24
Dinding berfungsi sebagai pendukung atau penyangga atap, untuk melindungi ruangan rumah dari gangguan serangga, hujan dan angin, serta
melindungi dari pengaruh panas dan angin dari luar. Bahan dinding yang paling baik adalah batu, tembok, sedangkan kayu, papan, bambu kurang baik.
Menurut Suryatno 2003 rumah yang berdinding tidak rapat seperti bambu, papan atau kayu dapat menyebabkan ISPA, karena angin malam langsung masuk
ke dalam rumah. Jenis dinding yang mempengaruhi terjadinya ISPA, selain itu dinding yang sulit dibersihkan dan penumpukan debu pada dinding, merupakan
media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman. Dinding yang memenuhi syarat KepmenKes 1999 komponen dan penataan
ruangan rumah sehat dimana dinding rumah sehat harus memiliki ventilasi, kedap air dan mudah dibersihkan.
Menurut Depkes RI, 1999 Kelembaban amat dipengaruhi oleh keadaan dinding dan lantai rumah. Beberapa ketentuan konstruksi dinding diantaranya
bahan bangunan tidak boleh terbuat dari bahan yang mudah melepas, zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan serta tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi
tempat tumbuh kembangnya mikroorganisme pathogen. Komponen dinding harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis yaitu: dinding rumah yang permanen.
e. Kepadatan Hunian
Persyaratan kepadatan hunian rumah KepmenKes 1999 yaitu luas ruang tidur minimal 8 m
2
dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam 1 ruang tidur kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Universitas Sumatera Utara
25
Kepadatan yang berlebihan seperti itu akan memudahkan penyakit-penyakit seperti tuberkolosis, influnza, dan maningitis ditularkan dari satu orang ke yang
lain. Beberapa penelitian telah mencatat keterkaitan antara infeksi pernafasan secara umum, kelembaban, dan polusi udara di dalam ruangan , tetapi sejauh
mana infeksi-infeksi ini diperberat oleh kondisi-kondisi lingkungan belum di ungkapkan secara sepenuhnya pada penelitian-penelitian ini. Infeksi pernafasan
akut, merupakan yang paling banyak dari semua penyakit, semakin dikenal sebagai penyebab utama tingkat kematian dan morbiditas. Infeksi pernafasan akut
oleh karena bakteri dan virus, bersama dengan tuberkulosis, mengakibatkan 5 juta kematian setiap tahun. Tuberkolosis sebagian besar di paru-paru menyebabkan
lebih dari separuh di antara kematian-kematian ini Wardhana, 2004. Ruangan yang sempit akan membuat nafas sesak dan mudah tertular
penyakit oleh anggota keluarga yang lain. Kepadatan hunian rumah akan meningkatkan suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang
akan meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernafasan tersebut. Dengan demikian, semakin banyak jumlah penghuni rumah maka akan semakin cepat
udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri. Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan menurun dan diikuti oleh
peningkatan CO2 ruangan adalah penurunan kualitas udara dalam rumah.
Universitas Sumatera Utara
26
2.4 Karakteristik Keluarga 1.
Umur
Umur mempunyai pengaruh besar terhadap ISPA. Yang terjadi pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan
dengan orang dewasa. Gambaran klinik yang jelek dan dampak lebih berat tersebut terutama disebabkan oleh infeksi virus pada bayi dan anak yang belum
memperoleh kekebalan alamiah Soemantri, 2008. Semakin tua umur seseorang, maka semakin rentan terkena ISPA karena
terjadi degenerasi otot- otot pernafasan dan elastisitas jaringan menurun sehingga kekuatan otot- otot pernafasan menjadi menurun untuk menghirup udara. Semakin
tua umur seseorang, semakin banyak alveoli yang rusak karena ketuaan sehingga menyebabkan gangguan fungsi alveoli.
2. Jenis Kelamin
Dalam pedoman program pemberantasan penyakit ISPA, anak jenis kelamin laki-laki mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena ISPA dibandingkan dengan
anak perempuan Depkes RI, 2002. Penelitian yang dilakukan Herman 2002, menunjukkan adanya hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA,
dimana anak laki-laki 1,1 kali lebih berisiko mengalami ISPA dibandingkan anak perempuan. Namun, Resiko terkena ISPA pada laki-laki dan perempuan hampir
sama, tidak tergantung jenis kelamin Kemenkes, 2010
3. Status Pendidikan
Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam masyarakat tempat ia hidup, proses
Universitas Sumatera Utara
27
social yakni orang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol khususnya yang datang dari sekolah, sehingga ia dapat memperoleh
atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.
Dalam Juli Soemirat Slamet 2002, menyatakan bahwa kualitas pendidikan berbanding lurus dengan pencegahan penyakit. Demikian juga dengan
pendapatan, kesehatan lingkungan, dan informasi yang dapat diperoleh tentang kesehatan. Semakin rendah pendidikan ibu, semakin tinggi prevalensi ISPA pada
balita. Keterbatasan kesempatan untuk memperoleh pendidikan merupakan factor
yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan, serta upaya pencegahan penyakit. Pada kelompok masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah pada
umumnya status ekonominya rendah juga. Mereka sulit menyerap informasi kesehatan dalam hal penularan dan cara pencegahannya. Pendidikan yang rendah
menyebabkan masyarakat tidak mengerti untuk memilih makanan yang bergizi dan pengadaan sarana sanitasi yang diperlukan.
Tingkat pendidikan yang rendah merupakan factor resiko meningkatkan kematian akibat ISPA. Keterbatasan pengetahuan ini menyebabkan para orangtua
terlambat membawa anak mereka yang sakit ke tenaga kesehatan atau tempat pelayanan kesehatan. Mereka beranggapan bahwa anak mereka hanya menderita
batuk-batuk biasa, yang sebenarnya merupakan tanda awal ISPA.
Universitas Sumatera Utara
28
2.5 Perilaku Penghuni Rumah