94 wisatawan untuk menjadikannya sebagai bentuk cendermata.
4.3.1 Proses Menjadikan Lage Hambian Sebagai Komoditi Pariwisata
Untuk dapat menjadikan lage hambian sebagai komoditi pariwisata Sumatera Utara yang berasal dari masyarakat Batak-Angkola diperlukan beberapa
proses yang terkait dengan dunia pariwisata, seperti : 1. Nilai
Lage hambian memiliki nilai budaya Batak-Angkola hal ini tampak pada penggunaan simbol warna pada lage hambian dan juga peruntukkan lage hambian
dalam kebudayaan Batak-Angkola. 2. Estetika
Lage hambian sebagai produk budaya masyarakat Batak-Angkola memiliki nilai seni yang tinggi mencakup penggunaan bahan baku alami berupa
daun pandan dan corak warna yang beragam. Korelasi antara penggunaan bahan baku alami dan corak warna memperkuat lage hambian sebagai produk budaya
yang memiliki seni tinggi, selain itu mengutip pendapat Niessen 2010 yang mengatakan bahwa fungsi dan peran ulos dalam kehidupan masyarakat Batak-
Toba telah menjadikan ulos sebagai strategi memasarkan ulos dalam dunia wisata. Hal ini sejalan dengan menjadikan lage hambian sebagai produk wisata dengan
memberikan penguatan pada fungsi dan perannya dalam kehidupan masyarakat Batak-Angkola serta memberikan suatu komoditi pariwisata yang memiliki cerita
dibalik produk budaya tersebut.
Universitas Sumatera Utara
95 3. Penggunaan
Aspek penggunaan sangat menentukan suatu produk budaya menjadi bentuk komoditi pariwisata, lage hambian hingga saat ini masih dipergunakan
dalam beragam kesempatan upacara adat masyarakat Batak-Angkola sehingga lage hambian memiliki kekuatan penggunaan hingga saat ini. Hal ini berbeda
dengan komoditi pariwisata lainnya yang merupakan hasil reka-cipta dari suatu kebudayaan sehingga tidak memiliki kekuatan yang melekat pada produk
kebudayaan tersebut menjadi komoditi pariwisata. 4. Ringkas
Faktor utama dalam komoditi pariwisata adalah ringkas dan tahan lama, hal ini dimaksudkan agar wisatawan yang membeli komoditi pariwisata tersebut
dapat menjadikannya sebagai cenderamata yang dapat dibawa pulang ke daerah asalnya dan juga tahan lama agar dapat ditunjukkan sebagai bukti kedatangannya
ke daerah tersebut kepada orang lain. Lage hambian yang merupakan tikar adat memenuhi unsur ringkas
tersebut, dimana lage hambian berukuran kecil dan ringan sehingga dapat dibawa oleh wisatawan tanpa menimbulkan kesulitan bagi dirinya untuk dapat membawa
pulang dengan melipat ataupun menggulung lage hambian. 5. Aksesbilitas
Aksesbilitas dalam mendapatkan lage hambian sebagai komoditi pariwisata berbeda dengan komoditi pariwisata lainnya yang pada umumnya
dijual pada lokasi tertentu dan tidak terdapat produk lainnya serta harus mendatangi langsung lokasi dimana komoditi pariwisata itu dibuat.
Universitas Sumatera Utara
96 Lage hambian tersedia di toko-toko emas di Kota Medan yang
menyebabkan aksesbilitas mendapatkan lage hambian dapat dikatakan mudah dan juga dengan dijualnya lage hambian di toko-toko emas juga membuka peluang
terhadap produk lainnya sebagai bagian dari komoditi pariwisata. Aksesbilitas untuk mendapatkan lage hambian juga dapat dilakukan di
Kota Medan tanpa perlu mendatangi langsung daerah Angkola-Sipirok, hal ini didasarkan pada kenyataan dilapangan dimana wisatawan memiliki waktu yang
terbatas dalam mengunjungi objek wisata serta letak daerah Angkola-Sipirok yang sampai saat ini harus ditempuh melalui jalan darat dalam waktu yang cukup lama.
Durasi waktu yang lama dan waktu wisatawan yang terbatas dapat dipersingkat melalui penjualan lage hambian di toko-toko emas di Kota Medan,
selain itu penjual emas yang turut menjual lage hambian pada umumnya adalah masyarakat Batak-Angkola sehingga penyampaian informasi mengenai lage
hambian masih dapat terjaga. Selain beberapa hal yang telah disebutkan sebelumnya mengenai beberapa
tahapan dalam proses menjadikan lage hambian sebagai komoditi pariwisata, terdapat hal lainnya yang berkaitan dengan usaha menjadikan lage hambian
sebagai komoditi pariwisata, terdapat kajian dalam pengembangan pariwisata yang terhubung pada tiga hal penting agar dapat menarik dan banyak dikunjungi
wisatawan. Menurut Oka A Yoeti 1983 karakteristik pengembangan usaha wisata dirumuskan sebagai :
1. Something to see, artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang di miliki daerah lain. Dengan kata
Universitas Sumatera Utara
97 lain, daerah itu harus mempunyai daya tarik yang khusus dan unik.
