabuatan. Diluar upacara adat perkawinan tersebut tidak dipergunakan lage hambian ataupun tidak menjadi keharusan untuk menyediakan lage hambian. Lage hambian dalam upacara perkawinan dipergunakan sebagai tikar bagi tamu yang datang saudara, tetangga dan raja, selain itu juga sebagai bahan pembungkus bawaan dan juga sebagai tikar bagi pasangan pengantin yang Universitas Sumatera Utara 80 melaksanakan upacara perkawinan tersebut. 2. Martahi Marunungunug Ni Bodat Martahi marunungunug ni bodat yaitu rapat adat yang berkaitan dengan kelangsungan hidup dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Rapat adat ini dihadiri oleh suhut bolon, anak boru, dan mora, dikatakan martahi marunungunug nibodat adalah karena diibaratkan binatang monyet ketika menyampaikan sesuatu hanya kelompok mereka saja yang tahu. Rapat adat ini dapat terselenggara dengan baik dan juga akan menghasilkan suatu keputusan yang baik apabila yang menghadiri rapat adat tersebut duduk diatas lage hambian, dikarenakan lage hambian dianggap dapat menghantarkan pesan kepada Tuhan. 3. Upacara Manabalkon Goar Manabalkon goar artinya memberi gelar kepada seseorang individu. Dalam upacara adat nagodang, peserta upacara adat ataupun mereka yang akan ikut serta dalam upacara adat nagodang akan diberi gelar terlebih dahulu dan juga kepada individu yang telah memiliki gelar akan diperbaharui dengan gelar sesuai dengan keadaan individu saat mengikuti upacara adat tersebut, dimana gelar baru tersebut seperti yang telah dimiliki oleh orangtua mereka. Gelar ini hanya diberikan kepada keturunan raja dan yang mengadakan upacara adat nagodang serta individu yang dianggap memberikan sumbangsih besar terhadap perkembangan adat Batak-Angkola. Kebanyakan gelar ini diambil dari gelar kakek atau ayah dari peserta upacara adat, namun bisa saja nama gelar itu diusulkan oleh keluarga kepada raja- Universitas Sumatera Utara 81 raja adat. Adapun gelar adat tersebut mencakup Sutan, Mangaraja, Baginda, Tongku dan lain sebagainya. Setelah mendapatkan gelar adat, maka nama yang paling sering mereka pergunakan adalah nama mereka setelah ditabalkan. Bahkan dalam menyebut dan memanggil nama, lebih sering mempergunakan gelar tersebut. Lage hambian dalam upacara adat manabalkon goar merupakan sebagai tanda bahwa terdapat tanggung-jawab yang harus ditanggung oleh individu yang menerima gelar tersebut, baik itu tanggung-jawab terhadap diri sendiri, keluarga maupun terhadap adat budaya Batak-Angkola. 4. Upacara Kematian Siluluton Lazimnya dalam kehidupan masyarakat Batak-Angkola, lage hambian menyertai segala proses kehidupan dari lahir hingga kematian, hal ini dimaksudkan sebagai bentuk adat yang selalu menyertai tiap kehidupan masyarakat Batak-Angkola. Informan penelitian yaitu Bapak H. Persatuan Harahap gelar Tongku Raja Adat 62 Tahun mengatakan bahwa : “Adat merupakan norma dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan Batak-Angkola, sehingga dari lahir hingga meninggal dunia orang Batak-Angkola akan selalu disertai oleh adat.” Pendapat informan ini setidaknya memberikan gambaran kehidupan masyarakat Batak-Angkola dan kuatnya adat dalam kehidupan mereka, sehingga menciptakan suatu kondisi yang saling terjalin dengan kuat antara manusia – adat Universitas Sumatera Utara 82 – kehidupan.

3.5 Alat Kelengkapan Dalam Upacara Adat