Pembuatan Ingkap-inkap Lidah Pembuatan Lubang Penyetel Suara Pembuatan Palu-palu Stik Pemukul

54

3.4.3.8 Pembuatan Ingkap-inkap Lidah

Didalam pembuatan ingkap-ingkap atau lidah keteng-keteng, kita mempersiapkan sebuah bambu. Bambu yang sudah dipersiapkan, diameternya dibagi 4 lalu dibelah mejadi 4 bagian. Langkah selanjutnya kita mengambil 1 bagian dari bambu yang sudah dibelah, lalu diukur dengan panjang 10 cm dan lebar 8 cm. Bambu yang sudah dipotong dengan ukuran panjang 10 cm dan lebar 8 cm kemudian dikikis bagian depannya menggunakan pisau belati sehingga membentuk sebuah sisi yaitu sisi segitiga. Bagian bawah lidah dikikis menggunakan pisau belati agar lebih tipis dan lebih ringan. Apabila lidah keteng- keteng terlalu berat maka suara yang dihasilkan tidaklah sesuai dengan suara gung. Pada ujung lidah keteng-keteng dipotong menggunakan gergaji agar membentuk sebuah celah sebagai tempat untuk melekatkan lidah ke senar keteng- keteng. Gambar 3.55 Bambu yang sudah di potong Dokumentasi Rano Sitepu Universitas Sumatera Utara 55 Gambar 3.56 Pembuatan Ingkap-ingkap menggunakan pisau belati Dokumentasi Rano Sitepu Gambar 3.57 Pengikisan Ingkap-ingkap menggunakan pisau kecil Dokumentasi Rano Sitepu Gambar 3.58 Ingkap-ingkap yang sudah siap Dokumentasi Rano Sitepu Universitas Sumatera Utara 56

3.4.3.9 Pembuatan Lubang Penyetel Suara

Lubang penyetel suara berfungsi sebagai pengatur besar kecilnya suara yang dikeluarkan oleh keteng-keteng. Dalam pembuatan lubang ini kita melubangi sisi kiri pada ruas bambu menggunakan sebuah pisau belati dengan diameter lubang yaitu 110 dari diameter bambu keteng-keteng tersebut. Namun lubang penyetel suara tidak mempunyai ukuran yang pasti. Gambar 3.59 Pembuatan lubang penyetel suara menggunakan pisau belati Dokumentasi Rano Sitepu

3.4.3.10 Pembuatan Palu-palu Stik Pemukul

Tahap pembuatan stik sama dengan tahap pembuatan Ganjal-ganjal. Stik ini juga terbuat dari bambu yang sama. Bambu yang tidak terpakai juga dibuat dan dijadikan sebagai palu-palu tersebut. Bambu tersebut dipotong menggunakan Parang dengan ukuran berkisar 20 cm atau sejengkal tangan orang dewasa. Kemudian dikikis menggunakan pisau hingga ujung bagian atas berbentuk bulat tapi pada ujung bagian bawah dibuat mengembang sebagai pegangan. Gambar 3.60 Palu-palu Dokumentasi Rano Sitepu Universitas Sumatera Utara 57 3.5 Kajian Fungsional 3.5.1 Posisi Memainkan Posisi memainkan keteng-keteng tentunya pemain mempunyai posisi nyaman agar dapat memainkan keteng-keteng dengan maksimal. Teknik memainkan keteng-keteng juga tidak terlalu berbeda dengan memainkan alat musik pukul sejenisnya. Dimana memainkan Keteng-keteng tetap menggunakan dua buah stik yang juga berasal dari bambu yang sama. Namun yang berbeda memainkan Keteng-keteng ialah posisi duduk. Telapak samping kaki kiri digunakan sebagai pengganjal Keteng-keteng agar tidak bergeser.

3.5.2 Posisi Tubuh

Untuk posisi tubuh dalam memainkan keteng-keteng itu tergantung dari penggunaan keteng-keteng tersebut. Bila keteng-keteng dimainkan pada acara ritual pada ensambel gendang telu sendalanen, si pemain keteng-keteng duduk di lantai bersimpuh atau kaki dilipat, dengan posisi badan tegak. Pada saat keteng- keteng tidak dimainkan di dalam acara ritual misalnya acara hiburan, maka posisi tubuh bisa duduk juga berdiri dan keteng-keteng ditaruh di atas sebuah meja.

3.5.3 Teknik Memainkan Keteng-keteng

Teknik memainkan keteng-keteng menurut Bapak Bangun Tarigan tidak ada yang terlalu khusus. Pada mulanya posisi duduk sesuai dengan yang diterangkan diatas kemudian, kedua tangan memegang kedua buah stik. Teknik dasar merupakan sebuah awal untuk pemain keteng-keteng sebelum selanjutnya bermain-main dengan ritem yang dihasilkan keteng-keteng, adapun teknik dasar Universitas Sumatera Utara