Dalam konteks lage hambian dan masyarakat Batak-Angkola, konsep something to see yang berarti sebagai sesuatu yang dapat dilihat maka hal ini akan
tampak secara kasat mata pada bentuk dan keindahan yang terdapat pada lage hambian, proses pembuatan lage hambian hingga pada proses jualbeli lage
hambian yang menarik untuk disajikan sebagai komoditi pariwisata. 2. Something to do, artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat
disaksikan, harus disediakan pula fasilitas rekreasi atau amusement yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat itu.
Usaha dalam menjadikan lage hambian sebagai komoditi pariwisata juga turut menyertakan keikutsertaan wisatawan dalam proses pembuatan lage
hambian, dan atraksi menarik ini dapat menarik minat wisatawan yang lebih banyak, tidak hanya terbatas pada proses pembuatan lage hambian akan tetapi
wisatawan dapat juga mengekspresikan nilai seni yang dimilikinya dengan melakukan pembuatan lage hambian sesuai dengan motif yang diinginkannya.
Kerjasama antara wisatawan dan masyarakat Batak-Angkola dalam pembuatan lage hambian memberikan nilai apresiasi dan kontinuitas lage
hambian. 3. Something to buy, artinya di tempat tersebut harus ada fasilitas untuk
berbelanja, terutama barang-barang souvenir dan kerajinan tangan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Adanya proses transaksi jualbeli terhadap komoditi pariwisata seperti lage hambian, selain menambah pemasukan secara ekonomis bagi masyarakat Batak-
Universitas Sumatera Utara
98 Angkola juga dapat menjadi bentuk usaha pelestarian terhadap kebudayaan Batak-
Angkola. Berkaitan dengan proses transaksi jualbeli komoditi pariwisata yang pada
umumnya dijual langsung oleh masyarakat ataupun dijual melalui unit usaha kerjasama, lage hambian menawarkan sesuatu yang berbeda dengan proses
transaksi jualbeli yang dilakukan di toko-toko emas. Proses transaksi lage hambian di toko-toko emas selain menarik juga memberi kesempatan atau
peluang munculnya komoditi pariwisata lainnya yang berasal dari daerah Batak- Angkola.
Selain karakteristik dalam pengembangan pariwisata, juga diperlukan adanya syarat agar suatu hal dapat dikembangkan menjadi usaha wisata, dengan
syarat-syarat sebagai berikut Syamsuridjal dalam Lusianna M.E. Hutagalung, 2009 yaitu :
Attraction atraksi yang diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi ciri khas atau keunikan dan menjadi daya tarik wisatawan agar mau datang
berkunjung ketempat wisata tersebut. Lage hambian memenuhi unsur sebagai sesuatu hal yang memiliki nilai atraksi dalam dunia wisata.
Atraksi wisata terdiri dari 2 yaitu : a. Site Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh objek wisata
semenjak objek itu ada, contohnya proses pembuatan lage hambian, upacara yang melingkupi penggunaan lage hambian, penjualan lage
hambian, corak warna pada lage hambian.
Universitas Sumatera Utara
99 b. Event Attraction, yaitu daya tarik yang dimiliki oleh suatu objek wisata
setelah dibuat manusia. Dalam hal ini lage hambian dapat dijadikan suatu event attraction dengan memberikan peluang bagi wisatawan untuk turut
serta dalam proses pembuatan lage hambian meliputi corak warna, motif dan lain sebagainya, selain itu wisatawan juga berkesempatan untuk turut
serta dalam upacara yang menyertakan lage hambian sebagai suatu proses mendapatkan pengalaman dan pemahaman mengenai lage hambian.
Accessbility, yaitu kemudahan cara untuk mencapai tempat wisata tersebut. Fasilitas transportasi dan jalan menuju lokasi masih terbatas pada
kebutuhan setempat, seperti jalan setapak dan sarana transportasi yang hanya dimiliki oleh individu masyarakat bukan transportasi umum.
Amenity, yaitu fasilitas yang tersedia di daerah usaha wisata seperti akomodasi dan restoran. Ketika penelitian dilakukan telah terdapat fasilitas-
fasilitas yang dapat mendukung kegiatan pariwisata di lokasi tersebut, dalam artian telah terdapat usaha-usaha hotel, restoran yang menyediakan lage hambian
sebagai cenderamat pariwisata. Institution, yaitu lembaga atau organisasi yang mengolah objek wisata
tersebut. Pengembangan lage hambian pada saat ini telah menikutsertakan peran serta aktif pemerintah dalam usaha menaikkan pamor pembuatan lage hambian
sebagai bentuk usaha pelestarian kebudayaan Batak-Angkola dan juga sebagai sebentuk usaha yang mendorong kegiatan ekonomi pada masyarakat Batak-
Angkola.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN