60
BAB IV KETENG-KETENG PADA MASYARAKAT KARO
4.1 Eksistensi Keteng-keteng
Menurut Sempa Sitepu dalam Kaban 2012 : 193, latar belakang diciptakannya alat musik keteng-keteng adalah untuk menanggulangi kesulitan
memanggil ensambel gendang lima sendalanen. Disamping melibatkan personil yang cukup banyak; yakni minimal lima orang, biaya yang dibutuhkan juga besar.
Sehingga untuk acara yang tidak begitu besar seperti ndilo tendi memanggil roh atau erpangir ku lau, alat musik keteng-keteng tersebut dapat menggantikan peran
ensambel gendang lima sendalanen. Didalam permainan alat musik keteng- keteng, balobat digunakan sebagai pembawa melodi menggantikan sarune dalam
ensambel gendang lima sendalanen. Bila dilihat dari eksistensinya alat musik keteng-keteng semakin
terlupakan dalam masyarakat Karo seiring berjalannya waktu, hal ini dapat dilihat dikehidupan masyarakat Karo sendiri, saat ini bila kita berkunjung ke desa-desa di
Kabupaten Karo tidak akan kita temui masyarakat yang membawa dan memainkan keteng-keteng. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan zaman dan
pengaruh dari budaya luar, serta masuknya agama di daerah Karo. Sebagian masyarakat masih percaya kalau setiap alat musik tradisional Karo itu berkaitan
dengan hal-hal yang berbau mistis dan bertentangan dengan agama mereka saat ini. Masyarakat Karo juga sudah banyak meninggalkan acara ritual-ritual
tradisinya terlebih lagi yang berkaitan dengan hal-hal yang gaib seperti raleng tendi, perumah begu, erpangir ku lau dan acara ritual lainnya. Dengan
Universitas Sumatera Utara
61 berkurangnya acara ritual tersebut ditambah dengan perkembangan zaman serta
pengaruh budaya luar dimana semakin banyak alat-alat musik modern yang masuk pada masyarakat Karo maka secara otomatis penggunaan alat musik
tradisional Karo juga semakin jarang dan mungkin akhirnya akan terlupakan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberadaan instrumen musik
keteng-keteng di dalam kehidupan budaya masyarakat Karo. Menurunnya eksistensi keteng-keteng merupakan dampak yang diakibatkan oleh pengaruh
budaya luar yang mengakibatkan sebuah kebudayaan semakin ditinggalkan. Ada yang mempengaruhi persepsi masyarakat sehingga menjauhkan masyarakat dari
berbagai aktifitas yang berhubungan dengan penggunaan keteng-keteng dalam aktifitas budaya. Sebagai salah satu contoh, masuknya agama dari luar
kebudayaan Karo memberikan dampak cukup berpengaruh. Persepsi negatif terhadap instrument keteng-keteng cukup kuat terjadi disini. Penggunaan keteng-
keteng yang dulunya dalam aktifitas ritual kepercayaan dianggap tabu dan bertentangan dengan agama impor yang masuk kedalam kehidupan masyarakat
Karo. Berkurangnya aktifitas seperti upacara erpangir ku lau secara otomatis berpengaruh terhadap eksistensi keteng-keteng. Pelaksanaan upacara ini semakin
sulit kita jumpai di dalam kehidupan masyarakat Karo. Selain agama, keberadaan instrument musik barat keyboard memberikan
pengaruh terhadap penggunaan keteng-keteng dalam upacara erpangir ku lau. Di beberapa kegiatan upacara erpangir ku lau penggunaan keyboard sudah menjadi
hal yang lumrah. Instrument keyboard ini mampu menggantikan fungsi keteng- keteng dalam upacara erpangir. Bunyi-bunyi yang biasa kita dengar baik dalam
Universitas Sumatera Utara
62 ensambel gendang lima sendalanen dan telu sendalanen cukup mampu diimitasi
oleh instrument keyboard.
4.2 Peran Alat Musik Keteng-Keteng Dalam Gendang Telu Sendalanen